Seorang lelaki tinggi berambut pirang dengan pakaian jas putih laboratorium tampak mengamati sebuah batu sebesar empat kali bola tenis tak beraturan yang terpegang baik di kedua tangannya. Memandangi lekuk batu itu membuatnya terkenang pada seorang teman.
”Maaf mengganggumu keasyikanmu.” Tiba-tiba videophone di ruangan lelaki itu menyala. Seorang lelaki tua botak dengan janggut putih muncul di layar videophone. ”Sepertinya kamu sedang mengagumi hasil penelitianmu itu ya?”
Lelaki berambut pirang melihat ke arah videophone dan mengangguk. ”Iya, Profesor,” jawabnya singkat.
”Aku ada data-data tambahan bila kamu mau melanjutkan penelitianmu itu. Apa kamu tertarik?” tanya lelaki tua yang dipanggil profesor itu.
Lelaki berambut pirang menggeleng sambil tersenyum. ”Tidak usah Prof, penelitianku ini sudah selesai sampai disini. Aku tidak mau menyempurnakannya.”
”Kenapa? Bukankah penelitian itu bisa...”
”Waktunya sudah habis, Profesor,” potong lelaki pirang. ”Sudah saatnya... untuk menyerahkannya...”
Scene 27: Rapat Tugas Pertama
Ruangan Tabitha, sama seperti ruangan-ruangan lain di dalam Gunung Chimney ini, terasa panas. Saat ini aku, Clown, dan Flame tengah duduk manis di dalam ruangan itu. Sementara Tabitha berdiri di depan kami semua, seperti seorang guru. Hari ini, dia akan menjelaskan tugas pertama kami sebagai Elite Grunt.
”Baiklah, kalian sudah berkumpul disini sekarang. Sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat kepada kalian bertiga karena telah berhasil terpilih sebagai regu elit, Elite Grunt,” kata Tabitha membuka pertemuan. ”Mulai saat ini kalian akan bertugas sendiri dan terpisah dari grunt-grunt Tim Magma lainnya. Tugas yang akan kalian lakukan adalah tugas khusus yang membutuhkan kerjasama tim yang baik dan juga tingkat kecermatan tinggi.
”Tiga orang dirasa cukup untuk menempati regu khusus guna mencegah kecurigaan polisi ataupun ranger. Karena selama ini Tim Magma selalu bergerombol dalam menjalankan tugas,” sambung Tabitha panjang lebar. ”Baiklah, sepertinya aku tak perlu banyak bicara lagi, langsung saja aku tunjukkan tugas pertama kalian.”
Tabitha kemudian menyalakan slide proyektor yang ada di depannya. Dari proyektor tersebut keluar slide gambar seorang lelaki berjas putih. Seorang lelaki yang sepertinya aku kenal. ”Dia bernama Sammon Reever. Seorang peneliti Pokemon,” kata Tabitha menjelaskan sosok di slide.
Apa? Aku terkejut mendengar nama itu. Sam... Sammon Reever? Sammon adalah temanku saat sekolah dulu. Lalu apa hubungannya dia dengan tugas ini? Kenapa...
”Menurut informasi yang kami terima,” lanjut Tabitha.”Sammon saat ini tengah meneliti tentang Groudon. Jadi, tugas kalian adalah mencuri hasil penelitian itu di laboratorium kota Mauville yang digunakannya.”
”Kapan kami mulai melaksanakan tugas ini?” tanya Clown seperti tak sabar.
”Dua hari lagi. Saat itu tengah diadakan peresmian Game Center kota Mauville. Kabarnya, akan diadakan festival besar-besaran menyambut hari jadi kota Mauville. Saat para penduduk lengah itulah kalian menyusup ke dalam laboratorium kota Muaville. Aku yakin kalian pasti berhasil,” jawab Tabitha panjang.
”Lalu bagaimana rencananya?” kini ganti Flame yang bertanya.
”Mengenai rencana, kalian bertiga yang menentukan. Kami hanya menyediakan sebuah helikopter kecil sebagai alat transportasi dan untuk melarikan diri,” jawab Tabitha. ”Baiklah, apakah ada lagi yang ingin ditanyakan sebelum kalian bertugas?” Tabitha melihat ke arah kami bertiga. Dia lalu melihat ke arahku. ”Lunar, apa kamu sudah mengerti?”
”Hmm....aku mengerti,” jawabku sekenanya.
”Baguslah. Ini aku berikan peta kota Mauville. Semoga peta ini bisa membantu. Sekian briefing kali ini, dan mari kita bangkitkan kembali Groudon!” tutup Tabitha bersemangat. Dia kemudian berjalan meninggalkan ruangan sementara Clown dan Flame tengah melihat peta kota Mauville yang diberikan oleh Tabitha.
”Lunar, ada apa denganmu?” tanya Flame heran dengan sikapku yang terkesan diam saja dari tadi. ”Kamu tidak seperti biasanya.”
”Ah, aku kan memang selalu begini,” sanggahku cepat. ”Clown, apa rencanamu untuk tugas ini?” tanyaku pada Clown untuk mengalihkan perhatian.
”Oke, begini rencanaya,” sahut Clown.“Yang namanya festival, pasti akan selalu ada Clown.”
”Clown? Yang kau maksud Clown itu dirimu?” tanyaku tak mengerti.
”Bukan bodoh....maksudku adalah badut... badut penghibur. Kalau aku nama sandiku memang, tapi profesiku bukan badut,” jawab Clown tampak kesal.
”Yee...mana kutahu, kamu kan juga bernama Clown....” jawabku ikut kesal. ”Memangnya siapa nama aslimu?” tanyaku mulai kesal dengannya.
”Nama asliku itu tidak penting. Sekarang kita sedang membahas rencana kita.”
”Oke, silakan kau lanjutkan,” sahutku mengalah. Clown memang benar-benar misterius.
”Baiklah, ini rencananya,” lanjut Clown seraya melihat sekilas ke arahku dan Flame. ”Lunar, kamu akan memakai kostum Sandslash. Bersama Sandslash kamu akan menghibur penduduk kota dalam perayaan itu. Sementara aku akan memakai kostum Electabuzz. Kita berdua akan berpura-pura menjadi badut dengan menjual balon. Saat penduduk lengah, kita mulai menyerang laboratorium itu.”
”Lalu aku bagaimana?” tanya Flame yang namanya tak disebut.
”Kalau kau Flame, kau menunggu di helikopter. Tugasmu mengawasi keadaan dan memastikan kami berdua aman,” jawab Clown.
”Huh, jadi kalian mau beraksi sendiri?” kini ganti Flame yang tampak kesal.
”Bukan begitu Flame, tapi ini adalah tugas pertama kita. Aku hanya tidak ingin terjadi kegagalan. Kalau pada tugas pertama saja kita gagal, Maxie pasti takkan percaya lagi pada kita,” jelas Clown menjawab pertanyaan Flame.
”Baiklah, aku setuju. Toh aku tak harus berpakaian seperti badut,” sahut Flame. Dia lalu melihat ke arah Clown dan menunjuk seragam Tim Magma yang dipakai Clown. ”Eh, tidak. Aku dan Clown kan memakai seragam yang sama?”
Mendengar itu, raut wajah Clown langsung berubah tak menyenangkan. Aku terkikik melihatnya.
”Makanya, jangan pakai nama samaran Clown. Nama apa itu....” godaku masih terkikik.
”Iya, iya...lain kali aku pakai nama samaran Barrack Obama biar semua orang menghormatiku,” celetuk Clown kemudian.
Mendengar itu kami bertiga tertawa bersama. Namun tiba-tiba aku berhenti tertawa. Aku teringat siapa nama sasaran kami pada tugas pertama ini. Namanya adalah....Sammon Reever.....temanku....
”Baiklah, kalian sudah berkumpul disini sekarang. Sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat kepada kalian bertiga karena telah berhasil terpilih sebagai regu elit, Elite Grunt,” kata Tabitha membuka pertemuan. ”Mulai saat ini kalian akan bertugas sendiri dan terpisah dari grunt-grunt Tim Magma lainnya. Tugas yang akan kalian lakukan adalah tugas khusus yang membutuhkan kerjasama tim yang baik dan juga tingkat kecermatan tinggi.
”Tiga orang dirasa cukup untuk menempati regu khusus guna mencegah kecurigaan polisi ataupun ranger. Karena selama ini Tim Magma selalu bergerombol dalam menjalankan tugas,” sambung Tabitha panjang lebar. ”Baiklah, sepertinya aku tak perlu banyak bicara lagi, langsung saja aku tunjukkan tugas pertama kalian.”
Tabitha kemudian menyalakan slide proyektor yang ada di depannya. Dari proyektor tersebut keluar slide gambar seorang lelaki berjas putih. Seorang lelaki yang sepertinya aku kenal. ”Dia bernama Sammon Reever. Seorang peneliti Pokemon,” kata Tabitha menjelaskan sosok di slide.
Apa? Aku terkejut mendengar nama itu. Sam... Sammon Reever? Sammon adalah temanku saat sekolah dulu. Lalu apa hubungannya dia dengan tugas ini? Kenapa...
”Menurut informasi yang kami terima,” lanjut Tabitha.”Sammon saat ini tengah meneliti tentang Groudon. Jadi, tugas kalian adalah mencuri hasil penelitian itu di laboratorium kota Mauville yang digunakannya.”
”Kapan kami mulai melaksanakan tugas ini?” tanya Clown seperti tak sabar.
”Dua hari lagi. Saat itu tengah diadakan peresmian Game Center kota Mauville. Kabarnya, akan diadakan festival besar-besaran menyambut hari jadi kota Mauville. Saat para penduduk lengah itulah kalian menyusup ke dalam laboratorium kota Muaville. Aku yakin kalian pasti berhasil,” jawab Tabitha panjang.
”Lalu bagaimana rencananya?” kini ganti Flame yang bertanya.
”Mengenai rencana, kalian bertiga yang menentukan. Kami hanya menyediakan sebuah helikopter kecil sebagai alat transportasi dan untuk melarikan diri,” jawab Tabitha. ”Baiklah, apakah ada lagi yang ingin ditanyakan sebelum kalian bertugas?” Tabitha melihat ke arah kami bertiga. Dia lalu melihat ke arahku. ”Lunar, apa kamu sudah mengerti?”
”Hmm....aku mengerti,” jawabku sekenanya.
”Baguslah. Ini aku berikan peta kota Mauville. Semoga peta ini bisa membantu. Sekian briefing kali ini, dan mari kita bangkitkan kembali Groudon!” tutup Tabitha bersemangat. Dia kemudian berjalan meninggalkan ruangan sementara Clown dan Flame tengah melihat peta kota Mauville yang diberikan oleh Tabitha.
”Lunar, ada apa denganmu?” tanya Flame heran dengan sikapku yang terkesan diam saja dari tadi. ”Kamu tidak seperti biasanya.”
”Ah, aku kan memang selalu begini,” sanggahku cepat. ”Clown, apa rencanamu untuk tugas ini?” tanyaku pada Clown untuk mengalihkan perhatian.
”Oke, begini rencanaya,” sahut Clown.“Yang namanya festival, pasti akan selalu ada Clown.”
”Clown? Yang kau maksud Clown itu dirimu?” tanyaku tak mengerti.
”Bukan bodoh....maksudku adalah badut... badut penghibur. Kalau aku nama sandiku memang, tapi profesiku bukan badut,” jawab Clown tampak kesal.
”Yee...mana kutahu, kamu kan juga bernama Clown....” jawabku ikut kesal. ”Memangnya siapa nama aslimu?” tanyaku mulai kesal dengannya.
”Nama asliku itu tidak penting. Sekarang kita sedang membahas rencana kita.”
”Oke, silakan kau lanjutkan,” sahutku mengalah. Clown memang benar-benar misterius.
”Baiklah, ini rencananya,” lanjut Clown seraya melihat sekilas ke arahku dan Flame. ”Lunar, kamu akan memakai kostum Sandslash. Bersama Sandslash kamu akan menghibur penduduk kota dalam perayaan itu. Sementara aku akan memakai kostum Electabuzz. Kita berdua akan berpura-pura menjadi badut dengan menjual balon. Saat penduduk lengah, kita mulai menyerang laboratorium itu.”
”Lalu aku bagaimana?” tanya Flame yang namanya tak disebut.
”Kalau kau Flame, kau menunggu di helikopter. Tugasmu mengawasi keadaan dan memastikan kami berdua aman,” jawab Clown.
”Huh, jadi kalian mau beraksi sendiri?” kini ganti Flame yang tampak kesal.
”Bukan begitu Flame, tapi ini adalah tugas pertama kita. Aku hanya tidak ingin terjadi kegagalan. Kalau pada tugas pertama saja kita gagal, Maxie pasti takkan percaya lagi pada kita,” jelas Clown menjawab pertanyaan Flame.
”Baiklah, aku setuju. Toh aku tak harus berpakaian seperti badut,” sahut Flame. Dia lalu melihat ke arah Clown dan menunjuk seragam Tim Magma yang dipakai Clown. ”Eh, tidak. Aku dan Clown kan memakai seragam yang sama?”
Mendengar itu, raut wajah Clown langsung berubah tak menyenangkan. Aku terkikik melihatnya.
”Makanya, jangan pakai nama samaran Clown. Nama apa itu....” godaku masih terkikik.
”Iya, iya...lain kali aku pakai nama samaran Barrack Obama biar semua orang menghormatiku,” celetuk Clown kemudian.
Mendengar itu kami bertiga tertawa bersama. Namun tiba-tiba aku berhenti tertawa. Aku teringat siapa nama sasaran kami pada tugas pertama ini. Namanya adalah....Sammon Reever.....temanku....
Scene 28: Malam Perayaan Mauville
Hari perayaan kota Mauville telah tiba. Kami bertiga pun telah bersiap untuk berangkat ke kota Mauville. Tabitha meminjamkan sebuah helikopter kecil kepada kami sebagai alat transportasi. Setelah beberapa hari di hari terperangkap di dalam gunung yang pengap dan panas, akhirnya aku bisa menghirup udara bebas dan melihat langit biru untuk pertama kalinya.
”Baiklah, ini adalah tugas pertama kalian. Semoga kalian berhasil dengan sangat baik menjalankan tugas ini,” ujar Tabitha melepas kepergian kami. ”Ingat, apapun yang terjadi, jangan membuka rahasia Tim Magma. Lebih baik pecah di perut daripada pecah di mulut.”
Kami bertiga mengangguk. ”Tenang saja, kalian takkan salah memilih kami,” sahut Clown percaya diri. ”Kami ini yang terbaik. Benarkan Lunar, Flame?” Clown menoleh padaku dan Flame. Flame mengangguk tetapi aku terdiam. Aku memikirkan sasaran kami sehingga tak mendengar apa yang dikatakan oleh Clown. ”Lunar? Woi Lunar!” sentakClown melihatku tengah melamun.
”Ah, iya...iya...” jawabku tersadar.
”Kamu kenapa Lunar?” tanya Flame heran.
”Ah, tidak...tidak apa-apa kok. Aku cuma kurang enak badan,” jawabku berbohong.
”Asalkan hal itu tidak mengganggu tugas pertamamu,” saran Tabitha. Dia memandangi kami bertiga dan berkata, ”Jaga diri kalian baik-baik. Lunar, Flame, dan Clown.” Kami bertiga kembali mengangguk menanggapi. ”Sekarang, pergilah!” katanya tegas.
Usai mendengar itu, kami bertiga masuk ke dalam helikopter. Flame memegang kendali helikopter dan mulai menerbangkannya. Aku terkesima melihatnya mengendalikan helikopter yang kami naiki dengan begitu lincah.
”Darimana kau belajar mengendalikan helikopter Flame?” tanyaku heran.
”Oh, ini,” sahut Flame. ”Di pulau Cinnabar, helikopter adalah alat transportasi menuju kota lainnya. Aku terbiasa mengemudikannya disana. Blaine yang mengajarkannya padaku.”
”Pulau Cinnabar? Pulau apa itu?” tanyaku ingin tahu.
”Pulau Cinnabar adalah pulau dengan gunung berapi yang ada di provinsi Kanto. Aku tinggal di pulau itu sebelum bergabung dengan Tim Magma,” jawab Flame.
”Oh....Lalu siapa...”
”Lunar, apa kau tak pernah melihat stiker bertuliskan dilarang berbicara dengan pilot?” potong Clown tiba-tiba. Sepertinya dia kesal melihatku berbicara dengan Flame.
”Oke, baiklah...” sahutku mengalah. Aku pun memutuskan untuk diam. Flame hanya tersenyum melihat perubahan sikapku. Senyumannya benar-benar menyenangkan.
Helikopter terus terbang hingga kami sampai di atas kota Mauville. Kami melihat keadaan kota ini sebelum memutuskan untuk mendarat. Setelah yakin dengan lokasi laboratorium Reever, kami akhirnya mendarat tak jauh dari kota Mauville.
”Flame, kau tunggu disini. Kami akan kembali secepatnya. Pastikan kami berdua aman,” perintah Clown.
”Oke, semoga berhasil,” sahut Flame seraya mengerlingkan mata dan menjentikkan ibu jarinya.
Aku membalas semangatnya dengan sebuah senyuman seraya keluar dari dalam helikopter menyusul Clown yang sudah berada di luar. Aku dan Clown kemudian melangkah memasuki kota Mauville sambil membawa tas besar berisi perlengkapan penyamaran kami. Kami memutuskan untuk mengamati suasana kota sambil menunggu malam perayaan tiba. Penting bagi kami untuk mengetahui seluk beluk kota ini agar terhindar dari masalah yang bisa saja datang. Setelah memastikan sasaran, kami berdua segera memulai penyamaran.
--------------------------------------
Malam segera datang. Perayaan kota Mauville pun akhirnya dibuka oleh Wattson, seorang tua gemuk yang katanya adalah tetua di kota ini. Perayaan sendiri berlangsung dengan sangat meriah. Sepertinya semua penduduk kota ini keluar dari rumah mereka untuk menghadiri perayaan. Tua, muda, laki, perempuan, bapak, ibu, muda-mudi, dan anak-anak semuanya hadir di perayaan ini. Kebanyakan dari mereka memakai pakaian tradisional. Kutebak itu pakaian tradisional Mauville.
Di tepi jalan banyak kami lihat kios-kios kecil terbuat dari kayu yang menawarkan berbagai macam barang dagangan dan juga layanan jasa. Ada yang menjual makanan, minuman, boneka Pokemon, mengadakan lomba, memberikan layanan foto keliling, dan ada juga yang menjual balon. Penjual balon itu tak lain adalah adalah aku dan Clown yang kini telah mamakai kostum Pokemon masing-masing.
Kostum Sandslash yang aku pakai tampak kebesaran, tapi tak apa-apa, rasanya menyenangkan. Sandslash yang aku keluarkan dari dalam pokeball tampak senang melihatku memakai kostum seperti ini. Pun demikian dengan Clown yang memakai kostum Electabuzz. Electabuzz miliknya sepertinya riang gembira membantunya menjajakan balon untuk anak-anak. Rupanya penampilan kami dan juga penampilan kedua Pokemon kami membuat anak-anak kecil tertarik dan kemudian membeli balon yang kami jual. Bahkan sekarang kami sudah menjual stok balon terakhir dari yang kami bawa.
”Wah, kalau setiap malam seperti ini kita pasti bisa kaya,” celotehku sambil menghitung lembar demi lembar uang yang kami dapatkan.
”Hus, kamu lupa dengan tujuan kita kesini? Kita kesini mau mencuri penelitian, bukan mau berjualan balon,” sentak Clown menanggapi celotehku.
”Oh, iya....aku lupa,” sahutku terkikik sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Setelah memastikan bahwa semua orang sedang terlena dalam hingar-bingar perayaan, kami berdua segera memulai aksi utama kami. Kami berjalan mengendap-endap menuju laboratorium Reever. Kami masih memakai kostum Pokemon sebagai kamuflase dan penyelamatan bila nantinya kami kepergok warga. Terus terang saja, aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.
--------------------------------------------
Kami berdua telah sampai di belakang laboratorium Reever. Kami mengamati laboratorium dari lubang ventilasi yang ada. Ternyata masih ada warga kota ini yang tidak tertarik dengan perayaan. Tampak seorang lelaki berjas putih tengah duduk di sebuah kursi sembari menulis sesuatu di meja kerjanya. Susah payah aku berusaha melihat wajah lelaki itu. Tapi tak butuh waktu lama bagiku untuk mengetahui siapa sosok yang masih berjaga di dalam laboratorium itu. Siapa lagi kalau bukan..... Sammon Reever.
”Baiklah, ini adalah tugas pertama kalian. Semoga kalian berhasil dengan sangat baik menjalankan tugas ini,” ujar Tabitha melepas kepergian kami. ”Ingat, apapun yang terjadi, jangan membuka rahasia Tim Magma. Lebih baik pecah di perut daripada pecah di mulut.”
Kami bertiga mengangguk. ”Tenang saja, kalian takkan salah memilih kami,” sahut Clown percaya diri. ”Kami ini yang terbaik. Benarkan Lunar, Flame?” Clown menoleh padaku dan Flame. Flame mengangguk tetapi aku terdiam. Aku memikirkan sasaran kami sehingga tak mendengar apa yang dikatakan oleh Clown. ”Lunar? Woi Lunar!” sentakClown melihatku tengah melamun.
”Ah, iya...iya...” jawabku tersadar.
”Kamu kenapa Lunar?” tanya Flame heran.
”Ah, tidak...tidak apa-apa kok. Aku cuma kurang enak badan,” jawabku berbohong.
”Asalkan hal itu tidak mengganggu tugas pertamamu,” saran Tabitha. Dia memandangi kami bertiga dan berkata, ”Jaga diri kalian baik-baik. Lunar, Flame, dan Clown.” Kami bertiga kembali mengangguk menanggapi. ”Sekarang, pergilah!” katanya tegas.
Usai mendengar itu, kami bertiga masuk ke dalam helikopter. Flame memegang kendali helikopter dan mulai menerbangkannya. Aku terkesima melihatnya mengendalikan helikopter yang kami naiki dengan begitu lincah.
”Darimana kau belajar mengendalikan helikopter Flame?” tanyaku heran.
”Oh, ini,” sahut Flame. ”Di pulau Cinnabar, helikopter adalah alat transportasi menuju kota lainnya. Aku terbiasa mengemudikannya disana. Blaine yang mengajarkannya padaku.”
”Pulau Cinnabar? Pulau apa itu?” tanyaku ingin tahu.
”Pulau Cinnabar adalah pulau dengan gunung berapi yang ada di provinsi Kanto. Aku tinggal di pulau itu sebelum bergabung dengan Tim Magma,” jawab Flame.
”Oh....Lalu siapa...”
”Lunar, apa kau tak pernah melihat stiker bertuliskan dilarang berbicara dengan pilot?” potong Clown tiba-tiba. Sepertinya dia kesal melihatku berbicara dengan Flame.
”Oke, baiklah...” sahutku mengalah. Aku pun memutuskan untuk diam. Flame hanya tersenyum melihat perubahan sikapku. Senyumannya benar-benar menyenangkan.
Helikopter terus terbang hingga kami sampai di atas kota Mauville. Kami melihat keadaan kota ini sebelum memutuskan untuk mendarat. Setelah yakin dengan lokasi laboratorium Reever, kami akhirnya mendarat tak jauh dari kota Mauville.
”Flame, kau tunggu disini. Kami akan kembali secepatnya. Pastikan kami berdua aman,” perintah Clown.
”Oke, semoga berhasil,” sahut Flame seraya mengerlingkan mata dan menjentikkan ibu jarinya.
Aku membalas semangatnya dengan sebuah senyuman seraya keluar dari dalam helikopter menyusul Clown yang sudah berada di luar. Aku dan Clown kemudian melangkah memasuki kota Mauville sambil membawa tas besar berisi perlengkapan penyamaran kami. Kami memutuskan untuk mengamati suasana kota sambil menunggu malam perayaan tiba. Penting bagi kami untuk mengetahui seluk beluk kota ini agar terhindar dari masalah yang bisa saja datang. Setelah memastikan sasaran, kami berdua segera memulai penyamaran.
--------------------------------------
Malam segera datang. Perayaan kota Mauville pun akhirnya dibuka oleh Wattson, seorang tua gemuk yang katanya adalah tetua di kota ini. Perayaan sendiri berlangsung dengan sangat meriah. Sepertinya semua penduduk kota ini keluar dari rumah mereka untuk menghadiri perayaan. Tua, muda, laki, perempuan, bapak, ibu, muda-mudi, dan anak-anak semuanya hadir di perayaan ini. Kebanyakan dari mereka memakai pakaian tradisional. Kutebak itu pakaian tradisional Mauville.
Di tepi jalan banyak kami lihat kios-kios kecil terbuat dari kayu yang menawarkan berbagai macam barang dagangan dan juga layanan jasa. Ada yang menjual makanan, minuman, boneka Pokemon, mengadakan lomba, memberikan layanan foto keliling, dan ada juga yang menjual balon. Penjual balon itu tak lain adalah adalah aku dan Clown yang kini telah mamakai kostum Pokemon masing-masing.
Kostum Sandslash yang aku pakai tampak kebesaran, tapi tak apa-apa, rasanya menyenangkan. Sandslash yang aku keluarkan dari dalam pokeball tampak senang melihatku memakai kostum seperti ini. Pun demikian dengan Clown yang memakai kostum Electabuzz. Electabuzz miliknya sepertinya riang gembira membantunya menjajakan balon untuk anak-anak. Rupanya penampilan kami dan juga penampilan kedua Pokemon kami membuat anak-anak kecil tertarik dan kemudian membeli balon yang kami jual. Bahkan sekarang kami sudah menjual stok balon terakhir dari yang kami bawa.
”Wah, kalau setiap malam seperti ini kita pasti bisa kaya,” celotehku sambil menghitung lembar demi lembar uang yang kami dapatkan.
”Hus, kamu lupa dengan tujuan kita kesini? Kita kesini mau mencuri penelitian, bukan mau berjualan balon,” sentak Clown menanggapi celotehku.
”Oh, iya....aku lupa,” sahutku terkikik sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Setelah memastikan bahwa semua orang sedang terlena dalam hingar-bingar perayaan, kami berdua segera memulai aksi utama kami. Kami berjalan mengendap-endap menuju laboratorium Reever. Kami masih memakai kostum Pokemon sebagai kamuflase dan penyelamatan bila nantinya kami kepergok warga. Terus terang saja, aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.
--------------------------------------------
Kami berdua telah sampai di belakang laboratorium Reever. Kami mengamati laboratorium dari lubang ventilasi yang ada. Ternyata masih ada warga kota ini yang tidak tertarik dengan perayaan. Tampak seorang lelaki berjas putih tengah duduk di sebuah kursi sembari menulis sesuatu di meja kerjanya. Susah payah aku berusaha melihat wajah lelaki itu. Tapi tak butuh waktu lama bagiku untuk mengetahui siapa sosok yang masih berjaga di dalam laboratorium itu. Siapa lagi kalau bukan..... Sammon Reever.
Scene 29: Kejutan Porygon2
Aku dan Clown mengendap-endap mengamati Sammon yang tengah sibuk menulis. Sepertinya dia sedang menulis hasil penelitiannya. Kuamati suasana ruangan itu, mencari dimana kira-kira objek penelitian yang dimaksud itu berada. Clown pun sama denganku, sepertinya dia juga tengah mencari lokasi objek penelitian itu disimpan.
”Tampaknya dia sendirian,” ujar Clown. ”Baiknya kita langsung menyerang dia. Setelah itu kita bisa menanyainya dimana objek penelitian yang dimaksud itu.”
”Jangan Clown, dia itu seorang Pokemon trainer yang hebat. Aku yakin tak mudah untuk bisa mengalahkannya,” cegahku.
”Kamu tahu dari mana kalau dia seorang Pokemon trainer yang hebat? Dia itu kan cuma ilmuwan biasa.”
”Mmm...aku mendengarnya di di perayaan,” jawabku bohong. Aku tak mungkin bilang kalau dia itu temanku.
”Tenang saja Lunar, aku memiliki Electabuzz yang bisa melumpuhkannya dengan cepat. Lebih baik kita mulai sekarang atau tidak sama sekali!”
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba Clown langsung melompat masuk ke dalam laboratorium. Sebelumnya kami memang sudah mencongkel jendela sehingga kami bisa dengan mudah masuk ke dalamnya.
”Clown!” aku hampir saja berteriak mengetahui Clown langsung bergerak masuk ke dalam laboratorium. Namun terlambat, Clown sudah ada di dalam. Cepat saja dia berhadapan dengan Sammon.
”Siapa kamu?” tanya Sammon terkejut melihat Clown dalam kostum Electabuzz. Aku sendiri masih tetap di luar laboratorium, tak berani menampakkan wajahku pada Sammon. Oh iya, kenapa tak kututup saja wajahku ya? Bodohnya aku. Segera kuambil selembar kain hitam untuk menutupi wajahku. Kini, wajahku bagian bawah tertutupi oleh kain yang berfungsi menjadi cadar. Membuatku terlihat seperti ninja dalam kostum Sandslash. Tapi aku masih belum mau masuk. Aku menunggu saat yang tepat sembari berjaga-jaga kalau ada patroli polisi.
”Namaku itu tak penting, yang penting sekarang adalah penelitianmu tentang Groudon,” jawab Clown sok keren. ”Cepat katakan dimana kamu simpan penelitian itu!”
”Darimana kamu tahu kalau aku sedang meneliti Groudon? Penelitian itu adalah penelitian rahasia yang belum diberitahukan pada publik,” jawab Sammon tanpa rasa takut.
”Cerewet kamu! Serahkan baik-baik atau aku akan menggunakan kekerasan!” ancam Clown. Aksinya benar-benar memukau, persis seperti yang sering aku lihat di televisi. Tampak Clown telah mempersiapkan PokeBall di belakang tubuhnya.
”Kalau aku tidak mau, bagaimana?” bukannya takut, Sammon justru menantang.
Clown tersenyum sinis mendengarnya. ”Jadi kamu berani? Okelah, terima ini!” Clown tiba-tiba melemparkan pokeball dan keluarlah Electabuzz. ”Electabuzz, Thunder Wave!” Electabuzz mengeluarkan gelombang listrik yang mengenai tubuh Sammon. Sammon mendadak tak bisa bergerak. Dia jatuh terkulai berlutut di lantai.
”Beraninya kamu menggunakan Pokemon untuk menyerang manusia!” kutuk Sammon mulai marah. ”Kamu kira aku tak bisa melawan? Aku juga punya Pokemon! Porygon2, aku memilihmu!” dengan sisa-sisa tenaganya, Sammon berusaha mengeluarkan PokeBall dari sakunya. Sebuah pokeball jatuh ke lantai dan keluarlah Pokemon bertubuh kristal menyerupai bebek dari dalamnya. Porygon2.
”Porygon2?” Clown tercengang melihat Pokemon yang dikeluarkan Sammon. ”Itu Pokemon langka!”
”Ya, dan aku beruntung memilikinya,” sahut Sammon. ”Sekarang gunakan Shock Wave, Porygon2!” Mendengar perintah Sammon, Porygon pun mengeluarkan gelombang listrik ke arah Electabuzz.
”Haha...kau bodoh ya? Electabuzz itu Pokemon listrik, percuma saja kau serang dengan serangan itu,” ejek Clown.
”Siapa bilang aku menyerang Electabuzzmu, yang aku serang adalah... kamu!” sentak Sammon. Dan benar saja, rupanya gelombang pengejut itu mengenai Clown. Clown tampak tersengat listrik dan kesakitan.
”Huh, kamu di luar dugaanku,” ujar Clownmeringis. Dia tampak berusaha berdiri. ”Benar kata Lunar, kamu memang tak boleh aku remehkan.”
”Lu... Lunar?”
”Electabuzz, ThunderPunch!” perintah Clown cepat. Electabuzz bergerak cepat dan memukul Porygon2. Porygon2 tampak kesakitan dan menjauh. ”Akan aku habisi sekarang!” Clown tampak sangat bersemangat. ”ThunderPunch!” Electabuzz kembali akan menyerang Porygon dengan pukulan petirnya, tetapi kali ini Electabuzz tiba-tiba tidak bisa bergerak. Clown terkejut melihatnya. ”Apa? Apa yang terjadi?”
”Itu yang disebut dengan Trace,” jawab Sammon enteng. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi ketakutan ataupun kesakitan walaupun tadi telah terkena gelombang petir.
”Apa katamu? Trace?”
”Iya, Trace atau menjiplak adalah ability atau kemampuan khusus yang dimiliki oleh keluarga Porygon. Porygon2 akan meniru kemampuan yang dimiliki oleh Pokemon lawannya. Electabuzz milikmu memiliki ability Static, dan sekarang Pokemonku juga memilikinya!” jawab Sammon.
”Kalau seperti ini...kalau seperti ini...” ucapan Clown terbata-bata. Dia tampak sangat terkejut, tak menyangka Pokemon andalannya akan terkena Static juga. Aku melihatnya seperti putus asa dan sudah tak berkutik. Wajar saja, kulihat Electabuzz adalah Pokemon andalannya. ”Sampai kapan kau akan terus bersembunyi Lunar!” tiba-tiba Clown memanggilku. Tampaknya dia sudah kehabisan akal sehingga memanggilku.
Aku terkejut. Terus terang saja, aku tak berani berhadapan langsung dengan Sammon. Lalu, apakah aku harus muncul sekarang?
”Tampaknya dia sendirian,” ujar Clown. ”Baiknya kita langsung menyerang dia. Setelah itu kita bisa menanyainya dimana objek penelitian yang dimaksud itu.”
”Jangan Clown, dia itu seorang Pokemon trainer yang hebat. Aku yakin tak mudah untuk bisa mengalahkannya,” cegahku.
”Kamu tahu dari mana kalau dia seorang Pokemon trainer yang hebat? Dia itu kan cuma ilmuwan biasa.”
”Mmm...aku mendengarnya di di perayaan,” jawabku bohong. Aku tak mungkin bilang kalau dia itu temanku.
”Tenang saja Lunar, aku memiliki Electabuzz yang bisa melumpuhkannya dengan cepat. Lebih baik kita mulai sekarang atau tidak sama sekali!”
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba Clown langsung melompat masuk ke dalam laboratorium. Sebelumnya kami memang sudah mencongkel jendela sehingga kami bisa dengan mudah masuk ke dalamnya.
”Clown!” aku hampir saja berteriak mengetahui Clown langsung bergerak masuk ke dalam laboratorium. Namun terlambat, Clown sudah ada di dalam. Cepat saja dia berhadapan dengan Sammon.
”Siapa kamu?” tanya Sammon terkejut melihat Clown dalam kostum Electabuzz. Aku sendiri masih tetap di luar laboratorium, tak berani menampakkan wajahku pada Sammon. Oh iya, kenapa tak kututup saja wajahku ya? Bodohnya aku. Segera kuambil selembar kain hitam untuk menutupi wajahku. Kini, wajahku bagian bawah tertutupi oleh kain yang berfungsi menjadi cadar. Membuatku terlihat seperti ninja dalam kostum Sandslash. Tapi aku masih belum mau masuk. Aku menunggu saat yang tepat sembari berjaga-jaga kalau ada patroli polisi.
”Namaku itu tak penting, yang penting sekarang adalah penelitianmu tentang Groudon,” jawab Clown sok keren. ”Cepat katakan dimana kamu simpan penelitian itu!”
”Darimana kamu tahu kalau aku sedang meneliti Groudon? Penelitian itu adalah penelitian rahasia yang belum diberitahukan pada publik,” jawab Sammon tanpa rasa takut.
”Cerewet kamu! Serahkan baik-baik atau aku akan menggunakan kekerasan!” ancam Clown. Aksinya benar-benar memukau, persis seperti yang sering aku lihat di televisi. Tampak Clown telah mempersiapkan PokeBall di belakang tubuhnya.
”Kalau aku tidak mau, bagaimana?” bukannya takut, Sammon justru menantang.
Clown tersenyum sinis mendengarnya. ”Jadi kamu berani? Okelah, terima ini!” Clown tiba-tiba melemparkan pokeball dan keluarlah Electabuzz. ”Electabuzz, Thunder Wave!” Electabuzz mengeluarkan gelombang listrik yang mengenai tubuh Sammon. Sammon mendadak tak bisa bergerak. Dia jatuh terkulai berlutut di lantai.
”Beraninya kamu menggunakan Pokemon untuk menyerang manusia!” kutuk Sammon mulai marah. ”Kamu kira aku tak bisa melawan? Aku juga punya Pokemon! Porygon2, aku memilihmu!” dengan sisa-sisa tenaganya, Sammon berusaha mengeluarkan PokeBall dari sakunya. Sebuah pokeball jatuh ke lantai dan keluarlah Pokemon bertubuh kristal menyerupai bebek dari dalamnya. Porygon2.
”Porygon2?” Clown tercengang melihat Pokemon yang dikeluarkan Sammon. ”Itu Pokemon langka!”
”Ya, dan aku beruntung memilikinya,” sahut Sammon. ”Sekarang gunakan Shock Wave, Porygon2!” Mendengar perintah Sammon, Porygon pun mengeluarkan gelombang listrik ke arah Electabuzz.
”Haha...kau bodoh ya? Electabuzz itu Pokemon listrik, percuma saja kau serang dengan serangan itu,” ejek Clown.
”Siapa bilang aku menyerang Electabuzzmu, yang aku serang adalah... kamu!” sentak Sammon. Dan benar saja, rupanya gelombang pengejut itu mengenai Clown. Clown tampak tersengat listrik dan kesakitan.
”Huh, kamu di luar dugaanku,” ujar Clownmeringis. Dia tampak berusaha berdiri. ”Benar kata Lunar, kamu memang tak boleh aku remehkan.”
”Lu... Lunar?”
”Electabuzz, ThunderPunch!” perintah Clown cepat. Electabuzz bergerak cepat dan memukul Porygon2. Porygon2 tampak kesakitan dan menjauh. ”Akan aku habisi sekarang!” Clown tampak sangat bersemangat. ”ThunderPunch!” Electabuzz kembali akan menyerang Porygon dengan pukulan petirnya, tetapi kali ini Electabuzz tiba-tiba tidak bisa bergerak. Clown terkejut melihatnya. ”Apa? Apa yang terjadi?”
”Itu yang disebut dengan Trace,” jawab Sammon enteng. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi ketakutan ataupun kesakitan walaupun tadi telah terkena gelombang petir.
”Apa katamu? Trace?”
”Iya, Trace atau menjiplak adalah ability atau kemampuan khusus yang dimiliki oleh keluarga Porygon. Porygon2 akan meniru kemampuan yang dimiliki oleh Pokemon lawannya. Electabuzz milikmu memiliki ability Static, dan sekarang Pokemonku juga memilikinya!” jawab Sammon.
”Kalau seperti ini...kalau seperti ini...” ucapan Clown terbata-bata. Dia tampak sangat terkejut, tak menyangka Pokemon andalannya akan terkena Static juga. Aku melihatnya seperti putus asa dan sudah tak berkutik. Wajar saja, kulihat Electabuzz adalah Pokemon andalannya. ”Sampai kapan kau akan terus bersembunyi Lunar!” tiba-tiba Clown memanggilku. Tampaknya dia sudah kehabisan akal sehingga memanggilku.
Aku terkejut. Terus terang saja, aku tak berani berhadapan langsung dengan Sammon. Lalu, apakah aku harus muncul sekarang?
Scene 30: Misteri Sammon
”Ho, jadi kamu masih memiliki teman?” tanya Sammon ketika mendengar namaku kusebut. Dia tampak mencari ke setiap penjuru. ”Dimana dia sekarang? Kutebak dia sudah tertangkap oleh pihak keamanan kota ini atau sudah kabur meninggalkanmu.”
”Lunar! Apa yang kau lakukan?” lagi-lagi Clown berteriak memanggil namaku. Well, sepertinya aku tidak punya pilihan. Baiklah, bagaimanapun ini tugas pertamaku. Walaupun aku harus menghadapi temanku sendiri, aku akan melakukannya demi Groudon. Sekarang saatnya aku untuk muncul.
”Sandslash, Dig!” aku memerintahkan Sandslash melakukan Dig atau galian dengan cepat. Sandslash pun menggali cepat dan tiba-tiba saja muncul dari bawah Porygon2. Lantai di bawah Porygon2 hancur sementara Porygon2 terpental jatuh terkena pukulan Sandslash. Bersamaan dengan itu aku melompat ke dalam ruangan.
”Aku disini, Lunar!”
”Lunar?” Sammon tampak terkejut melihat kehadiranku. Meskipun aku sudah memakai penutup wajah, tapi tampaknya dia masih mengenaliku. Di samping, dia pasti heran mendengar namaku. Ah, kenapa aku mesti berhadapan dengan dia sih?
”Sekarang serahkan penelitianmu itu. Penelitianmu itu akan berguna bila berada di tangan kami, Tim Magma,” bentakku kasar, walaupun sebenarnya agak takut dan itu tercermin dari suaraku yang bergetar.
”Lunar? Sepertinya kita pernah bertemu.... apa aku mengenalmu?” tanya Sammon tak menggubris perintahku.
”Tidak! Aku baru pertama kali datang ke kota ini dan juga baru pertama kali melihat wajahmu,” sanggahku cepat. ”Dan terus terang saja aku juga baru pertama kali melihat Porygon2,” sambungku tak penting. Aku benar-benar kehilangan kata-kata di depan Sammon.
Mendengar itu Sammon hanya tersenyum kecil. ”Baiklah, terserah apa katamu. Bagaimanapun Porygon2 milikku sudah tak bisa bertarung lagi. Sekarang silakan bila kau mau mengambil hasil penelitianku.”
Aku terperangah mendengarnya. Kenapa dia tiba-tiba bisa menyerahkan hasil penelitiannya begitu saja? Bukankah tadi dia berupaya keras mempertahankannya? Apa mungkin....
”Kalau kamu bersikap seperti ini dari tadi, kami pasti tidak akan menggunakan cara kasar,” sahut Clown. ”Sekarang serahkan penelitian itu pada kami. Kami berjanji akan menggunakannya dengan sangat baik.”
”Oke, aku percaya kalian akan menggunakannya dengan baik. Kalian Tim Magma bukan?” ujar Sammon. ”Kudengar kalian berupaya membangkitkan Groudon. Sebuah hal sama yang diinginkan oleh temanku. Dialah yang memintaku untuk melakukan penelitian ini, walaupun dia tampak tak serius saat memintanya....”
Aku terkejut mendengarnya. Apakah teman yang dia maksud itu adalah....
”Cepat serahkan, jangan banyak omong! Kami ini tidak peduli pada teman kamu itu!” bentak Clown.
”Kamu ini bodoh atau apa sih? Kamu telah melumpuhkanku dengan Thunder Wave, sekarang mana mungkin aku bisa bergerak?” elak Sammon.
”Kalau begitu katakan dimana kamu menyimpannya, biar aku yang mengambilnya,” perintahku pelan. Entah kenapa aku tiba-tiba saja berkata dengan pelan dan tenang.
”Aha! Itu ide yang bagus,” sahut Sammon, lagi-lagi tak terlihat ketakutan sama sekali. ”Sebentar, biar kuingat dimana aku menyimpannya. Aku ini sudah mulai gampang lupa.”
”Cepat katakan! Apa kamu mau mengulur-ulur waktu sampai polisi datang!” Clown kembali membentak. Tampaknya dia sudah tidak sabar dan mungkin itu dikarenakan kekesalannya setelah Electabuzz terkena static.
“Baik, baik, sabarlah sedikit....” Sammon berusaha menggerakkan tangannya dengan susah payah. ”Kau tahu lemari besi yang ada di sudut itu?” tanya Sammon menunjukkan jari telunjuknya dengan susah payah ke salah satu sudut ruangan. Kami berdua mengangguk setelah tahu tempat yang dia maksudkan. ”Benda yang kalian cari ada di dalam lemari itu. Kode lemari itu adalah 1807,” lanjut Sammon.
1807? Entah kenapa aku merasa kode itu terdengar familiar....
Aku serta merta menuju ke lemari besi yang dimaksud dan kemudian memasukkan kode yang diminta. Sekali lagi aku berpikir sejenak saat memasukkan kode yang terdengar tak asing itu. Pintu lemari besi pun terbuka dan di dalamnya kulihat sebuah peti kayu. Kuambil peti kayu tersebut dan kubuka untuk melihatnya sekilas. Tampak sebuah batu fosil yang aneh.
”Kau yakin benda ini yang sedang kau teliti?” tanyaku.
Sammon mengangguk. ”Ya, benda itulah yang sedang kuteliti. Kusebut itu sebagai upaya rekonstruksi Groudon.”
Setelah mendengar jawaban itu, aku segera menutup peti kayu itu kembali. Tak ada waktu untuk menanyakannya lebih lanjut atau petugas keamanan akan segera datang dan menangkap kami. ”Clown, ayo kita pergi!” ujarku pada Clown seraya melenyapkan efek staticnya dengan parylz heal.
Clown mengangguk mengiyakan. Dia lalu menoleh ke arah Sammon dan menatapnya tajam. ”Awas kalau kau membohongi kami!” ancamnya. Sammon hanya tersenyum mendengar ancaman itu.
Aku dan Clown berjalan menuju jendela laboratorium tempat kami keluar tadi. Tapi sebelum keluar, aku menoleh ke arah Sammon. Dia juga melihat ke arahku. ”Terima kasih banyak,” ujarku padanya. Diam-diam kulemparkan parylz heal ke arahnya. Bagaimanapun Sammon tetaplah temanku.
”Tak apa-apa....datanglah lain kali,” sahutnya. Sekali lagi aku benar-benar heran dengan ucapan Sammon. Entah mengapa sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan dari setiap gelagatnya. Apakah Sammon tahu kalau aku ini adalah Lunar, teman sekolahnya dulu?
”Lunar! Apa yang kau lakukan?” lagi-lagi Clown berteriak memanggil namaku. Well, sepertinya aku tidak punya pilihan. Baiklah, bagaimanapun ini tugas pertamaku. Walaupun aku harus menghadapi temanku sendiri, aku akan melakukannya demi Groudon. Sekarang saatnya aku untuk muncul.
”Sandslash, Dig!” aku memerintahkan Sandslash melakukan Dig atau galian dengan cepat. Sandslash pun menggali cepat dan tiba-tiba saja muncul dari bawah Porygon2. Lantai di bawah Porygon2 hancur sementara Porygon2 terpental jatuh terkena pukulan Sandslash. Bersamaan dengan itu aku melompat ke dalam ruangan.
”Aku disini, Lunar!”
”Lunar?” Sammon tampak terkejut melihat kehadiranku. Meskipun aku sudah memakai penutup wajah, tapi tampaknya dia masih mengenaliku. Di samping, dia pasti heran mendengar namaku. Ah, kenapa aku mesti berhadapan dengan dia sih?
”Sekarang serahkan penelitianmu itu. Penelitianmu itu akan berguna bila berada di tangan kami, Tim Magma,” bentakku kasar, walaupun sebenarnya agak takut dan itu tercermin dari suaraku yang bergetar.
”Lunar? Sepertinya kita pernah bertemu.... apa aku mengenalmu?” tanya Sammon tak menggubris perintahku.
”Tidak! Aku baru pertama kali datang ke kota ini dan juga baru pertama kali melihat wajahmu,” sanggahku cepat. ”Dan terus terang saja aku juga baru pertama kali melihat Porygon2,” sambungku tak penting. Aku benar-benar kehilangan kata-kata di depan Sammon.
Mendengar itu Sammon hanya tersenyum kecil. ”Baiklah, terserah apa katamu. Bagaimanapun Porygon2 milikku sudah tak bisa bertarung lagi. Sekarang silakan bila kau mau mengambil hasil penelitianku.”
Aku terperangah mendengarnya. Kenapa dia tiba-tiba bisa menyerahkan hasil penelitiannya begitu saja? Bukankah tadi dia berupaya keras mempertahankannya? Apa mungkin....
”Kalau kamu bersikap seperti ini dari tadi, kami pasti tidak akan menggunakan cara kasar,” sahut Clown. ”Sekarang serahkan penelitian itu pada kami. Kami berjanji akan menggunakannya dengan sangat baik.”
”Oke, aku percaya kalian akan menggunakannya dengan baik. Kalian Tim Magma bukan?” ujar Sammon. ”Kudengar kalian berupaya membangkitkan Groudon. Sebuah hal sama yang diinginkan oleh temanku. Dialah yang memintaku untuk melakukan penelitian ini, walaupun dia tampak tak serius saat memintanya....”
Aku terkejut mendengarnya. Apakah teman yang dia maksud itu adalah....
”Cepat serahkan, jangan banyak omong! Kami ini tidak peduli pada teman kamu itu!” bentak Clown.
”Kamu ini bodoh atau apa sih? Kamu telah melumpuhkanku dengan Thunder Wave, sekarang mana mungkin aku bisa bergerak?” elak Sammon.
”Kalau begitu katakan dimana kamu menyimpannya, biar aku yang mengambilnya,” perintahku pelan. Entah kenapa aku tiba-tiba saja berkata dengan pelan dan tenang.
”Aha! Itu ide yang bagus,” sahut Sammon, lagi-lagi tak terlihat ketakutan sama sekali. ”Sebentar, biar kuingat dimana aku menyimpannya. Aku ini sudah mulai gampang lupa.”
”Cepat katakan! Apa kamu mau mengulur-ulur waktu sampai polisi datang!” Clown kembali membentak. Tampaknya dia sudah tidak sabar dan mungkin itu dikarenakan kekesalannya setelah Electabuzz terkena static.
“Baik, baik, sabarlah sedikit....” Sammon berusaha menggerakkan tangannya dengan susah payah. ”Kau tahu lemari besi yang ada di sudut itu?” tanya Sammon menunjukkan jari telunjuknya dengan susah payah ke salah satu sudut ruangan. Kami berdua mengangguk setelah tahu tempat yang dia maksudkan. ”Benda yang kalian cari ada di dalam lemari itu. Kode lemari itu adalah 1807,” lanjut Sammon.
1807? Entah kenapa aku merasa kode itu terdengar familiar....
Aku serta merta menuju ke lemari besi yang dimaksud dan kemudian memasukkan kode yang diminta. Sekali lagi aku berpikir sejenak saat memasukkan kode yang terdengar tak asing itu. Pintu lemari besi pun terbuka dan di dalamnya kulihat sebuah peti kayu. Kuambil peti kayu tersebut dan kubuka untuk melihatnya sekilas. Tampak sebuah batu fosil yang aneh.
”Kau yakin benda ini yang sedang kau teliti?” tanyaku.
Sammon mengangguk. ”Ya, benda itulah yang sedang kuteliti. Kusebut itu sebagai upaya rekonstruksi Groudon.”
Setelah mendengar jawaban itu, aku segera menutup peti kayu itu kembali. Tak ada waktu untuk menanyakannya lebih lanjut atau petugas keamanan akan segera datang dan menangkap kami. ”Clown, ayo kita pergi!” ujarku pada Clown seraya melenyapkan efek staticnya dengan parylz heal.
Clown mengangguk mengiyakan. Dia lalu menoleh ke arah Sammon dan menatapnya tajam. ”Awas kalau kau membohongi kami!” ancamnya. Sammon hanya tersenyum mendengar ancaman itu.
Aku dan Clown berjalan menuju jendela laboratorium tempat kami keluar tadi. Tapi sebelum keluar, aku menoleh ke arah Sammon. Dia juga melihat ke arahku. ”Terima kasih banyak,” ujarku padanya. Diam-diam kulemparkan parylz heal ke arahnya. Bagaimanapun Sammon tetaplah temanku.
”Tak apa-apa....datanglah lain kali,” sahutnya. Sekali lagi aku benar-benar heran dengan ucapan Sammon. Entah mengapa sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan dari setiap gelagatnya. Apakah Sammon tahu kalau aku ini adalah Lunar, teman sekolahnya dulu?
Scene 31: Reiji Menghadang
Aku dan Clown telah berada di luar laboratorium dan sekarang berlari ke arah tempat helikopter yang kami naiki sebelumnya. Namun saat kami tengah berlari, tiba-tiba saja api menjalar di depan kami yang memaksa kami untuk berhenti.
”Kalian mau kabur ya?” tiba-tiba terdengar suara laki-laki. Cepat saja bagi kami untuk mengetahui dari mana asal suara tersebut. Rupanya seorang laki-laki berambut putih dengan jaket merah tampak berdiri menghadang kami. Seekor Salamence, Pokemon naga biru bersayap merah terlihat di sampingnya. Api yang tersisa di rerumputan membuat kami bisa melihat wajah lelaki itu.
”Siapa kamu dan apa maumu?” sentak Clown.
”Seharusnya aku yang bertanya begitu,” sahut lelaki itu. ”Apa yang kalian lakukan di laboratorium itu. Kulihat kalian baru saja mencuri ya?”
”Jangan ikut campur! Ini urusan kami,” ujar Clown ketus.
”Ho, tentu saja aku tak bisa diam saja melihat tindak kejahatan terjadi,” balas lelaki itu. ”Namaku Reiji, dan aku akan menghentikan aksi kalian!”
”Jadi kamu menantang kami, hei Jelly Drink?” sahut Clown. ”Baiklah, kalau itu maumu. Kami akan meladeni dengan cepat karena jujur saja kami sudah tak ada waktu berurusan denganmu.”
”Maaf, tapi namaku Reiji, bukan Jelly Drink,” sahut Reiji mengoreksi. ”Dan sumpah, dua kata itu jauh banget...”
”Terserah!” Clown sudah akan melemparkan pokeballnya, namun aku mencegahnya terlebih dahulu. ”Lunar, jangan cegah aku! Aku ini sedang kesal!”
”Clown, jangan bodoh,” sahutku. ”Electabuzz milikmu telah lumpuh akibat static dari Porygon2 tadi. Lebih baik kau sembuhkan dia sementara aku meladeninya bertarung. Bagaimana?”
”Benar juga. Baiklah, kuserahkan padamu Lunar.”
Aku tersenyum mendengarnya. Aku pun mengeluarkan PokeBall-ku dan dengan cepat melemparkannya. ”Keluarlah Sandslash!” Sandslash, pokemon pertamaku yang telah membantuku merebut penelitian Sammon pun muncul.
“Salamence milikku akan menghempaskannya dengan cepat,” kata Reiji melihat aku mengeluarkan Sandslash. ”Sandslash itu kan Pokemon yang lemah dan jarang dipakai, pasti mudah mengalahkannya.”
“Aku tak peduli, Sandslash gunakan Slash!”
Sandslash meluncur cepat ke arah Salamence.Dia melompat dan bersiap menyayat Salamence.Terus terang saja, aku tak ada ide untuk menghadapi Pokemon setangguh Salemence.
Sandslash berhasil menyayat Salemence, tapi tampaknya itu tak berpengaruh apa-apa pada Salamence.
“Hahahaha... Slash katamu? Bodoh sekali. Biar aku habisi dia dengan satu kali serangan. Salemence, DragonBreath!” Salamence lalu menyemburkan api yang cukup besar dari hidungnya ke arah Sandslash. Sandslash tampak berusaha menahan serangan tersebut. Meskipun Sandslash sudah terbiasa dengan cuaca panas di gurun pasir saat dia masih menjadi Sandshrew, tetap saja dia kewalahan menghadapi serangan panas yang intens seperti DragonBreath atau nafas naga Salamence. Walhasil, Sandslash terjatuh juga setelah berusaha keras menahan serangan itu. ”Hahaha...kubilang juga apa.”
Aku tahu ini akan terjadi, tapi paling tidak ini akan mengulur waktu sampai Clown selesai mengobati Electabuzz-nya. Aku sengaja tidak menggunakan Ninjask karena dia pasti akan segera terkapar bila menghadapi Salamence meskipun Ninjask memiliki ability Speed Boost.
”Salamence, habisi sekarang! Draco Meteor!”
Salamence membuka rahangnya lebar. Dari mulutnya kemudian meluncur bebatuan yang langsung menghujam keras ke arah Sandslash. Sandslash kesakitan terkena batu-batu dan akhirnya jatuh pingsan.
”Sandslash, kembali!” aku mengembalikan Sandslash ke dalam pokeball dan bersamaan dengan itu Electabuzz maju menghadapi Salamence.
”Kini, aku akan meladenimu bocah sombong!” gertak Clown dengan sangat bersemangat.
”Huh, Electabuzz milikmu pun akan bernasib sama dengan Sandslash,” Reiji balas menggertak. ”Salamence, Flamethrower!” Salamence menyemburkan api yang sangat panas ke arah Electabuzz. Electabuzz kesakitan, namun dia masih tetap berdiri.
”Electabuzz, Quick Attack!” Electabuzz bergerak dengan cepat menerjang ke arah Salamence namun serangan itu hanya menghentak Salamence saja. Pertahanan Salamence memang benar-benar bagus.
”Serangan apa itu?” ledek Reiji. ”Sekarang, Salamence gunakan Dragon Claw!” Salamence menyerbu Electabuzz dan mengayunkan kedua cakarnya bergantian ke arah Electabuzz. Lagi-lagi Electabuzz kesakitan. Serangan itu cukup menyakitkan dan mungkin satu kali serangan lagi Electabuzz akan kalah.
”Clown, sekarang bagaimana?” tanyaku cemas. Tentu saja aku cemas. Bayangkan saja kalau sampai kami kalah, maka kami akan gagal membawa penelitian ini ke markas.
”Tenang saja L, aku bisa mengatasinya,” sahut Clown tenang, walaupun aku bisa mendengar kekhawatiran dalam nada suaranya.
”Tapi Electabuzz kan...”
”Iya, aku mengerti. Electabuzz terdesak, namun aku akan memenangkan pertarungan ini. Ikatanku dengan Electabuzz sangat kuat,” potong Clown.
”I... Ikatan apa?” tanyaku tak mengerti.
Clown terdiam. Dia tersenyum dan tampaknya dia memiliki sebuah rencana yang bagus.
”Kalian mau kabur ya?” tiba-tiba terdengar suara laki-laki. Cepat saja bagi kami untuk mengetahui dari mana asal suara tersebut. Rupanya seorang laki-laki berambut putih dengan jaket merah tampak berdiri menghadang kami. Seekor Salamence, Pokemon naga biru bersayap merah terlihat di sampingnya. Api yang tersisa di rerumputan membuat kami bisa melihat wajah lelaki itu.
”Siapa kamu dan apa maumu?” sentak Clown.
”Seharusnya aku yang bertanya begitu,” sahut lelaki itu. ”Apa yang kalian lakukan di laboratorium itu. Kulihat kalian baru saja mencuri ya?”
”Jangan ikut campur! Ini urusan kami,” ujar Clown ketus.
”Ho, tentu saja aku tak bisa diam saja melihat tindak kejahatan terjadi,” balas lelaki itu. ”Namaku Reiji, dan aku akan menghentikan aksi kalian!”
”Jadi kamu menantang kami, hei Jelly Drink?” sahut Clown. ”Baiklah, kalau itu maumu. Kami akan meladeni dengan cepat karena jujur saja kami sudah tak ada waktu berurusan denganmu.”
”Maaf, tapi namaku Reiji, bukan Jelly Drink,” sahut Reiji mengoreksi. ”Dan sumpah, dua kata itu jauh banget...”
”Terserah!” Clown sudah akan melemparkan pokeballnya, namun aku mencegahnya terlebih dahulu. ”Lunar, jangan cegah aku! Aku ini sedang kesal!”
”Clown, jangan bodoh,” sahutku. ”Electabuzz milikmu telah lumpuh akibat static dari Porygon2 tadi. Lebih baik kau sembuhkan dia sementara aku meladeninya bertarung. Bagaimana?”
”Benar juga. Baiklah, kuserahkan padamu Lunar.”
Aku tersenyum mendengarnya. Aku pun mengeluarkan PokeBall-ku dan dengan cepat melemparkannya. ”Keluarlah Sandslash!” Sandslash, pokemon pertamaku yang telah membantuku merebut penelitian Sammon pun muncul.
“Salamence milikku akan menghempaskannya dengan cepat,” kata Reiji melihat aku mengeluarkan Sandslash. ”Sandslash itu kan Pokemon yang lemah dan jarang dipakai, pasti mudah mengalahkannya.”
“Aku tak peduli, Sandslash gunakan Slash!”
Sandslash meluncur cepat ke arah Salamence.Dia melompat dan bersiap menyayat Salamence.Terus terang saja, aku tak ada ide untuk menghadapi Pokemon setangguh Salemence.
Sandslash berhasil menyayat Salemence, tapi tampaknya itu tak berpengaruh apa-apa pada Salamence.
“Hahahaha... Slash katamu? Bodoh sekali. Biar aku habisi dia dengan satu kali serangan. Salemence, DragonBreath!” Salamence lalu menyemburkan api yang cukup besar dari hidungnya ke arah Sandslash. Sandslash tampak berusaha menahan serangan tersebut. Meskipun Sandslash sudah terbiasa dengan cuaca panas di gurun pasir saat dia masih menjadi Sandshrew, tetap saja dia kewalahan menghadapi serangan panas yang intens seperti DragonBreath atau nafas naga Salamence. Walhasil, Sandslash terjatuh juga setelah berusaha keras menahan serangan itu. ”Hahaha...kubilang juga apa.”
Aku tahu ini akan terjadi, tapi paling tidak ini akan mengulur waktu sampai Clown selesai mengobati Electabuzz-nya. Aku sengaja tidak menggunakan Ninjask karena dia pasti akan segera terkapar bila menghadapi Salamence meskipun Ninjask memiliki ability Speed Boost.
”Salamence, habisi sekarang! Draco Meteor!”
Salamence membuka rahangnya lebar. Dari mulutnya kemudian meluncur bebatuan yang langsung menghujam keras ke arah Sandslash. Sandslash kesakitan terkena batu-batu dan akhirnya jatuh pingsan.
”Sandslash, kembali!” aku mengembalikan Sandslash ke dalam pokeball dan bersamaan dengan itu Electabuzz maju menghadapi Salamence.
”Kini, aku akan meladenimu bocah sombong!” gertak Clown dengan sangat bersemangat.
”Huh, Electabuzz milikmu pun akan bernasib sama dengan Sandslash,” Reiji balas menggertak. ”Salamence, Flamethrower!” Salamence menyemburkan api yang sangat panas ke arah Electabuzz. Electabuzz kesakitan, namun dia masih tetap berdiri.
”Electabuzz, Quick Attack!” Electabuzz bergerak dengan cepat menerjang ke arah Salamence namun serangan itu hanya menghentak Salamence saja. Pertahanan Salamence memang benar-benar bagus.
”Serangan apa itu?” ledek Reiji. ”Sekarang, Salamence gunakan Dragon Claw!” Salamence menyerbu Electabuzz dan mengayunkan kedua cakarnya bergantian ke arah Electabuzz. Lagi-lagi Electabuzz kesakitan. Serangan itu cukup menyakitkan dan mungkin satu kali serangan lagi Electabuzz akan kalah.
”Clown, sekarang bagaimana?” tanyaku cemas. Tentu saja aku cemas. Bayangkan saja kalau sampai kami kalah, maka kami akan gagal membawa penelitian ini ke markas.
”Tenang saja L, aku bisa mengatasinya,” sahut Clown tenang, walaupun aku bisa mendengar kekhawatiran dalam nada suaranya.
”Tapi Electabuzz kan...”
”Iya, aku mengerti. Electabuzz terdesak, namun aku akan memenangkan pertarungan ini. Ikatanku dengan Electabuzz sangat kuat,” potong Clown.
”I... Ikatan apa?” tanyaku tak mengerti.
Clown terdiam. Dia tersenyum dan tampaknya dia memiliki sebuah rencana yang bagus.
Scene 32: Mengincar Sayap Naga
Electabuzz dan Salamence saling berhadap-hadapan. Biarpun keduanya tampak tangguh, namun Electabuzz sudah terlihat kesakitan. Kutebak satu kali serangan mematikan dari Salamence akan dengan baik menjatuhkannya.
”Ternyata kalian payah sekali,” ledek Reiji lagi.
”Kita buktikan siapa yang payah Jelly Drink,” sahut Clown menggertak.
”Sekali lagi aku benarkan, namaku Reiji, bukan Jelly Drink! Dan dua kata itu sama sekali gak mirip!” kali ini Reiji kesal setelah Clown kembali salah menyebutkan namanya. ”Karena kau telah membuatku kesal, lebih baik aku akhiri sekarang juga! Salamence, Draco Meteor!” Salamence melayang ke atas lalu membuka rahangnya lebar. Tiba-tiba saja bebatuan meteor kembali keluar dari rahangnya seperti yang sebelumnya menyerang Sandslash. Namun kali ini bebatuan itu meluncur keras ke arah Electabuzz. Electabuzz tampak berdiri kaku dan tak dapat menghindari bebatuan itu. Bebatuan itu pun menghantam tanah tempat Electabuzz berdiri dan menciptakan gumpalan debu yang besar sebagai dampak dari benturan meteor itu. Sepertinya Electabuzz tak selamat.
“Hahahaha.... kalian lihat sendiri kan? Akulah sang juara!” Reiji tertawa keras menyadari kemenangannya. Namun tiba-tiba dia terkejut saat sesuatu keluar dari gumpalan debu-debu pasir yang menutupi tempat jatuhnya Draco Meteor Salamence. ”A...apa itu?”
Rupanya Electabuzz meluncur cepat keluar dari gumpalan debu tersebut dan kini hendak menyerang Salamence yang tengah melayang di udara. Kulihat Clown tengah tersenyum melihatnya.
”Kau harus ingat kalau kecepatan Electabuzz sangat tinggi sehingga seranganmu itu mungkin saja luput,” ejek Clown. ”Sekarang giliranku! Electabuzz, ThunderPunch!”
Electabuzz telah berada di depan Salamence untuk melayangkan pukulan petir. Salamence yang tak menyadari gerakan cepat itu tak bisa berkutik. Pukulan keras pun mendarat di sayap kanannya. Pukulan itu membuat Salamence kesakitan. Namun, Pokemon naga itu masih dapat bertahan melayang di udara.
”Salamence, Fly!”
”Maaf, tapi ini giliranku!” sergah Clown cepat. ”Electabuzz, ThunderPunch... Again!”
Electabuzz mendarat dengan meyakinkan di tanah setelah memukulkan ThunderPunch atau pukulan petir pada sayap kanan Salamence. Namun, Electabuzz hanya bertahan satu detik saja di atas tanah. Berikutnya, Pokemon kuning belang hitam itu langsung meluncur kembali dengan cepat dengan kepalan tangan penuh cahaya kuning menyilaukan.
Salamence tampak terbang ke atas menghindar. Akan tetapi gerakan terbangnya terganggu karena sebelah sayapnya terluka akibat ThunderPunch. Namun terlambat. Gerakan Electabuzz jauh lebih cepat. Dengan lincah Electabuzz menghantamkan kepalannya untuk kali kedua, kali ini menyasar sayap kiri.
”Apa?” Reiji terkejut dengan apa yang dia lihat. Bersamaan dengan itu, Electabuzz telah melayangkan ThunderPunch yang dengan sangat berhasil menghantam sayap kiri Salamence. Salamence tampak tersengat kesakitan. Salamence pun jatuh ambruk ke tanah karena tidak mampu mempertahankan keseimbangan terbangnya. Sementara Electabuzz menapak tanah dengan mantap. ”Tidak mungkin... Sa... Salamenceku?”
”Aku sengaja memerintahkan Electabuzz melumpuhkan kedua sayap Salamence. Karena dengan begitu, pertarungan udara yang menjadi kelemahan Electabuzz takkan terjadi. Karena, aku mengamati Electabuzz kesulitan menghadapi lawan yang terbang. Beruntunglah Draco Meteor tadi meleset sehingga dapat memberikan celah padaku,” jelas Clown angkuh.
”Salamence, kembali!” Reiji mengembalikan Salamence ke dalam PokeBall. Dia tampak terpukul. “Tak bisa kupercaya. Salamenceku yang begitu kuat bisa kalian kalahkan. Kalian ini sebenarnya siapa sih?”
“Kalau ditanyakan seperti itu.... ” sahut Clown, ”....jawabannya sudah pasti.”
”Kami adalah Tim Magma!” lanjutku penuh semangat. ”Dengan tujuan mulia menciptakan perdamaian di seluruh penjuru Hoenn!”
”Tim Magma? Tim Magma yang mengincar Groudon?” tanya Ozora tak percaya.
”Benar sekali!” sahut Clown dan sedetik kemudian kami membuka pakaian badut kami. Dibalik pakaian badut kami ternyata kami telah mengenakan seragam merah Tim Magma. Keren, aku suka bagian ini.
”Benar, kalian Tim Magma!” Reiji tersentak begitu melihat kami dalam pakaian Tim Magma. ”Kalau begitu mari kita bertarung lagi dan kali ini aku akan mengalahkan kalian,” ujarnya bersemangat.
”Maaf, tapi kami sudah tak punya waktu bermain-main denganmu,” tolak Clown. Dia kemudian melemparkan sebuah Pokeball. ”Abra, keluarlah!” Dan Abra pun keluar dari dalam pokeball. ”Kami harus segera pergi. Berlatihlah dengan keras sebelum menantang kami, Muka Jelly,” tambahnya sambil menatap Reiji.
”Hei, sekali lagi namaku bukan Jelly Drink atau Muka Jelly! Namaku Reiji!” protes Reiji.
Clown tak memedulikannya. Dia memegang Abra miliknya sembari melihat ke arahku, memberikan isyarat agar aku mengikutinya. Aku mengangguk dan ikut memegang Abra.
”Abra, teleport!”
Dan sedetik kemudian kami telah berada di samping helikopter dengan Flame yang telah tidak sabar menunggu.
”Kenapa kalian lama sekali?” gerutu Flame melihat kedatangan kami.
”Ada pengganggu kecil,” jawab Clown santai. ”Tapi tak masalah, kami berhasil mendapatkan objek penelitian itu.”
”Baguslah, kalau begitu cepat naik. Kak Tabitha pasti sudah menunggu kita,” perintah Flame. Kami berdua kemudian naik ke dalam helikopter. Flame pun dengan cekatan kembali menerbangkan helikopter itu.
---------------------------------------
Di dalam helikopter yang tengah mengudara, aku menatap kotak penelitian yang berhasil kami rebut dari Sammon. Perlahan kubuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Tampak sebuah batu padat dengan sebuah corak di atasnya. Melihat batu itu, Clown kemudian meminjamnya dariku.
”Batu apa ini?” tanyanya padaku.
”Entahlah, mungkin Butler tahu,” jawabku sekenanya. Butler adalah peneliti yang bekerja untuk Tim Magma. Konon, dia memiliki ketertarikan pada bebatuan fosil dan berniat membangkitkannya. Membuatku teringat pada Pokemon fosilku waktu itu.
Aku lalu mengambil batu itu dari Clown dan mengembalikannya ke dalam kotak. Saat akan mengembalikan batu itu ke dalam kotaknya itulah, tiba-tiba mataku melihat secarik kertas di dasar kotak. Kuambil kertas itu dan kulihat ada tulisan di atasnya. Secara reflek aku mulai membaca tulisan di atas kertas itu.
Kupersembahkan penelitianku ini sebagai hadiah ulang tahun kedelapan belas untuk temanku..... Lunar Servada. Semoga kau bisa bertemu dengan Groudon....
Aku terkejut saat membacanya. Hadiah ulang tahun yang kedelapan belas untukku? Jadi penelitian ini dipersembahkan Sammon khusus untukku? Jadi teman yang dia maksud itu...
”Clown, sekarang tanggal berapa?” tanyaku pada Clown.
Clown melihat Pokenav miliknya dan kemudian menjawab, ”Sekarang tanggal 18 Juli. Memangnya kenapa?”
18 Juli? Berarti hari ini adalah....hari ulang tahunku! Dan kode lemari besi itu juga.....
Aku tersenyum dan kugenggam erat kertas itu. Pantas saja dia tak melawan saat aku akan merebut penelitian ini. Rupanya dia sudah tahu bahwa akulah si Lunar itu. Dia sengaja tidak melawan karena penelitian ini memang sengaja dia persembahkan sebagai hadiah ulang tahun untukku. Aku ingat, aku pernah memintanya meneliti mengenai Groudon, walaupun kuakui kalau saat itu aku tidak serius. Aku mengatakannya sebagai gurauan mengingat pekerjaannya sebagai ilmuwan. Tak kusangka dia menganggapnya serius.
Benar-benar di luar dugaan, secara kebetulan aku menyerang laboratoriumnya di hari ulang tahunku... kenapa aku bisa lupa ulang tahunku sendiri ya? Aku tersenyum mengingatnya. Aku menoleh melihat keluar helikopter. Mengenang semua kisah pertemananku dengan lelaki itu.Bagaimanapun, terima kasih Sammon....kau benar-benar teman yang baik....
*****
Sementara itu, di kediaman Sammon...
“Jadi kakak diserang?” tanya seorang anak laki-laki di videophone.
”Ya, tapi kamu tak perlu khawatir. Semuanya sudah dalam kendali sekarang,” jawab Sammon. ”Lebih baik kamu teruskan perjalananmu sebagai trainer. Oh, ya...kamu dimana sekarang?”
”Aku ada di kota Fallarbor.”
”Kota Fallarbor ya.... kalau begitu sampaikan salamku pada seseorang disana. Namanya...”
“Tapi kak, kenapa Kakak bisa begitu tenang setelah serangan itu? Sebenarnya apa yang terjadi,” potong anak itu.
Sammon tersenyum, ”Sudahlah Shed, kakak baik-baik saja,” jawab Sammon. ”Sekarang yang perlu kamu khawatirkan adalah sikapmu. Kamu tidak boleh memotong pembicaraan orang yang lebih tua, mengerti?”
”Mengerti kak, maaf....” jawab anak lelaki bernama Shed tersebut. ”Tapi wajar kan kalau aku khawatir?”
”Ya, wajar. Sudahlah, sudah malam. Kakak mau tidur dulu. Sampai jumpa.”
”Sampai jumpa kak, jaga diri baik-baik.”
”Ya....”
Sammon menutup gagang teleponnya pelan. Dia menatap keluar jendela dan bergumam, “Lunar, aku tahu itu pasti kamu...”
”Ternyata kalian payah sekali,” ledek Reiji lagi.
”Kita buktikan siapa yang payah Jelly Drink,” sahut Clown menggertak.
”Sekali lagi aku benarkan, namaku Reiji, bukan Jelly Drink! Dan dua kata itu sama sekali gak mirip!” kali ini Reiji kesal setelah Clown kembali salah menyebutkan namanya. ”Karena kau telah membuatku kesal, lebih baik aku akhiri sekarang juga! Salamence, Draco Meteor!” Salamence melayang ke atas lalu membuka rahangnya lebar. Tiba-tiba saja bebatuan meteor kembali keluar dari rahangnya seperti yang sebelumnya menyerang Sandslash. Namun kali ini bebatuan itu meluncur keras ke arah Electabuzz. Electabuzz tampak berdiri kaku dan tak dapat menghindari bebatuan itu. Bebatuan itu pun menghantam tanah tempat Electabuzz berdiri dan menciptakan gumpalan debu yang besar sebagai dampak dari benturan meteor itu. Sepertinya Electabuzz tak selamat.
“Hahahaha.... kalian lihat sendiri kan? Akulah sang juara!” Reiji tertawa keras menyadari kemenangannya. Namun tiba-tiba dia terkejut saat sesuatu keluar dari gumpalan debu-debu pasir yang menutupi tempat jatuhnya Draco Meteor Salamence. ”A...apa itu?”
Rupanya Electabuzz meluncur cepat keluar dari gumpalan debu tersebut dan kini hendak menyerang Salamence yang tengah melayang di udara. Kulihat Clown tengah tersenyum melihatnya.
”Kau harus ingat kalau kecepatan Electabuzz sangat tinggi sehingga seranganmu itu mungkin saja luput,” ejek Clown. ”Sekarang giliranku! Electabuzz, ThunderPunch!”
Electabuzz telah berada di depan Salamence untuk melayangkan pukulan petir. Salamence yang tak menyadari gerakan cepat itu tak bisa berkutik. Pukulan keras pun mendarat di sayap kanannya. Pukulan itu membuat Salamence kesakitan. Namun, Pokemon naga itu masih dapat bertahan melayang di udara.
”Salamence, Fly!”
”Maaf, tapi ini giliranku!” sergah Clown cepat. ”Electabuzz, ThunderPunch... Again!”
Electabuzz mendarat dengan meyakinkan di tanah setelah memukulkan ThunderPunch atau pukulan petir pada sayap kanan Salamence. Namun, Electabuzz hanya bertahan satu detik saja di atas tanah. Berikutnya, Pokemon kuning belang hitam itu langsung meluncur kembali dengan cepat dengan kepalan tangan penuh cahaya kuning menyilaukan.
Salamence tampak terbang ke atas menghindar. Akan tetapi gerakan terbangnya terganggu karena sebelah sayapnya terluka akibat ThunderPunch. Namun terlambat. Gerakan Electabuzz jauh lebih cepat. Dengan lincah Electabuzz menghantamkan kepalannya untuk kali kedua, kali ini menyasar sayap kiri.
”Apa?” Reiji terkejut dengan apa yang dia lihat. Bersamaan dengan itu, Electabuzz telah melayangkan ThunderPunch yang dengan sangat berhasil menghantam sayap kiri Salamence. Salamence tampak tersengat kesakitan. Salamence pun jatuh ambruk ke tanah karena tidak mampu mempertahankan keseimbangan terbangnya. Sementara Electabuzz menapak tanah dengan mantap. ”Tidak mungkin... Sa... Salamenceku?”
”Aku sengaja memerintahkan Electabuzz melumpuhkan kedua sayap Salamence. Karena dengan begitu, pertarungan udara yang menjadi kelemahan Electabuzz takkan terjadi. Karena, aku mengamati Electabuzz kesulitan menghadapi lawan yang terbang. Beruntunglah Draco Meteor tadi meleset sehingga dapat memberikan celah padaku,” jelas Clown angkuh.
”Salamence, kembali!” Reiji mengembalikan Salamence ke dalam PokeBall. Dia tampak terpukul. “Tak bisa kupercaya. Salamenceku yang begitu kuat bisa kalian kalahkan. Kalian ini sebenarnya siapa sih?”
“Kalau ditanyakan seperti itu.... ” sahut Clown, ”....jawabannya sudah pasti.”
”Kami adalah Tim Magma!” lanjutku penuh semangat. ”Dengan tujuan mulia menciptakan perdamaian di seluruh penjuru Hoenn!”
”Tim Magma? Tim Magma yang mengincar Groudon?” tanya Ozora tak percaya.
”Benar sekali!” sahut Clown dan sedetik kemudian kami membuka pakaian badut kami. Dibalik pakaian badut kami ternyata kami telah mengenakan seragam merah Tim Magma. Keren, aku suka bagian ini.
”Benar, kalian Tim Magma!” Reiji tersentak begitu melihat kami dalam pakaian Tim Magma. ”Kalau begitu mari kita bertarung lagi dan kali ini aku akan mengalahkan kalian,” ujarnya bersemangat.
”Maaf, tapi kami sudah tak punya waktu bermain-main denganmu,” tolak Clown. Dia kemudian melemparkan sebuah Pokeball. ”Abra, keluarlah!” Dan Abra pun keluar dari dalam pokeball. ”Kami harus segera pergi. Berlatihlah dengan keras sebelum menantang kami, Muka Jelly,” tambahnya sambil menatap Reiji.
”Hei, sekali lagi namaku bukan Jelly Drink atau Muka Jelly! Namaku Reiji!” protes Reiji.
Clown tak memedulikannya. Dia memegang Abra miliknya sembari melihat ke arahku, memberikan isyarat agar aku mengikutinya. Aku mengangguk dan ikut memegang Abra.
”Abra, teleport!”
Dan sedetik kemudian kami telah berada di samping helikopter dengan Flame yang telah tidak sabar menunggu.
”Kenapa kalian lama sekali?” gerutu Flame melihat kedatangan kami.
”Ada pengganggu kecil,” jawab Clown santai. ”Tapi tak masalah, kami berhasil mendapatkan objek penelitian itu.”
”Baguslah, kalau begitu cepat naik. Kak Tabitha pasti sudah menunggu kita,” perintah Flame. Kami berdua kemudian naik ke dalam helikopter. Flame pun dengan cekatan kembali menerbangkan helikopter itu.
---------------------------------------
Di dalam helikopter yang tengah mengudara, aku menatap kotak penelitian yang berhasil kami rebut dari Sammon. Perlahan kubuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Tampak sebuah batu padat dengan sebuah corak di atasnya. Melihat batu itu, Clown kemudian meminjamnya dariku.
”Batu apa ini?” tanyanya padaku.
”Entahlah, mungkin Butler tahu,” jawabku sekenanya. Butler adalah peneliti yang bekerja untuk Tim Magma. Konon, dia memiliki ketertarikan pada bebatuan fosil dan berniat membangkitkannya. Membuatku teringat pada Pokemon fosilku waktu itu.
Aku lalu mengambil batu itu dari Clown dan mengembalikannya ke dalam kotak. Saat akan mengembalikan batu itu ke dalam kotaknya itulah, tiba-tiba mataku melihat secarik kertas di dasar kotak. Kuambil kertas itu dan kulihat ada tulisan di atasnya. Secara reflek aku mulai membaca tulisan di atas kertas itu.
Kupersembahkan penelitianku ini sebagai hadiah ulang tahun kedelapan belas untuk temanku..... Lunar Servada. Semoga kau bisa bertemu dengan Groudon....
Aku terkejut saat membacanya. Hadiah ulang tahun yang kedelapan belas untukku? Jadi penelitian ini dipersembahkan Sammon khusus untukku? Jadi teman yang dia maksud itu...
”Clown, sekarang tanggal berapa?” tanyaku pada Clown.
Clown melihat Pokenav miliknya dan kemudian menjawab, ”Sekarang tanggal 18 Juli. Memangnya kenapa?”
18 Juli? Berarti hari ini adalah....hari ulang tahunku! Dan kode lemari besi itu juga.....
Aku tersenyum dan kugenggam erat kertas itu. Pantas saja dia tak melawan saat aku akan merebut penelitian ini. Rupanya dia sudah tahu bahwa akulah si Lunar itu. Dia sengaja tidak melawan karena penelitian ini memang sengaja dia persembahkan sebagai hadiah ulang tahun untukku. Aku ingat, aku pernah memintanya meneliti mengenai Groudon, walaupun kuakui kalau saat itu aku tidak serius. Aku mengatakannya sebagai gurauan mengingat pekerjaannya sebagai ilmuwan. Tak kusangka dia menganggapnya serius.
Benar-benar di luar dugaan, secara kebetulan aku menyerang laboratoriumnya di hari ulang tahunku... kenapa aku bisa lupa ulang tahunku sendiri ya? Aku tersenyum mengingatnya. Aku menoleh melihat keluar helikopter. Mengenang semua kisah pertemananku dengan lelaki itu.Bagaimanapun, terima kasih Sammon....kau benar-benar teman yang baik....
*****
Sementara itu, di kediaman Sammon...
“Jadi kakak diserang?” tanya seorang anak laki-laki di videophone.
”Ya, tapi kamu tak perlu khawatir. Semuanya sudah dalam kendali sekarang,” jawab Sammon. ”Lebih baik kamu teruskan perjalananmu sebagai trainer. Oh, ya...kamu dimana sekarang?”
”Aku ada di kota Fallarbor.”
”Kota Fallarbor ya.... kalau begitu sampaikan salamku pada seseorang disana. Namanya...”
“Tapi kak, kenapa Kakak bisa begitu tenang setelah serangan itu? Sebenarnya apa yang terjadi,” potong anak itu.
Sammon tersenyum, ”Sudahlah Shed, kakak baik-baik saja,” jawab Sammon. ”Sekarang yang perlu kamu khawatirkan adalah sikapmu. Kamu tidak boleh memotong pembicaraan orang yang lebih tua, mengerti?”
”Mengerti kak, maaf....” jawab anak lelaki bernama Shed tersebut. ”Tapi wajar kan kalau aku khawatir?”
”Ya, wajar. Sudahlah, sudah malam. Kakak mau tidur dulu. Sampai jumpa.”
”Sampai jumpa kak, jaga diri baik-baik.”
”Ya....”
Sammon menutup gagang teleponnya pelan. Dia menatap keluar jendela dan bergumam, “Lunar, aku tahu itu pasti kamu...”