Seorang lelaki berpakaian serba hitam tampak berdiri di salah satu dahan pohon. Pandangan lelaki itu menatap tajam sebuah bangunan yang ada di seberang pohon tempatnya berdiri. Lama dia menatap tajam bangunan tersebut hingga kemudian tersenyum misterius.
”Sumber air panas Lavaridge... Menarik,” ujarnya seraya terkekeh.
Scene 8: Pemandian Air Panas Lavaridge
Kota Lavaridge. Sebuah kota yang berada tepat di bawah kaki Gunung Chimney, gunung berapi aktif yang ada di Hoenn. Kota ini merupakan pemberhentian pertamaku setelah berjibaku di rute 111 melawan para Pokemon trainer lainnya yang kutemui disana. Tentunya, Pokemon Center menjadi tempat yang pertama kali kudatangi. Selain untuk mengobati Sandshrew, juga untuk mengembalikan Wooper. Karena seperti yang dikatakan Kak Lydia sebelumnya, aku mesti segera mengembalikan Pokemon pinjaman tersebut kepadanya setelah aku mendapatkan Pokemon pertamaku. Selain mengobati Pokemon dan tempat menginap, di Pokemon Center ini juga tersedia alat canggih untuk mengirim PokeBall berisi Pokemon ke Pokemon Center di kota lain yang saling terintegrasi.
“Jadi kamu sudah mendapatkan Pokemon pertamamu?” tanya Kak Lydia melalui videophone di Pokemon Center.
“Iya kak,” jawabku mengangguk. “Aku telah memasukkan Wooper ke dalam storage box Pokemon Center. Kakak sudah bisa mengambilnya melalui Pokemon Center kota Verdanturf sekarang.”
“Baiklah. Nanti Kakak ambil bila datang ke Pokemon Center,” ujar Kak Lydia. ”Kakak senang mendengarmu berhasil mendapatkan Pokemon pertama. Itu berarti perjalananmu sebagai pelatih Pokemon baru saja dimulai. Semoga kamu berhasil menjadi pelatih Pokemon yang hebat.”
”Iya Kak, terima kasih banyak,” jawabku tersenyum. ”Wooper telah banyak membantuku dalam perjalanan ini. Semua ini tak terlepas dari peran Kakak. Dengan begini aku pasti akan berhasil menjadi Pokemon trainer yang hebat dan membawa pulang Groudon.”
”Kamu ini!” Kak Lydia langsung mendelik. ”Sudah berkali-kali Kakak katakan kalau Groudon adalah Pokemon legenda. Menangkap Pokemon legenda bisa menyebabkan masalah. Dan kalaupun kamu tetap bersikeras, mana mungkin kamu berhasil menangkap Pokemon yang tak tahu dimana keberadaannya itu,” ujar kak Lydia lagi.
”Tapi akan kubuktikan kalau itu bukan hanya sebuah obsesi belaka. Itu bisa menjadi sebuah kenyataan!” sangkalku antusias.
”Sudah Kakak bilang kan! Jangan bertindak macam-macam! Bahkan membayangkannya pun jangan sampai!” teriak Kak Lydia keras.
”I... I... Iya,” sergahku langsung tergagap.
”Terserah kamu sajalah, yang penting kamu harus berhati-hati dalam perjalanan ini.”
”Tentu saja! Sudah dulu ya, nanti aku hubungi lagi....”
Aku menutup videophone dan mengambil pokeball berisi Sandshrew yang telah selesai diobati. Tujuanku berikutnya adalah pergi ke Gym Kota Lavaridge untuk menantang gym leader kota ini. Bila aku berhasil, aku akan mendapatkan badge Pokemon League yang pertama!
Apa itu gym, gym leader, dan badge? Well, gym atau Pokemon gym adalah sebuah tempat pertarungan Pokemon yang menjadi ujian bagi para Pokemon trainer. Setiap Pokemon trainer yang ingin bisa mengikuti Pokemon League atau liga Pokemon mesti mengalahkan setiap gym leader yang ada di setiap gym yang tersebar di seluruh penjuru region. Di Hoenn, terdapat 8 gym. Artinya, ada 8 gym leader yang mesti aku kalahkan untuk bisa mengikuti Pokemon League, turnamen pertarungan Pokemon terbesar di region demi mendapatkan gelar Pokemon trainer tertinggi... Champion!
Tapi sebelum menantang gym, kupikir ada baiknya bila aku rileks sejenak setelah perjalanan panjang tadi. So, kuputuskan untuk menikmati pemandian air panas khas Kota Lavaridge. Pemandian ini terdapat di belakang Pokemon Center. Tentunya setelah berendam nanti badanku akan kembali terasa segar bugar, dan siap untuk badge pertamaku!
----------
Sekarang aku telah berada di pemandian air panas atau onsen yang terkenal itu. Pemandian air panas ini bergaya rotenburo, atau pemandian air panas terbuka. Sehingga, sembari berendam aku juga bisa menikmati pemandangan alam yang ada di sekitare. Selain itu, rotenburo ini adalah pemandian campuran, jadi pria dan wanita berendam bersama disini. Tak heran bila tempatnya luas. Sayangnya aku lagi sial hari ini. Hari ini pemandian tampak sepi. hanya ada beberapa orang saja yang berendam disini. Padahal, sudah timbul niat untuk melihat gadis-gadis cantik berendam disini. Tapi memang dasar lagi apes, hari ini hanya ada nenek-nenek saja yang berendam.
Kukeluarkan Sandshrew dari pokeball untuk ikut menyegarkan badan. Benar kata orang-orang, berendam dalam air hangat di pemandian ini sangat megarkan dan langsung mengembalikan stamina tubuh seperti sedia kala. Air panasnya sendiri berasal langsung dari kawah gunung Chimney. Yang mengandung belerang yang sangat baik bagi kesehatan. Karena hangatnya itulah, aku bersantai sejenak dan tak sengaja tertidur.
-----------
Hari telah malam saat aku terbangun dari tidurku, masih dalam keadaan berendam di pemandian air panas. Ah… hangatnya benar-benar terasa menentramkan. Kurasakan setiap sendiku seperti mendapatkan energi baru yang menggairahkan. Ah, andai onsen seperti ini ada di belakang rumahku, pasti rasanya menyenangkan.
Tapi tampaknya malam sudah begitu larut ketika aku terbangun. Tak ada siapapun di dalam pemandian. Hanya aku sendiri dan Sandshrew yang ikut tertidur di tepian kolam. Segera saja Sandshrew ikut terbangun menyusulku.
“Ah Sandshrew… Rasanya menyenangkan sekali ya?” tanyaku pelan sambil melihat ke arah Pokemon pertamaku itu.
Tapi Sandshrew bukannya menjawabku. Dia malah tampak mengendus dan melihat-lihat ke sekitar. Membuatku menjadi penasaran.
“Ada apa Sandshrew? Apa ada sesu….”
KRESEK… KRESEK…
Ucapanku terputus saat tiba-tiba terdengar langkah menyeret. Tak hanya suara seretan kaki, tapi juga suara bisikan-bisikan. Seperti ada banyak orang yang saling berbisik. Aku mencoba mencari tahu asal suara berisik itu. Awalnya kupikir itu suara Pokemon yang muncul di malam hari. Tapi kemudian kulihat banyak bayangan hitam bergerak tepat di samping dinding batu pemandian. Kuperhatikan bayangan-bayangan itu dengan was-was dan.... Hei! Bayangan-bayangan itu adalah manusia! Mereka memakai pakaian serba hitam dengan cadar menutup wajah... itu ninja!
“Jadi kamu sudah mendapatkan Pokemon pertamamu?” tanya Kak Lydia melalui videophone di Pokemon Center.
“Iya kak,” jawabku mengangguk. “Aku telah memasukkan Wooper ke dalam storage box Pokemon Center. Kakak sudah bisa mengambilnya melalui Pokemon Center kota Verdanturf sekarang.”
“Baiklah. Nanti Kakak ambil bila datang ke Pokemon Center,” ujar Kak Lydia. ”Kakak senang mendengarmu berhasil mendapatkan Pokemon pertama. Itu berarti perjalananmu sebagai pelatih Pokemon baru saja dimulai. Semoga kamu berhasil menjadi pelatih Pokemon yang hebat.”
”Iya Kak, terima kasih banyak,” jawabku tersenyum. ”Wooper telah banyak membantuku dalam perjalanan ini. Semua ini tak terlepas dari peran Kakak. Dengan begini aku pasti akan berhasil menjadi Pokemon trainer yang hebat dan membawa pulang Groudon.”
”Kamu ini!” Kak Lydia langsung mendelik. ”Sudah berkali-kali Kakak katakan kalau Groudon adalah Pokemon legenda. Menangkap Pokemon legenda bisa menyebabkan masalah. Dan kalaupun kamu tetap bersikeras, mana mungkin kamu berhasil menangkap Pokemon yang tak tahu dimana keberadaannya itu,” ujar kak Lydia lagi.
”Tapi akan kubuktikan kalau itu bukan hanya sebuah obsesi belaka. Itu bisa menjadi sebuah kenyataan!” sangkalku antusias.
”Sudah Kakak bilang kan! Jangan bertindak macam-macam! Bahkan membayangkannya pun jangan sampai!” teriak Kak Lydia keras.
”I... I... Iya,” sergahku langsung tergagap.
”Terserah kamu sajalah, yang penting kamu harus berhati-hati dalam perjalanan ini.”
”Tentu saja! Sudah dulu ya, nanti aku hubungi lagi....”
Aku menutup videophone dan mengambil pokeball berisi Sandshrew yang telah selesai diobati. Tujuanku berikutnya adalah pergi ke Gym Kota Lavaridge untuk menantang gym leader kota ini. Bila aku berhasil, aku akan mendapatkan badge Pokemon League yang pertama!
Apa itu gym, gym leader, dan badge? Well, gym atau Pokemon gym adalah sebuah tempat pertarungan Pokemon yang menjadi ujian bagi para Pokemon trainer. Setiap Pokemon trainer yang ingin bisa mengikuti Pokemon League atau liga Pokemon mesti mengalahkan setiap gym leader yang ada di setiap gym yang tersebar di seluruh penjuru region. Di Hoenn, terdapat 8 gym. Artinya, ada 8 gym leader yang mesti aku kalahkan untuk bisa mengikuti Pokemon League, turnamen pertarungan Pokemon terbesar di region demi mendapatkan gelar Pokemon trainer tertinggi... Champion!
Tapi sebelum menantang gym, kupikir ada baiknya bila aku rileks sejenak setelah perjalanan panjang tadi. So, kuputuskan untuk menikmati pemandian air panas khas Kota Lavaridge. Pemandian ini terdapat di belakang Pokemon Center. Tentunya setelah berendam nanti badanku akan kembali terasa segar bugar, dan siap untuk badge pertamaku!
----------
Sekarang aku telah berada di pemandian air panas atau onsen yang terkenal itu. Pemandian air panas ini bergaya rotenburo, atau pemandian air panas terbuka. Sehingga, sembari berendam aku juga bisa menikmati pemandangan alam yang ada di sekitare. Selain itu, rotenburo ini adalah pemandian campuran, jadi pria dan wanita berendam bersama disini. Tak heran bila tempatnya luas. Sayangnya aku lagi sial hari ini. Hari ini pemandian tampak sepi. hanya ada beberapa orang saja yang berendam disini. Padahal, sudah timbul niat untuk melihat gadis-gadis cantik berendam disini. Tapi memang dasar lagi apes, hari ini hanya ada nenek-nenek saja yang berendam.
Kukeluarkan Sandshrew dari pokeball untuk ikut menyegarkan badan. Benar kata orang-orang, berendam dalam air hangat di pemandian ini sangat megarkan dan langsung mengembalikan stamina tubuh seperti sedia kala. Air panasnya sendiri berasal langsung dari kawah gunung Chimney. Yang mengandung belerang yang sangat baik bagi kesehatan. Karena hangatnya itulah, aku bersantai sejenak dan tak sengaja tertidur.
-----------
Hari telah malam saat aku terbangun dari tidurku, masih dalam keadaan berendam di pemandian air panas. Ah… hangatnya benar-benar terasa menentramkan. Kurasakan setiap sendiku seperti mendapatkan energi baru yang menggairahkan. Ah, andai onsen seperti ini ada di belakang rumahku, pasti rasanya menyenangkan.
Tapi tampaknya malam sudah begitu larut ketika aku terbangun. Tak ada siapapun di dalam pemandian. Hanya aku sendiri dan Sandshrew yang ikut tertidur di tepian kolam. Segera saja Sandshrew ikut terbangun menyusulku.
“Ah Sandshrew… Rasanya menyenangkan sekali ya?” tanyaku pelan sambil melihat ke arah Pokemon pertamaku itu.
Tapi Sandshrew bukannya menjawabku. Dia malah tampak mengendus dan melihat-lihat ke sekitar. Membuatku menjadi penasaran.
“Ada apa Sandshrew? Apa ada sesu….”
KRESEK… KRESEK…
Ucapanku terputus saat tiba-tiba terdengar langkah menyeret. Tak hanya suara seretan kaki, tapi juga suara bisikan-bisikan. Seperti ada banyak orang yang saling berbisik. Aku mencoba mencari tahu asal suara berisik itu. Awalnya kupikir itu suara Pokemon yang muncul di malam hari. Tapi kemudian kulihat banyak bayangan hitam bergerak tepat di samping dinding batu pemandian. Kuperhatikan bayangan-bayangan itu dengan was-was dan.... Hei! Bayangan-bayangan itu adalah manusia! Mereka memakai pakaian serba hitam dengan cadar menutup wajah... itu ninja!
Scene 9: Konfrontasi Tengah Malam
Sosok-sosok misterius serupa ninja itu semakin bertambah dan bergerak mengendap-endap di tengah kegelapan malam. Mereka semakin banyak. Siapa sebenarnya mereka?
Dari celah dinding batu rotenburo, kulihat sosok-sosok itu mulai berkumpul di belakang Pokemon Center. Jumlah kuhitung ada sepuluh orang. Mereka sepertinya tengah menunggu komando untuk melakukan serangan. Tunggu dulu... Apa mereka hendak menyerang Pokemon Center? Kenapa? Apa yang menarik dari Pokemon Center? Apa mereka mau mengambil Pokemon-Pokemon yang ada di storage box Pokemon Center? Ah... kenapa aku jadi berpikiran buruk gini. Siapa tahu mereka hanya Pokemon trainer dengan class ninja yang hendak mengobati Pokemon mereka. Tapi kalau seperti itu kenapa mereka tidak lewat belakang saja?
Entahlah, perasaan tidak enak mengenai hal ini. Sesuatu yang buruk sepertinya akan terjadi dan aku tidak boleh diam saja. Baiklah, aku akan bertindak. Tapi sebelum itu aku mesti berpakaian dulu. Mengingat saat ini aku sedang telanjang bulat di dalam pemandian.
Perlahan aku keluar dari onsen dengan mengendap-endap. Berharap tidak menimbulkan suara gemericik air yang bisa didengar ninja-ninja tersebut. Karena meskipun dinding batunya tebal, namun tetap saja setiap gerakan dapat terdengar dari luar. Mengingat konsep dari pemandian ini yaitu rotenburo.
Akhirnya aku telah mengenakan pakaianku kembali. Dengan Sandshrew tampak berdiri waspada di sampingku. Aku bergerak pelan menempel pada dinding batu yang tinggi untuk melihat dan mendengar sosok-sosok itu lebih jelas. Sosok-sosok itu benar-benar ninja. Beberapa kini telah menempel erat di pintu belakang Pokemon Center. Seolah hendak mendobrak Pokemon Center dengan kasar. Sial! Aku harus mencegah ini terjadi. Aku harus segera...
”Mau apa kalian disini?!” tiba-tiba terdengar suara lantang yang memecah keheningan malam kota Lavaridge. Suara itu berasal dari seorang wanita berambut kuncir warna merah yang tak kusadari telah berada di belakang komplotan misterius itu.
Mendengar teriakan itu, ninja-ninja yang sedari tadi mengendap-endap di belakang Pokemon Center langsung berbalik menghadap asal suara. Mereka semua memasang kuda-kuda berniat menyerang sang wanita berambut kuncir.
PROK! PROK! PROK!
Tiba-tiba salah seorang ninja berjalan pelan mendekati wanita berambut kuncir sembari menepuk-nepukkan tangannya beberapa kali. Serta merta ninja-ninja yang lain menyingkir seolah memberi jalan pada ninja tersebut. Ninja tersebut berbeda dengan ninja-ninja lainnya. Dia tidak mengenakan penutup wajah seperti ninja-ninja yang lainnya. Sehingga aku bisa melihat wajahnya yang agak tua itu tampak menyeringai sombong ke arah wanita berambut kuncir. Dengan carut luka terlihat jelas di kedua belah pipi lelaki itu.
”Rupanya kita telah disambut oleh tuan rumah kota ini. Kita seharusnya berterima kasih pada wanita ini karena telah bersusah payah meluangkan waktunya malam ini. Hanya untuk menyambut kedatangan kita. Bukan begitu Nona Flannery?” ujar ninja tak bercadar yang kutebak sebagai pemimpin komplotan ninja itu. Lelaki itu menyebut nama Flannery. Jadi nama wanita berkuncir itu Flannery?
”Apa mau kalian disini, ninja-ninja Fallarbor?” tantang Flannery tak gentar. Ninja-ninja Fallarbor? Maksudnya komplotan ninja itu berasal dari kota Fallarbor, kota yang berada di balik Gunung Chimney itu?
Mendengar jawaban itu, ninja tanpa cadar kembali menyeringai. Dia menatap wajah Flannery tajam. ”Kami tentunya tak perlu berbasa-basi lagi Nona Flannery,” jawab pemimpin ninja itu. ”Bukankah sudah kami katakan beberapa waktu yang lalu. Kalau kami berniat mengambil alih sumber air panas di kota ini. Suka atau tidak suka... sumber air panas ini akan menjadi milik kami!”
”Sembarangan!” sergah Flannery cepat. ”Sumber air panas ini adalah milik kami, warga kota Lavaridge. Takkan kubiarkan kalian menganeksasinya dan memasukkannya ke dalam wilayah Fallarbor.” Flannery tampak marah. Matanya berapi-api memandang komplotan ninja yang kini sudah mengelilinginya. Meski dikelilingi para ninja, namun wanita itu seperti tak memiliki rasa takut. ”Kota Lavaridge dan kota Fallarbor sebenarnya bersahabat baik. Tapi kalian mencoba merusak persahabatan itu dengan mencoba merebut sumber air panas ini!”
”Hahahaha....” Sang ninja tanpa cadar tertawa keras mendengar ucapan Flannery. Dia lalu melihat pada ninja-ninja lainnya yang menjadi anak buahnya. ”Kalian dengar itu?” tanyanya. ”Dia bilang kita merusak hubungan kota Fallarbor dengan Lavaridge? Apa kita tak salah dengar?” Ulang sang pemimpin sambil beralih menatap Flannery tajam. ”Perlu kami jelaskan lagi, Nona Flannery. Perlu kami jelaskan lagi...” Ninja tanpa cadar berhenti sejenak kemudian meneruskan, ”Kami ini datang bukan sebagai warga kota Fallarbor, melainkan sebagai warga desa ninja Abu Fallarbor. Jadi, ini tak ada hubungannya dengan kota Fallarbor sedikitpun.”
”Terserah kalian mau mengatakan apa. Yang pasti takkan kubiarkan kalian merebut sumber air panas kebanggaan kota Lavaridge!” ujar Flannery semakin marah. ”Akan kulindungi kota ini dengan sekuat tenaga!”
”Baiklah kalau itu yang kau mau. Kami pun tak segan-segan menggunakan kekerasan.” Sang ninja pemimpin mengeluarkan sebuah PokeBall yang tiba-tiba saja muncul di tangan kanannya. Melihat itu Flannery pun bergegas mengeluarkan sebuah PokeBall dari sakunya.
”Biar kutunjukkan kehebatan ninja desa Abu! Keluarlah Ninjask!” seru lelaki tanpa cadar sambil melemparkan PokeBall di tangannya secepat kilat. Seekor Pokemon menyerupai lebah dan tampak seperti ninja keluar dari PokeBall. ”Kau tahu, tidak semua bisa berhadapan langsung denganku... Jiken, atau lengkpanya Bo-Jiken... sang pemimpin ninja desa Abu! Jadi kau harusnya merasa beruntung.”
Bo-Jiken? Jadi nama pemimpin ninja itu adalah Bo-Jiken?
”Oh, ya?” ejek Flannery dengan tatapan meremehkan. Dia melemparkan PokeBallnya dan keluarlah Torkoal, Pokemon kura-kura api yang dari dalam tubuhnya mengeluarkan asap panas. ”Kau pun harusnya merasa beruntung bisa berhadapan langsung satu lawan satu denganku, Gym Leader Kota Lavaride... Flannery!”
Ap-Apa?! Jadi wanita berambut kuncir warna merah itu adalah Gym Leader kota Lavaridge?
Dari celah dinding batu rotenburo, kulihat sosok-sosok itu mulai berkumpul di belakang Pokemon Center. Jumlah kuhitung ada sepuluh orang. Mereka sepertinya tengah menunggu komando untuk melakukan serangan. Tunggu dulu... Apa mereka hendak menyerang Pokemon Center? Kenapa? Apa yang menarik dari Pokemon Center? Apa mereka mau mengambil Pokemon-Pokemon yang ada di storage box Pokemon Center? Ah... kenapa aku jadi berpikiran buruk gini. Siapa tahu mereka hanya Pokemon trainer dengan class ninja yang hendak mengobati Pokemon mereka. Tapi kalau seperti itu kenapa mereka tidak lewat belakang saja?
Entahlah, perasaan tidak enak mengenai hal ini. Sesuatu yang buruk sepertinya akan terjadi dan aku tidak boleh diam saja. Baiklah, aku akan bertindak. Tapi sebelum itu aku mesti berpakaian dulu. Mengingat saat ini aku sedang telanjang bulat di dalam pemandian.
Perlahan aku keluar dari onsen dengan mengendap-endap. Berharap tidak menimbulkan suara gemericik air yang bisa didengar ninja-ninja tersebut. Karena meskipun dinding batunya tebal, namun tetap saja setiap gerakan dapat terdengar dari luar. Mengingat konsep dari pemandian ini yaitu rotenburo.
Akhirnya aku telah mengenakan pakaianku kembali. Dengan Sandshrew tampak berdiri waspada di sampingku. Aku bergerak pelan menempel pada dinding batu yang tinggi untuk melihat dan mendengar sosok-sosok itu lebih jelas. Sosok-sosok itu benar-benar ninja. Beberapa kini telah menempel erat di pintu belakang Pokemon Center. Seolah hendak mendobrak Pokemon Center dengan kasar. Sial! Aku harus mencegah ini terjadi. Aku harus segera...
”Mau apa kalian disini?!” tiba-tiba terdengar suara lantang yang memecah keheningan malam kota Lavaridge. Suara itu berasal dari seorang wanita berambut kuncir warna merah yang tak kusadari telah berada di belakang komplotan misterius itu.
Mendengar teriakan itu, ninja-ninja yang sedari tadi mengendap-endap di belakang Pokemon Center langsung berbalik menghadap asal suara. Mereka semua memasang kuda-kuda berniat menyerang sang wanita berambut kuncir.
PROK! PROK! PROK!
Tiba-tiba salah seorang ninja berjalan pelan mendekati wanita berambut kuncir sembari menepuk-nepukkan tangannya beberapa kali. Serta merta ninja-ninja yang lain menyingkir seolah memberi jalan pada ninja tersebut. Ninja tersebut berbeda dengan ninja-ninja lainnya. Dia tidak mengenakan penutup wajah seperti ninja-ninja yang lainnya. Sehingga aku bisa melihat wajahnya yang agak tua itu tampak menyeringai sombong ke arah wanita berambut kuncir. Dengan carut luka terlihat jelas di kedua belah pipi lelaki itu.
”Rupanya kita telah disambut oleh tuan rumah kota ini. Kita seharusnya berterima kasih pada wanita ini karena telah bersusah payah meluangkan waktunya malam ini. Hanya untuk menyambut kedatangan kita. Bukan begitu Nona Flannery?” ujar ninja tak bercadar yang kutebak sebagai pemimpin komplotan ninja itu. Lelaki itu menyebut nama Flannery. Jadi nama wanita berkuncir itu Flannery?
”Apa mau kalian disini, ninja-ninja Fallarbor?” tantang Flannery tak gentar. Ninja-ninja Fallarbor? Maksudnya komplotan ninja itu berasal dari kota Fallarbor, kota yang berada di balik Gunung Chimney itu?
Mendengar jawaban itu, ninja tanpa cadar kembali menyeringai. Dia menatap wajah Flannery tajam. ”Kami tentunya tak perlu berbasa-basi lagi Nona Flannery,” jawab pemimpin ninja itu. ”Bukankah sudah kami katakan beberapa waktu yang lalu. Kalau kami berniat mengambil alih sumber air panas di kota ini. Suka atau tidak suka... sumber air panas ini akan menjadi milik kami!”
”Sembarangan!” sergah Flannery cepat. ”Sumber air panas ini adalah milik kami, warga kota Lavaridge. Takkan kubiarkan kalian menganeksasinya dan memasukkannya ke dalam wilayah Fallarbor.” Flannery tampak marah. Matanya berapi-api memandang komplotan ninja yang kini sudah mengelilinginya. Meski dikelilingi para ninja, namun wanita itu seperti tak memiliki rasa takut. ”Kota Lavaridge dan kota Fallarbor sebenarnya bersahabat baik. Tapi kalian mencoba merusak persahabatan itu dengan mencoba merebut sumber air panas ini!”
”Hahahaha....” Sang ninja tanpa cadar tertawa keras mendengar ucapan Flannery. Dia lalu melihat pada ninja-ninja lainnya yang menjadi anak buahnya. ”Kalian dengar itu?” tanyanya. ”Dia bilang kita merusak hubungan kota Fallarbor dengan Lavaridge? Apa kita tak salah dengar?” Ulang sang pemimpin sambil beralih menatap Flannery tajam. ”Perlu kami jelaskan lagi, Nona Flannery. Perlu kami jelaskan lagi...” Ninja tanpa cadar berhenti sejenak kemudian meneruskan, ”Kami ini datang bukan sebagai warga kota Fallarbor, melainkan sebagai warga desa ninja Abu Fallarbor. Jadi, ini tak ada hubungannya dengan kota Fallarbor sedikitpun.”
”Terserah kalian mau mengatakan apa. Yang pasti takkan kubiarkan kalian merebut sumber air panas kebanggaan kota Lavaridge!” ujar Flannery semakin marah. ”Akan kulindungi kota ini dengan sekuat tenaga!”
”Baiklah kalau itu yang kau mau. Kami pun tak segan-segan menggunakan kekerasan.” Sang ninja pemimpin mengeluarkan sebuah PokeBall yang tiba-tiba saja muncul di tangan kanannya. Melihat itu Flannery pun bergegas mengeluarkan sebuah PokeBall dari sakunya.
”Biar kutunjukkan kehebatan ninja desa Abu! Keluarlah Ninjask!” seru lelaki tanpa cadar sambil melemparkan PokeBall di tangannya secepat kilat. Seekor Pokemon menyerupai lebah dan tampak seperti ninja keluar dari PokeBall. ”Kau tahu, tidak semua bisa berhadapan langsung denganku... Jiken, atau lengkpanya Bo-Jiken... sang pemimpin ninja desa Abu! Jadi kau harusnya merasa beruntung.”
Bo-Jiken? Jadi nama pemimpin ninja itu adalah Bo-Jiken?
”Oh, ya?” ejek Flannery dengan tatapan meremehkan. Dia melemparkan PokeBallnya dan keluarlah Torkoal, Pokemon kura-kura api yang dari dalam tubuhnya mengeluarkan asap panas. ”Kau pun harusnya merasa beruntung bisa berhadapan langsung satu lawan satu denganku, Gym Leader Kota Lavaride... Flannery!”
Ap-Apa?! Jadi wanita berambut kuncir warna merah itu adalah Gym Leader kota Lavaridge?
Scene 10: Torkoal Melawan Ninjask
Jadi Flannery adalah Gym Leader kota Lavaridge. Berarti yang akan kuhadapi besok pagi adalah dia. Baiklah, dengan begini aku bisa menyaksikan kehebatan Gym Leader Flannery sebelum menghadapinya besok.
”Torkoal, Ember!” perintah Flannery. Torkoal pun melemparkan serbuk bunga api ke arah Ninjask namun meleset. ”Apa?” Flannery terperangah melihat serangannya meleset.
”Hahaha.... kau harus tahu kalau kau takkan pernah bisa menyerang Ninjaskku. Karena dia sudah kulatih untuk menghindari setiap serangan dengan cepat. Seranganmu pasti akan selalu meleset,” ujar Jiken sambil tertawa mengejek.
Flannery menggeram, dia tampak marah. ”Lihat saja, akan kujatuhkan Ninjask dalam satu kali serangan! Torkoal, Overheat!” Torkoal mengeluarkan semburan api yang begitu besar, namun lagi-lagi Ninjask berhasil menghindarinya. ”Sial!” umpat Flannery semakin kesal.
”Hahaha...sudah kubilang bukan? Baiklah, sekarang giliranku! Ninjask, Shadow Ball!” perintah Jiken. Ninjask mengeluarkan sebuah bola berwarna hitam yang langsung melesat ke arah Torkoal. Torkoal tak sempat menghindar dan langsung terjatuh terkena serangan itu.
”Torkoal! Kau tidak apa-apa?” ujar Flannery panik.
”Sudahlah, sudah kami bilang kalau usahamu akan sia-sia. Kami ini kelompok ninja terkuat di wilayah Hoenn. Harusnya kau tak perlu berurusan dengan kami. Sudahlah, serahkan pemandian air panas ini baik-baik,” bujuk Jiken.
”Tidak akan pernah!” Flannery bangkit. Torkoal ikut bangkit. ”Torkoal, Ember!” Torkoal kemudian mengeluarkan percikan bunga api. Beberapa bunga api dapat dihindari dengan baik oleh Ninjask, tetapi dua bunga api berhasil menghantam Ninjask.
”Cis! Sekarang aku serius!” Jiken tampak marah. ”Ninjask, Poison Sting!” Ninjask menyerang Torkoal dengan sengatnya yang beracun. Serangannya tepat mengenai Torkoal. Tubuh Torkoal langsung membiru. Torkoal keracunan!
”Torkoal!” wajah Flannery berubah cemas. ”Kurang ajar!” umpatnya marah.
”Huh, lebih baik kusudahi saja!” Jiken tampak puas. Dia lalu menudingkan tangannya cepat dan mantap, menunjuk ke arah Torkoal yang lemah tak berdaya. ”Ninjask, sudahi ini! Aerial ace!”
Apa? Aerial ace? Aku terhenyak. Itu adalah serangan ampuh yang tidak dapat dihindari. Saat ini Torkoal tengah lemah karena terkena racun dari Poison Sting. Artinya, satu serangan saja akan langsung menjatuhkan Torkoal! Aku tak mau kelompok ninja itu yang menang, sekarang saatnya aku ikut campur!
”Sandshrew, Sand-attack!” perintahku cepat saat Ninjask tengah meluncur deras dari udara untuk menghantam Torkoal. Namun serangan pasir Sandshrew terlebih dahulu mengenai Ninjask sehingga menggganggu pandangan Pokemon Jiken itu. Sand-attack memiliki efek mengurangi akurasi serangan lawan. Sehingga tak heran bila kemudian menabrak pohon. Matanya tampak berkunang-kunang ketika mencoba melayang kembali.
”Apa? Siapa yang melakukan ini?” Jiken tampak marah melihat Pokemonnya tiba-tiba menabrak pohon. Matanya dengan awas dan cepat mencari asal serangan.
”Aku yang melakukannya!” jawabku sambil melompat mantap dari atas dinding batu rotenburo. Kini aku telah berada di luar pemandian, dengan banyak pasang mata tampak mengawasiku. Tatapan-tatapn itu langsung membuatku merinding. Aku tidak menyangka bila ninja-ninja tersebut lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Sementara itu Sandshrew dengan cepat membentuk tubuhnya menjadi bola dan bergerak mendekatiku.
”Siapa kau dan apa urusanmu mencampuri pertarungan kami?” bentak Jiken marah. Dia menatap wajahku cepat, menampakkan amarah di wajahnya yang penuh carut.
Mendapat tatapan seperti itu membuatku tidak tahu harus berbuat apa. Jujur, aku merasa takut. Tapi aku tidak boleh menampakkannya. Aku sudah terlanjur keluar, jadi aku tidak punya jalan lain. Baiklah, aku mesti memberanikan diriku untuk...
”Na... Namaku Lunar,” ujarku memperkenalkan diri. Hampir saja aku ingin melanjutkan nama lengkapku. Beruntung aku tergagap sehingga aku segera teringat pada pesan kakakku untuk tidak menyebutkan nama keluarga kami. ”Aku adalah Pokemon trainer,” sambungku cepat. ”Alasanku mengganggu pertarungan kalian karena aku suka dengan pemandian air panas kota ini. Karena itu takkan kubiarkan kalian merampasnya dari warga Lavaridge!”
”Lunar?” tanya Flannery heran.
”Lalu apa maumu Hah?” tanya Jiken kesal. Kedua lengannya kini dilipat di depan dadanya dengan angkuh.
”Aku mau melawanmu! Dan bila kau kalah, enyahlah dari desa ini!” tantangku tiba-tiba. Terus terang saja ucapan itu keluar begitu saja dengan cepat.
Jiken menyeringai. Dia tampak tertawa berat. ”Hoho....baiklah, tapi kalau kau kalah, jangan ikut campur masalah kami!” sahut Jiken memberikan syarat. Aku langsung mengangguk mengiyakan.
Aku tak tahu apakah nantinya bisa menang melawan Jiken. Mengingat aku adalah Pokemon trainer pemula. Sementara Jiken, dia adalah pemimpin tim ninja Abu. Level kami tentu beda jauh. Namun berbekal pengalaman dari pertarungan melawan para Pokemon trainer sebelum-sebelumnya, baik yang kulawan di rute 111 maupun yang kutemui dalam perjalanan ke kota Lavaridge, membuatku optimis aku bisa mengalahkannya. Aku akan berusaha!
”Peraturannya hanya menggunakan satu Pokemon,” kataku mengajukan syarat. Tentu saja harus seperti itu karena Pokemon yang kumiliki hanya Sandshrew saja. Aku berharap Jiken menyetujui persyaratanku.
”Baiklah,” sahut Jiken mengangguk. Membuatku bersorak senang dalam hati. ”Satu Pokemon saja kurasa cukup mengalahkanmu anak muda...”
”Lunar, apa kamu yakin kamu sanggup mengalahkannya?” tanya Flannery. ”Dia itu pemimpin ninja yang selalu mengganggu kami, aku saja kewalahan menghadapinya.”
Aku tersenyum kecut lalu memandang Flannery. ”Lebih baik kau sembuhkan Torkoal dari racun tadi sementara aku akan melawannya. Aku sama denganmu, aku akan mempertahankan sumber air panas sebagai kebanggaan kota ini. Takkan kubiarkan mereka merebutnya. Kalaupun aku kalah, aku berharap kau bisa mengalahkannya. Namun kalau aku menang, aku berharap kau mau menerima tantanganku besok.”
Flannery tersenyum sinis. ”Oke, bocah sombong. Aku penasaran sekuat apa dirimu. Aku pun berharap bisa bertarung denganmu.”
”Banyak omong, terima ini!” tiba-tiba Jiken berteriak keras. ”Ninjask, Fury Swipes!”
Oh, tidak... Ninjask menyerbu ke arah Sandshrew dengan cepat!
”Torkoal, Ember!” perintah Flannery. Torkoal pun melemparkan serbuk bunga api ke arah Ninjask namun meleset. ”Apa?” Flannery terperangah melihat serangannya meleset.
”Hahaha.... kau harus tahu kalau kau takkan pernah bisa menyerang Ninjaskku. Karena dia sudah kulatih untuk menghindari setiap serangan dengan cepat. Seranganmu pasti akan selalu meleset,” ujar Jiken sambil tertawa mengejek.
Flannery menggeram, dia tampak marah. ”Lihat saja, akan kujatuhkan Ninjask dalam satu kali serangan! Torkoal, Overheat!” Torkoal mengeluarkan semburan api yang begitu besar, namun lagi-lagi Ninjask berhasil menghindarinya. ”Sial!” umpat Flannery semakin kesal.
”Hahaha...sudah kubilang bukan? Baiklah, sekarang giliranku! Ninjask, Shadow Ball!” perintah Jiken. Ninjask mengeluarkan sebuah bola berwarna hitam yang langsung melesat ke arah Torkoal. Torkoal tak sempat menghindar dan langsung terjatuh terkena serangan itu.
”Torkoal! Kau tidak apa-apa?” ujar Flannery panik.
”Sudahlah, sudah kami bilang kalau usahamu akan sia-sia. Kami ini kelompok ninja terkuat di wilayah Hoenn. Harusnya kau tak perlu berurusan dengan kami. Sudahlah, serahkan pemandian air panas ini baik-baik,” bujuk Jiken.
”Tidak akan pernah!” Flannery bangkit. Torkoal ikut bangkit. ”Torkoal, Ember!” Torkoal kemudian mengeluarkan percikan bunga api. Beberapa bunga api dapat dihindari dengan baik oleh Ninjask, tetapi dua bunga api berhasil menghantam Ninjask.
”Cis! Sekarang aku serius!” Jiken tampak marah. ”Ninjask, Poison Sting!” Ninjask menyerang Torkoal dengan sengatnya yang beracun. Serangannya tepat mengenai Torkoal. Tubuh Torkoal langsung membiru. Torkoal keracunan!
”Torkoal!” wajah Flannery berubah cemas. ”Kurang ajar!” umpatnya marah.
”Huh, lebih baik kusudahi saja!” Jiken tampak puas. Dia lalu menudingkan tangannya cepat dan mantap, menunjuk ke arah Torkoal yang lemah tak berdaya. ”Ninjask, sudahi ini! Aerial ace!”
Apa? Aerial ace? Aku terhenyak. Itu adalah serangan ampuh yang tidak dapat dihindari. Saat ini Torkoal tengah lemah karena terkena racun dari Poison Sting. Artinya, satu serangan saja akan langsung menjatuhkan Torkoal! Aku tak mau kelompok ninja itu yang menang, sekarang saatnya aku ikut campur!
”Sandshrew, Sand-attack!” perintahku cepat saat Ninjask tengah meluncur deras dari udara untuk menghantam Torkoal. Namun serangan pasir Sandshrew terlebih dahulu mengenai Ninjask sehingga menggganggu pandangan Pokemon Jiken itu. Sand-attack memiliki efek mengurangi akurasi serangan lawan. Sehingga tak heran bila kemudian menabrak pohon. Matanya tampak berkunang-kunang ketika mencoba melayang kembali.
”Apa? Siapa yang melakukan ini?” Jiken tampak marah melihat Pokemonnya tiba-tiba menabrak pohon. Matanya dengan awas dan cepat mencari asal serangan.
”Aku yang melakukannya!” jawabku sambil melompat mantap dari atas dinding batu rotenburo. Kini aku telah berada di luar pemandian, dengan banyak pasang mata tampak mengawasiku. Tatapan-tatapn itu langsung membuatku merinding. Aku tidak menyangka bila ninja-ninja tersebut lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Sementara itu Sandshrew dengan cepat membentuk tubuhnya menjadi bola dan bergerak mendekatiku.
”Siapa kau dan apa urusanmu mencampuri pertarungan kami?” bentak Jiken marah. Dia menatap wajahku cepat, menampakkan amarah di wajahnya yang penuh carut.
Mendapat tatapan seperti itu membuatku tidak tahu harus berbuat apa. Jujur, aku merasa takut. Tapi aku tidak boleh menampakkannya. Aku sudah terlanjur keluar, jadi aku tidak punya jalan lain. Baiklah, aku mesti memberanikan diriku untuk...
”Na... Namaku Lunar,” ujarku memperkenalkan diri. Hampir saja aku ingin melanjutkan nama lengkapku. Beruntung aku tergagap sehingga aku segera teringat pada pesan kakakku untuk tidak menyebutkan nama keluarga kami. ”Aku adalah Pokemon trainer,” sambungku cepat. ”Alasanku mengganggu pertarungan kalian karena aku suka dengan pemandian air panas kota ini. Karena itu takkan kubiarkan kalian merampasnya dari warga Lavaridge!”
”Lunar?” tanya Flannery heran.
”Lalu apa maumu Hah?” tanya Jiken kesal. Kedua lengannya kini dilipat di depan dadanya dengan angkuh.
”Aku mau melawanmu! Dan bila kau kalah, enyahlah dari desa ini!” tantangku tiba-tiba. Terus terang saja ucapan itu keluar begitu saja dengan cepat.
Jiken menyeringai. Dia tampak tertawa berat. ”Hoho....baiklah, tapi kalau kau kalah, jangan ikut campur masalah kami!” sahut Jiken memberikan syarat. Aku langsung mengangguk mengiyakan.
Aku tak tahu apakah nantinya bisa menang melawan Jiken. Mengingat aku adalah Pokemon trainer pemula. Sementara Jiken, dia adalah pemimpin tim ninja Abu. Level kami tentu beda jauh. Namun berbekal pengalaman dari pertarungan melawan para Pokemon trainer sebelum-sebelumnya, baik yang kulawan di rute 111 maupun yang kutemui dalam perjalanan ke kota Lavaridge, membuatku optimis aku bisa mengalahkannya. Aku akan berusaha!
”Peraturannya hanya menggunakan satu Pokemon,” kataku mengajukan syarat. Tentu saja harus seperti itu karena Pokemon yang kumiliki hanya Sandshrew saja. Aku berharap Jiken menyetujui persyaratanku.
”Baiklah,” sahut Jiken mengangguk. Membuatku bersorak senang dalam hati. ”Satu Pokemon saja kurasa cukup mengalahkanmu anak muda...”
”Lunar, apa kamu yakin kamu sanggup mengalahkannya?” tanya Flannery. ”Dia itu pemimpin ninja yang selalu mengganggu kami, aku saja kewalahan menghadapinya.”
Aku tersenyum kecut lalu memandang Flannery. ”Lebih baik kau sembuhkan Torkoal dari racun tadi sementara aku akan melawannya. Aku sama denganmu, aku akan mempertahankan sumber air panas sebagai kebanggaan kota ini. Takkan kubiarkan mereka merebutnya. Kalaupun aku kalah, aku berharap kau bisa mengalahkannya. Namun kalau aku menang, aku berharap kau mau menerima tantanganku besok.”
Flannery tersenyum sinis. ”Oke, bocah sombong. Aku penasaran sekuat apa dirimu. Aku pun berharap bisa bertarung denganmu.”
”Banyak omong, terima ini!” tiba-tiba Jiken berteriak keras. ”Ninjask, Fury Swipes!”
Oh, tidak... Ninjask menyerbu ke arah Sandshrew dengan cepat!
Bab ini disponsori oleh...
Scene 11: Pertahanan Sandshrew
”Banyak omong, terima ini!” tiba-tiba Jiken berteriak keras. ”Ninjask, Fury swipes!”
Ninjask meluncurkan pukulan-pukulan beruntun ke arah Sandshrew. Sandshrew tampak kewalahan menghadapi serangan-serangan itu.
”Sandshrew, Defense Curl!” perintahku mengantisipasi serangan Ninjask. Sandshrew langsung menurutinya dengan patuh dan menggulung tubuhnya menjadi bola gulungan sebesar bola basket. Dia menggelinding dengan cepat menghindari hantaman beruntun Ninjask.
”Huh, Defense Curl ya?” tanya Jiken menyeringai jahat. ”Kamu pikir Ninjaskku tak dapat menghancurkannya? Bodoh sekali!”
Pukulan-pukulan beruntun terus-menerus menyerang Sandshrew yang kini telah berbentuk bola. Sandshrew terus menghindar dan menggelinding dalam usahanya menghindari serangan Ninjask.
”Sampai kapan Sandshrew milikmu itu bermain petak umpet dalam bola?” ejek Jiken. Yang kalau dipikir memang.... ya, dia benar. Sandshrew tak boleh bertahan dalam tubuh bolanya terus menerus. Biarpun pertahanannya meningkat, tapi bila dihantam terus-menerus Sandshrew bisa kalah.
”Baiklah, Sandshrew gunakan Sand-attack!”
Sandshrew keluar dari tubuh bolanya dan langsung menendang banyak pasir ke arah Ninjask. Sekali lagi Ninjask kesulitan mengontrol gerakannya.
”Hahahaha!” entah kenapa Jiken justru tertawa melihat hal itu. ”Kamu mau bermain-main denganku ya? Kenapa dari tadi hanya menggunakan jurus-jurus status yang tak berguna seperti itu? Apa Sandshrew kecil milikmu tidak memiliki jurus lain?” ejek Jiken. Sekarang aku tahu alasannya tertawa. ”Kalau seperti ini sih Ninjaskku bisa langsung menghabisi Sandshrew milikmu!”
Sial! Dia terus mengejekku. Baiklah kalau begitu... akan kulakukan seperti yang kau mau. “Sandshrew, serangan cakar!” perintahku.
”Jangan, dia hanya memancingmu!” tiba-tiba Flannery memberikan peringatan.
”Apa?” aku terkejut, namun dengan cepat aku mengerti apa yang dimaksud Flannery. Tapi sudah terlambat. Sandshrew sudah melompat dan melayangkan cakar ke arah Ninjask. Sialnya, Serangan Sandshrew meleset, memberikan ruang yang tepat bagi Ninjask untuk menyerang balik. Dan pukulan beruntun Ninjask berikutnya berhasil menjatuhkan Sandshrew ke tanah.
”Hahahaha! Kamu terjebak Nak!” Jiken tertawa keras mengejekku. ”Kamu masih terlalu dini untuk melawanku!”
Sial! Aku terjebak! Tapi aku tak mau kalah. ”Sandshrew, ayo bangkit!” Sandshrew langsung bangkit dan bersiap untuk menyerang. Bagus, ini berarti X Defend yang aku berikan kepada Sandshrew sewaktu bersembunyi tadi sudah bekerja. Aku memang sengaja memberikan X Defend kepada Sandshrew untuk berjaga-jaga bila aku harus bertarung dengan kelompok ninja ini. X Defend adalah item khusus yang bisa menambah statistisk defense dari Pokemon secara signifikan.
”Huh, kuat juga Sandshrew milikmu, tapi itu takkan lama. Ninjask, gunakan Double Team!”
Dari tubuh Ninjask kemudian muncul bayangan-bayangan Ninjask lain yang bergerak mengitari Sandshrew. Kini bayangan-bayangan itu mengepung Sandshrew. Sandshrew tampak kebingungan mencari mana Ninjask yang asli.
”Sandshrew, berkonsentrasilah! Cari Ninjask yang asli,” hanya itu yang bisa kukatakan pada Sandshrew. Aku sendiri tidak tahu yang mana sosok Ninjask yang sebenarnya.
”Haha...sekarang kamu bingung kan?” lagi-lagi Jiken tertawa mengejek. ”Walaupun Sandshrew bisa menemukan Ninjask yang asli, tapi dia tetap tidak akan bisa menyerang Ninjask terlebih dulu. Ini berkat ability yang dimiliki Ninjask, Speed Boost.”
Speed Boost? Ability yang meningkatkan speed Pokemon dalam melakukan serangan?
Sandshrew mencoba menyerang salah satu bayangan Ninjask, namun itu hanya bayangan dan tiba-tiba saja Ninjask menyerang dari belakang. Sandshrew terjatuh lagi terkena serangan itu.
”Sandshrew, bertahanlah!” aku bingung harus berbuat apa, tapi yang pasti aku harus cepat mengambil keputusan. Aku pun mencoba untuk menemukan Ninjask yang asli. ”Sandshrew, Sand-attack!”
Sandshrew melemparkan pasir ke arah bayangan-bayangan Ninjask. Namun lagi-lagi Ninjask muncul dan menyerang Sandshrew dengan brutal.
”Hahaha....bagaimana? Sepertinya tinggal menunggu waktu saja hingga aku memenangkan pertarungan ini,” ujar Jiken sangat meyakinkan.
Sandshrew mencoba bangkit. Kulihat dia tampak kelelahan. Jelas saja dia kelelahan bila diserang bertubi-tubi seperti itu. Apa boleh buat, paling tidak Sandshrew bisa bertahan sampai kutemukan cara tepat melumpuhkan Ninjask.
”Sandshrew, Defense Curl!” lagi-lagi aku memerintahkan Sandshrew membentuk tubuhnya menjadi bola. Sandshrew menggelinding sementara Ninjask mengeluarkan serangan beruntun ke arahnya.
Apa tadi yang kukatakan? Menggelinding? Aha! Aku punya ide....
Ninjask meluncurkan pukulan-pukulan beruntun ke arah Sandshrew. Sandshrew tampak kewalahan menghadapi serangan-serangan itu.
”Sandshrew, Defense Curl!” perintahku mengantisipasi serangan Ninjask. Sandshrew langsung menurutinya dengan patuh dan menggulung tubuhnya menjadi bola gulungan sebesar bola basket. Dia menggelinding dengan cepat menghindari hantaman beruntun Ninjask.
”Huh, Defense Curl ya?” tanya Jiken menyeringai jahat. ”Kamu pikir Ninjaskku tak dapat menghancurkannya? Bodoh sekali!”
Pukulan-pukulan beruntun terus-menerus menyerang Sandshrew yang kini telah berbentuk bola. Sandshrew terus menghindar dan menggelinding dalam usahanya menghindari serangan Ninjask.
”Sampai kapan Sandshrew milikmu itu bermain petak umpet dalam bola?” ejek Jiken. Yang kalau dipikir memang.... ya, dia benar. Sandshrew tak boleh bertahan dalam tubuh bolanya terus menerus. Biarpun pertahanannya meningkat, tapi bila dihantam terus-menerus Sandshrew bisa kalah.
”Baiklah, Sandshrew gunakan Sand-attack!”
Sandshrew keluar dari tubuh bolanya dan langsung menendang banyak pasir ke arah Ninjask. Sekali lagi Ninjask kesulitan mengontrol gerakannya.
”Hahahaha!” entah kenapa Jiken justru tertawa melihat hal itu. ”Kamu mau bermain-main denganku ya? Kenapa dari tadi hanya menggunakan jurus-jurus status yang tak berguna seperti itu? Apa Sandshrew kecil milikmu tidak memiliki jurus lain?” ejek Jiken. Sekarang aku tahu alasannya tertawa. ”Kalau seperti ini sih Ninjaskku bisa langsung menghabisi Sandshrew milikmu!”
Sial! Dia terus mengejekku. Baiklah kalau begitu... akan kulakukan seperti yang kau mau. “Sandshrew, serangan cakar!” perintahku.
”Jangan, dia hanya memancingmu!” tiba-tiba Flannery memberikan peringatan.
”Apa?” aku terkejut, namun dengan cepat aku mengerti apa yang dimaksud Flannery. Tapi sudah terlambat. Sandshrew sudah melompat dan melayangkan cakar ke arah Ninjask. Sialnya, Serangan Sandshrew meleset, memberikan ruang yang tepat bagi Ninjask untuk menyerang balik. Dan pukulan beruntun Ninjask berikutnya berhasil menjatuhkan Sandshrew ke tanah.
”Hahahaha! Kamu terjebak Nak!” Jiken tertawa keras mengejekku. ”Kamu masih terlalu dini untuk melawanku!”
Sial! Aku terjebak! Tapi aku tak mau kalah. ”Sandshrew, ayo bangkit!” Sandshrew langsung bangkit dan bersiap untuk menyerang. Bagus, ini berarti X Defend yang aku berikan kepada Sandshrew sewaktu bersembunyi tadi sudah bekerja. Aku memang sengaja memberikan X Defend kepada Sandshrew untuk berjaga-jaga bila aku harus bertarung dengan kelompok ninja ini. X Defend adalah item khusus yang bisa menambah statistisk defense dari Pokemon secara signifikan.
”Huh, kuat juga Sandshrew milikmu, tapi itu takkan lama. Ninjask, gunakan Double Team!”
Dari tubuh Ninjask kemudian muncul bayangan-bayangan Ninjask lain yang bergerak mengitari Sandshrew. Kini bayangan-bayangan itu mengepung Sandshrew. Sandshrew tampak kebingungan mencari mana Ninjask yang asli.
”Sandshrew, berkonsentrasilah! Cari Ninjask yang asli,” hanya itu yang bisa kukatakan pada Sandshrew. Aku sendiri tidak tahu yang mana sosok Ninjask yang sebenarnya.
”Haha...sekarang kamu bingung kan?” lagi-lagi Jiken tertawa mengejek. ”Walaupun Sandshrew bisa menemukan Ninjask yang asli, tapi dia tetap tidak akan bisa menyerang Ninjask terlebih dulu. Ini berkat ability yang dimiliki Ninjask, Speed Boost.”
Speed Boost? Ability yang meningkatkan speed Pokemon dalam melakukan serangan?
Sandshrew mencoba menyerang salah satu bayangan Ninjask, namun itu hanya bayangan dan tiba-tiba saja Ninjask menyerang dari belakang. Sandshrew terjatuh lagi terkena serangan itu.
”Sandshrew, bertahanlah!” aku bingung harus berbuat apa, tapi yang pasti aku harus cepat mengambil keputusan. Aku pun mencoba untuk menemukan Ninjask yang asli. ”Sandshrew, Sand-attack!”
Sandshrew melemparkan pasir ke arah bayangan-bayangan Ninjask. Namun lagi-lagi Ninjask muncul dan menyerang Sandshrew dengan brutal.
”Hahaha....bagaimana? Sepertinya tinggal menunggu waktu saja hingga aku memenangkan pertarungan ini,” ujar Jiken sangat meyakinkan.
Sandshrew mencoba bangkit. Kulihat dia tampak kelelahan. Jelas saja dia kelelahan bila diserang bertubi-tubi seperti itu. Apa boleh buat, paling tidak Sandshrew bisa bertahan sampai kutemukan cara tepat melumpuhkan Ninjask.
”Sandshrew, Defense Curl!” lagi-lagi aku memerintahkan Sandshrew membentuk tubuhnya menjadi bola. Sandshrew menggelinding sementara Ninjask mengeluarkan serangan beruntun ke arahnya.
Apa tadi yang kukatakan? Menggelinding? Aha! Aku punya ide....
Scene 12: Usaha Terakhir Sandshrew
Baiklah, gerakan bola Sandshrew yang menggelinding tadi memberikanku sebuah ide. Biarpun kesempatan untuk mengalahkan Ninjask dengan ide ini sangat kecil, tapi harus mencobanya.
”Sandshrew, menggelinding ke arah bayangan-bayangan itu!” perintahku. Sandshrew lalu menggelinding dan menabrak satu-persatu bayangan Ninjask. Dengan begini akan ketahuan mana Ninjask yang asli.
”Apa?” Jiken terperangah. Sepertinya dia tak menduga hal ini.
TUK!
Sandshrew menabrak Ninjask yang asli setelah sebelum melewati bayangan-bayangan Ninjask yang lain. Tak butuh waktu lama bagi Sandshrew untuk menemukan Ninjask yang asli dengan cara ini..
”Itu dia!” teriakku cepat. ”Sandshrew, Scratch!” dengan tiba-tiba Sandshrew keluar dari tubuh bolanya dan langsung mengayunkan cakarnya ke arah Ninjask. Kali ini kena!
”Ho, rupanya kamu pintar juga bocah!” Jiken menggeram. ”Aku tak mau kecolongan... Sekarang akan kuakhiri! Ninjask, gunakan Aerial Ace!” Ninjask melesat tinggi dan kemudian meluncur ke arah Sandshrew.
”Sandshrew, Sand-attack!”
Sandshrew melemparkan pasir ke arah Ninjask tepat saat Ninjask akan menghantamnya. Kepulan debu karena serangan pasir pun mengepul menutupi kedua Pokemon tersebut.
Aku dan Jiken menunggu debu tersebut menghilang. Mungkin karena serangan pasir tadi terlalu dekat dengan Sandshrew dan Ninjask sehingga debunya bertahan cukup lama. Tapi perlahan demi perlahan debu yang menyelubungi Sandshrew dan Ninjask pun pudar. Kini kami bisa melihat apa yang terjadi dengan kedua Pokemon yang tengah bertarung tadi.
Aku tak percaya dengan yang kulihat. Tampak Ninjask berhasil menusuk perut Sandshrew sementara Sandshrew berusaha keras menahan tusukan Ninjask. Namun ternyata... Sandshrew berhasil menusuk mata Ninjask! Ninjask pun terjatuh ke tanah. Pokemon itu tidak bisa melanjutkan pertarungan.
”Berhasil!” aku berseru kegirangan. Akhirnya aku dan Sandshrew berhasil mengalahkan Jiken dan Ninjask-nya! Semua yang melihatnya pun terperangah seolah tak percaya. Termasuk Jiken.
”Kurang ajar! Ninjask, kembali!” Jiken marah besar. Dia mengembalikan Ninjask ke dalam pokeball dengan menatapku tajam.
”Luar biasa... kamu berhasil Lunar!” ujar Flannery memberi selamat. ”Aku tak menyangka hal ini sama sekali.”
”Aku....hanya beruntung....” sahutku mencoba menutupi perasaan senangku. Aku tak mau terlalu senang sekarang, karena aku belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku tak tahu apakah Jiken akan menepati janjinya. Karena itulah... ”Tuan Jiken, kau harus menepati janjimu. Sebaiknya kau dan anak buahmu pergi dari sini sekarang.”
Jiken tersenyum misterius. Dia menatapku, menatap Flannery, lalu berkata, ”Baiklah, kuakui kamu hebat Lunar. Kamu bisa mengalahkanku, maka akan kutepati janjiku. Ninja desa Abu takkan pernah ingkar janji. Dan kau Flannery, kau harus berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan kotamu,” ujar Jiken seraya berbalik. Dia memandang semua ninja yang sedari tadi menunggu perintah. ”Baiklah anak-anak.....kita pulang sekarang!” seru Jiken pada semua ninja.
”Tunggu dulu!” sergahku saat para ninja itu hendak melangkah pergi. Jiken dan para ninja yang mulai berbalik pergi pun kembali menoleh, melihat ke arahku. Setelah mendapatkan perhatian mereka, barulah aku meneruskan ucapanku. ”Kalau kau tak keberatan menjawab....Aku ingin tahu kenapa kau sangat ingin merebut sumber air panas kota ini?”
Jiken tersenyum misterius mendengar pertanyaanku. Dia lalu menatapku dan berkata, ”Baiklah, akan kukatakan kenapa kami, ninja desa Abu sangat ingin merebut sumber air panas ini.” Jiken pun mulai bercerita. ”Kami berniat membangun desa yang lebih maju lagi, kalau bisa lebih maju dari kota Fallarbor, tetangga kami. Lalu saat kami mengetahui bahwa kota Lavaridge memiliki sumber pemandian air panas, terpikirkan oleh kami untuk merebut daerah ini.”
”Mengapa?”
”Untuk mendapat penghasilan dan ketenaran sehingga banyak yang akan datang ke desa kalian,” sambung Flannery sebelum Jiken sempat menjawab pertanyaanku.
”Betul sekali Nona Flannery,” sahut Jiken. Jiken lalu menegadah memandang jauh ke arah Gunung Chimney yang menjulang tinggi disana. ”Desa kami terletak di kaki gunung Chimney, dimana setiap harinya selalu turun hujan abu dari gunung Chimney. Itulah mengapa desa kami disebut desa ninja Abu. Keadaan inilah yang membuat kehidupan di desa kami sangat merana. Banyak warga kami para ninja Abu yang tidak memiliki mata pencaharian karena wilayah kami sangat tidak memungkinkan untuk bercocok tanam.
”Pada akhirnya kami melakukan segala cara untuk dapat bertahan hidup di tengah kehidupan gunung Chimney yang ganas. Desa kami pun segera menjadi desa yang ditakuti oleh banyak orang sehingga kehidupan kami pun menjadi semakin susah dikarenakan tidak ada satupun orang yang berani datang ke desa kami. Mendengar nama desa ninja Abu, mereka pun jadi ketakutan. Kami seperti masyarakat yang terasing. Karena itulah kami berniat menganeksasi sumber air panas di kota ini. Selain dapat mendatangkan pemasukan, wilayah desa Abu pun akan semakin luas mengalahkan kota Fallarbor....” kisah Jiken panjang lebar.
”Begitu ya....” sahutku mencoba memahami kisah ninja desa Abu tersebut. Benar-benar cerita yang...
”Kenapa kalian tidak mencoba membuatnya sendiri?” celetuk Flannery tiba-tiba.
”Apa maksudmu?” tanya Jiken tak mengerti.
”Kalian bisa membuat sumber air panas di desa kalian dengan memanfaatkan geyser gunung Chimney,” jawab Flannery. ”Sumber air panas kota Lavaridge sendiri dulunya tidak seperti ini. Kami warga kota yang membangunnya dengan membuat aliran dari geyser Gunung Chimney.”
”Benarkah itu?” tanya Jiken tak percaya.
Flannery menjawabnya dengan mengangguk. ”Aku bisa membantu kalian kalau kalian bersedia.”
”Sandshrew, menggelinding ke arah bayangan-bayangan itu!” perintahku. Sandshrew lalu menggelinding dan menabrak satu-persatu bayangan Ninjask. Dengan begini akan ketahuan mana Ninjask yang asli.
”Apa?” Jiken terperangah. Sepertinya dia tak menduga hal ini.
TUK!
Sandshrew menabrak Ninjask yang asli setelah sebelum melewati bayangan-bayangan Ninjask yang lain. Tak butuh waktu lama bagi Sandshrew untuk menemukan Ninjask yang asli dengan cara ini..
”Itu dia!” teriakku cepat. ”Sandshrew, Scratch!” dengan tiba-tiba Sandshrew keluar dari tubuh bolanya dan langsung mengayunkan cakarnya ke arah Ninjask. Kali ini kena!
”Ho, rupanya kamu pintar juga bocah!” Jiken menggeram. ”Aku tak mau kecolongan... Sekarang akan kuakhiri! Ninjask, gunakan Aerial Ace!” Ninjask melesat tinggi dan kemudian meluncur ke arah Sandshrew.
”Sandshrew, Sand-attack!”
Sandshrew melemparkan pasir ke arah Ninjask tepat saat Ninjask akan menghantamnya. Kepulan debu karena serangan pasir pun mengepul menutupi kedua Pokemon tersebut.
Aku dan Jiken menunggu debu tersebut menghilang. Mungkin karena serangan pasir tadi terlalu dekat dengan Sandshrew dan Ninjask sehingga debunya bertahan cukup lama. Tapi perlahan demi perlahan debu yang menyelubungi Sandshrew dan Ninjask pun pudar. Kini kami bisa melihat apa yang terjadi dengan kedua Pokemon yang tengah bertarung tadi.
Aku tak percaya dengan yang kulihat. Tampak Ninjask berhasil menusuk perut Sandshrew sementara Sandshrew berusaha keras menahan tusukan Ninjask. Namun ternyata... Sandshrew berhasil menusuk mata Ninjask! Ninjask pun terjatuh ke tanah. Pokemon itu tidak bisa melanjutkan pertarungan.
”Berhasil!” aku berseru kegirangan. Akhirnya aku dan Sandshrew berhasil mengalahkan Jiken dan Ninjask-nya! Semua yang melihatnya pun terperangah seolah tak percaya. Termasuk Jiken.
”Kurang ajar! Ninjask, kembali!” Jiken marah besar. Dia mengembalikan Ninjask ke dalam pokeball dengan menatapku tajam.
”Luar biasa... kamu berhasil Lunar!” ujar Flannery memberi selamat. ”Aku tak menyangka hal ini sama sekali.”
”Aku....hanya beruntung....” sahutku mencoba menutupi perasaan senangku. Aku tak mau terlalu senang sekarang, karena aku belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku tak tahu apakah Jiken akan menepati janjinya. Karena itulah... ”Tuan Jiken, kau harus menepati janjimu. Sebaiknya kau dan anak buahmu pergi dari sini sekarang.”
Jiken tersenyum misterius. Dia menatapku, menatap Flannery, lalu berkata, ”Baiklah, kuakui kamu hebat Lunar. Kamu bisa mengalahkanku, maka akan kutepati janjiku. Ninja desa Abu takkan pernah ingkar janji. Dan kau Flannery, kau harus berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan kotamu,” ujar Jiken seraya berbalik. Dia memandang semua ninja yang sedari tadi menunggu perintah. ”Baiklah anak-anak.....kita pulang sekarang!” seru Jiken pada semua ninja.
”Tunggu dulu!” sergahku saat para ninja itu hendak melangkah pergi. Jiken dan para ninja yang mulai berbalik pergi pun kembali menoleh, melihat ke arahku. Setelah mendapatkan perhatian mereka, barulah aku meneruskan ucapanku. ”Kalau kau tak keberatan menjawab....Aku ingin tahu kenapa kau sangat ingin merebut sumber air panas kota ini?”
Jiken tersenyum misterius mendengar pertanyaanku. Dia lalu menatapku dan berkata, ”Baiklah, akan kukatakan kenapa kami, ninja desa Abu sangat ingin merebut sumber air panas ini.” Jiken pun mulai bercerita. ”Kami berniat membangun desa yang lebih maju lagi, kalau bisa lebih maju dari kota Fallarbor, tetangga kami. Lalu saat kami mengetahui bahwa kota Lavaridge memiliki sumber pemandian air panas, terpikirkan oleh kami untuk merebut daerah ini.”
”Mengapa?”
”Untuk mendapat penghasilan dan ketenaran sehingga banyak yang akan datang ke desa kalian,” sambung Flannery sebelum Jiken sempat menjawab pertanyaanku.
”Betul sekali Nona Flannery,” sahut Jiken. Jiken lalu menegadah memandang jauh ke arah Gunung Chimney yang menjulang tinggi disana. ”Desa kami terletak di kaki gunung Chimney, dimana setiap harinya selalu turun hujan abu dari gunung Chimney. Itulah mengapa desa kami disebut desa ninja Abu. Keadaan inilah yang membuat kehidupan di desa kami sangat merana. Banyak warga kami para ninja Abu yang tidak memiliki mata pencaharian karena wilayah kami sangat tidak memungkinkan untuk bercocok tanam.
”Pada akhirnya kami melakukan segala cara untuk dapat bertahan hidup di tengah kehidupan gunung Chimney yang ganas. Desa kami pun segera menjadi desa yang ditakuti oleh banyak orang sehingga kehidupan kami pun menjadi semakin susah dikarenakan tidak ada satupun orang yang berani datang ke desa kami. Mendengar nama desa ninja Abu, mereka pun jadi ketakutan. Kami seperti masyarakat yang terasing. Karena itulah kami berniat menganeksasi sumber air panas di kota ini. Selain dapat mendatangkan pemasukan, wilayah desa Abu pun akan semakin luas mengalahkan kota Fallarbor....” kisah Jiken panjang lebar.
”Begitu ya....” sahutku mencoba memahami kisah ninja desa Abu tersebut. Benar-benar cerita yang...
”Kenapa kalian tidak mencoba membuatnya sendiri?” celetuk Flannery tiba-tiba.
”Apa maksudmu?” tanya Jiken tak mengerti.
”Kalian bisa membuat sumber air panas di desa kalian dengan memanfaatkan geyser gunung Chimney,” jawab Flannery. ”Sumber air panas kota Lavaridge sendiri dulunya tidak seperti ini. Kami warga kota yang membangunnya dengan membuat aliran dari geyser Gunung Chimney.”
”Benarkah itu?” tanya Jiken tak percaya.
Flannery menjawabnya dengan mengangguk. ”Aku bisa membantu kalian kalau kalian bersedia.”
Scene 13: Tantangan Gym Leader Perdana
Berkat saran dan bantuan dari Flannery serta warga kota Lavaridge yang lain, desa ninja Abu sekarang telah memiliki sumber air panasnya sendiri. Selain itu warga kota Lavaridge pun tak segan-segan mengirimkan bantuan untuk pembangunan desa ninja Abu Fallarbor. Hubungan antara desa ninja Abu dan kota Lavaridge pun menjadi membaik dan semakin baik.
Sementara aku sendiri sekarang berada di dalam Gym kota Lavaridge untuk menantang Flannery, Gym Leader spesialis Pokemon tipe Fire. Saat ini Sandshrew, Pokemon pertama dan satu-satunya yang kumiliki saat ini telah sehat dan siap bertarung melawan Flannery. Ya, berkat Sandshrew akhirnya sumber air panas kota Lavaridge terselamatkan.
”Baiklah Lunar, apa kamu telah siap untuk melawanku?” tanya Flannery.
Aku menggangguk. ”Kapanpun kau siap Flannery!”
”Baiklah kalau begitu, keluarlah Torkoal!” rupanya Flannery menggunakan Torkoal.
”Ayo maju Sandshrew!” Sandshrew yang sedari tadi menunggu di sampingku langsung maju ke arena. ”Sandshrew, Sand-attack!” Pasir-pasir pun mengenai Torkoal.
”Kau terlalu bernafsu rupanya,” ujar Flannery. ”Baiklah, Torkoal gunakan Overheat!” Torkoal menyemburkan api yang sangat besar dan mengenai Sandshrew. ”Kena!” Perlahan api menghilang dan tampak Sandshrew dalam bentuk bola. Serangan Torkoal tadi rupanya tertahan oleh tubuh keras Sandshrew. ”Apa?”
Aku tertawa kecil. ”Sepertinya kau yang sangat bernafsu Flannery. Tubuh bola Sandshrew digunakan untuk bertahan dalam keadaan panas, dan Sandshrew telah terbiasa dengan itu saat masih berada di gurun pasir.”
”Begitu ya? Kalau begitu terima yang ini! Torkoal, Quick Attack!” Torkoal berlari kencang dan kemudian menubruk Sandshrew. Tubrukan itu membuka gulungan pertahanan Sandshrew hingga Sandshrew kembali ke bentuk semula. ”Torkoal, jangan beri dia kesempatan menyerang. Overheat!” Torkoal untuk kedua kalinya mengeluarkan api yang sangat besar dan lagi-lagi mengenai Sandshrew. Kali ini Sandshrew tidak menggunakan gulungan pertahanannya. Meski begitu Sandshrew tampak baik-baik saja.
”Apa? Kenapa bisa seperti ini? Bukankah gulungan pertahanannya telah terbuka?” seru Flannery terperangah.
”Memang gulungan pertahanannya telah terbuka, tapi Torkoal telah menggunakan Overheat untuk yang kedua kalinya. Itu akan mengurangi speed dan juga daya serangnya. Serangan Overheat takkan bermanfaat pada serangan yang kedua dan seterusnya. Selain itu Overheat hanya akan melukai Torkoal sendiri,” jelasku panjang lebar. Aku mengetahui hal itu karena pernah mempelajarinya secara sekilas. ”Baiklah, sekarang giliranku. Sandhshrew, Rock Smash!” Sandshrew melayangkan pukulan ke arah Torkoal. Torkoal yang speed atau kecepatannya telah berkurang karena penggunaan Overheat pun tak bisa menghindari serangan itu. Pokemon kura-kura itu tampak kesakitan menerima serangan Rock Smash.
”Apa?” Flannery terkejut. Mungkin dia tak menyangka aku memiliki taktik seperti ini.
”Itu tadi serangan Rock Smash yang kudapat dari Hidden Machine nomor 6 pemberian Pak Donald kemudian kuajarkan pada Sandshrew. Sekarang biar kusudahi pertarungan ini. Sandshrew, Scratch!”
Sandshrew mencakar Torkoal. Torkoal yang sudah terluka akhirnya jatuh setelah mendapat serangan pemungkas dari Sandshrew. Dan akhirnya, Sandshrew menang!
”Kamu hebat Lunar... kamu benar-benar hebat. Aku salut padamu,” puji Flannery. ”Karena kamu berhasil mengalahkanku, maka kamu berhak mendapatkan badge Gym Lavaridge, Heat Badge. Ini, ambillah.” Flannery mengulurkan sebuah lencana yang serta merta kuterima.
”Terima kasih Flannery,” ujarku setelah menerima badge itu. ”Akhirnya aku mendapatkan badge pertamaku.”
Flannery tersenyum. ”Tidak Lunar. Akulah yang harus berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkan kota ini dari keributan besar. Kamu dan Sandshrew telah menolong kami semua. Kamu tahu, aku tak pernah menyangka kalau hubungan kota ini dengan desa ninja Abu akan membaik.”
”Ah, itu sih sudah biasa....” sahutku sambil memegangi bagian belakang kepalaku. Gawat, aku mulai besar kepala! ”....Aku hanya membantu sebisaku saja kok,” sambungku berusaha bersikap wajar.
----------------
Setelah berpamitan pada Flannery, aku pun mulai melangkah keluar dari Gym. Saat baru saja keluar dari gedung Gym, kudengar suara yang memanggilku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat Jiken berdiri di atas atap Gym kota Lavaridge.
”Tuan Jiken? Sedang apa kau di atas sana?” tanyaku heran.
Jiken kemudian turun dari atas atap dan mendarat tepat di depanku. Ia lalu memberiku sebuah PokeBall. ”Ini, aku ingin kamu menerima ini,” ujarnya meletakkan PokeBall itu di telapak tangan kananku. Setelah memberikan pokeball itu dia langsung melesat kembali ke atap Gym.
”Ini apa?” tanyaku heran.
”Itu adalah Ninjask yang kugunakan waktu itu, kamu boleh memilikinya. Anggap saja sebagai hadiah karena kamu telah berhasil mengalahkanku,” jawab Jiken.
”Tapi Tuan Jiken...” belum sempat aku meneruskan ucapanku, Jiken telah melesat cepat dan masuk ke dalam pepohonan. Dia pergi. Dasar ninja!
Aku mengamati PokeBall yang diberikan Jiken lalu melemparkannya perlahan. Dari dalam Pokeball itu muncul Pokemon yang pernah dihadapi Sandshrew, Ninjask!
”Bagus, sekarang aku punya dua Pokemon!” seruku senang. ”Sandshrew, lihat! Kamu punya teman baru,” kataku pada Sandshrew yang berdiri di sampingku. Tapi Sandshrew tampaknya tidak senang. Sandshrew menatap Ninjask dengan tatapan yang tajam, begitu pula Ninjask. Kedua Pokemon itu saling bertatap tajam. Waduh, apa mereka masih kesal karena pertarungan waktu itu ya? Gawat nih, mereka bisa berantem. Tapi tak lama lagi juga bisa akur kok, iya kan Sandshrew? Iya kan Ninjask?
Sementara aku sendiri sekarang berada di dalam Gym kota Lavaridge untuk menantang Flannery, Gym Leader spesialis Pokemon tipe Fire. Saat ini Sandshrew, Pokemon pertama dan satu-satunya yang kumiliki saat ini telah sehat dan siap bertarung melawan Flannery. Ya, berkat Sandshrew akhirnya sumber air panas kota Lavaridge terselamatkan.
”Baiklah Lunar, apa kamu telah siap untuk melawanku?” tanya Flannery.
Aku menggangguk. ”Kapanpun kau siap Flannery!”
”Baiklah kalau begitu, keluarlah Torkoal!” rupanya Flannery menggunakan Torkoal.
”Ayo maju Sandshrew!” Sandshrew yang sedari tadi menunggu di sampingku langsung maju ke arena. ”Sandshrew, Sand-attack!” Pasir-pasir pun mengenai Torkoal.
”Kau terlalu bernafsu rupanya,” ujar Flannery. ”Baiklah, Torkoal gunakan Overheat!” Torkoal menyemburkan api yang sangat besar dan mengenai Sandshrew. ”Kena!” Perlahan api menghilang dan tampak Sandshrew dalam bentuk bola. Serangan Torkoal tadi rupanya tertahan oleh tubuh keras Sandshrew. ”Apa?”
Aku tertawa kecil. ”Sepertinya kau yang sangat bernafsu Flannery. Tubuh bola Sandshrew digunakan untuk bertahan dalam keadaan panas, dan Sandshrew telah terbiasa dengan itu saat masih berada di gurun pasir.”
”Begitu ya? Kalau begitu terima yang ini! Torkoal, Quick Attack!” Torkoal berlari kencang dan kemudian menubruk Sandshrew. Tubrukan itu membuka gulungan pertahanan Sandshrew hingga Sandshrew kembali ke bentuk semula. ”Torkoal, jangan beri dia kesempatan menyerang. Overheat!” Torkoal untuk kedua kalinya mengeluarkan api yang sangat besar dan lagi-lagi mengenai Sandshrew. Kali ini Sandshrew tidak menggunakan gulungan pertahanannya. Meski begitu Sandshrew tampak baik-baik saja.
”Apa? Kenapa bisa seperti ini? Bukankah gulungan pertahanannya telah terbuka?” seru Flannery terperangah.
”Memang gulungan pertahanannya telah terbuka, tapi Torkoal telah menggunakan Overheat untuk yang kedua kalinya. Itu akan mengurangi speed dan juga daya serangnya. Serangan Overheat takkan bermanfaat pada serangan yang kedua dan seterusnya. Selain itu Overheat hanya akan melukai Torkoal sendiri,” jelasku panjang lebar. Aku mengetahui hal itu karena pernah mempelajarinya secara sekilas. ”Baiklah, sekarang giliranku. Sandhshrew, Rock Smash!” Sandshrew melayangkan pukulan ke arah Torkoal. Torkoal yang speed atau kecepatannya telah berkurang karena penggunaan Overheat pun tak bisa menghindari serangan itu. Pokemon kura-kura itu tampak kesakitan menerima serangan Rock Smash.
”Apa?” Flannery terkejut. Mungkin dia tak menyangka aku memiliki taktik seperti ini.
”Itu tadi serangan Rock Smash yang kudapat dari Hidden Machine nomor 6 pemberian Pak Donald kemudian kuajarkan pada Sandshrew. Sekarang biar kusudahi pertarungan ini. Sandshrew, Scratch!”
Sandshrew mencakar Torkoal. Torkoal yang sudah terluka akhirnya jatuh setelah mendapat serangan pemungkas dari Sandshrew. Dan akhirnya, Sandshrew menang!
”Kamu hebat Lunar... kamu benar-benar hebat. Aku salut padamu,” puji Flannery. ”Karena kamu berhasil mengalahkanku, maka kamu berhak mendapatkan badge Gym Lavaridge, Heat Badge. Ini, ambillah.” Flannery mengulurkan sebuah lencana yang serta merta kuterima.
”Terima kasih Flannery,” ujarku setelah menerima badge itu. ”Akhirnya aku mendapatkan badge pertamaku.”
Flannery tersenyum. ”Tidak Lunar. Akulah yang harus berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkan kota ini dari keributan besar. Kamu dan Sandshrew telah menolong kami semua. Kamu tahu, aku tak pernah menyangka kalau hubungan kota ini dengan desa ninja Abu akan membaik.”
”Ah, itu sih sudah biasa....” sahutku sambil memegangi bagian belakang kepalaku. Gawat, aku mulai besar kepala! ”....Aku hanya membantu sebisaku saja kok,” sambungku berusaha bersikap wajar.
----------------
Setelah berpamitan pada Flannery, aku pun mulai melangkah keluar dari Gym. Saat baru saja keluar dari gedung Gym, kudengar suara yang memanggilku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat Jiken berdiri di atas atap Gym kota Lavaridge.
”Tuan Jiken? Sedang apa kau di atas sana?” tanyaku heran.
Jiken kemudian turun dari atas atap dan mendarat tepat di depanku. Ia lalu memberiku sebuah PokeBall. ”Ini, aku ingin kamu menerima ini,” ujarnya meletakkan PokeBall itu di telapak tangan kananku. Setelah memberikan pokeball itu dia langsung melesat kembali ke atap Gym.
”Ini apa?” tanyaku heran.
”Itu adalah Ninjask yang kugunakan waktu itu, kamu boleh memilikinya. Anggap saja sebagai hadiah karena kamu telah berhasil mengalahkanku,” jawab Jiken.
”Tapi Tuan Jiken...” belum sempat aku meneruskan ucapanku, Jiken telah melesat cepat dan masuk ke dalam pepohonan. Dia pergi. Dasar ninja!
Aku mengamati PokeBall yang diberikan Jiken lalu melemparkannya perlahan. Dari dalam Pokeball itu muncul Pokemon yang pernah dihadapi Sandshrew, Ninjask!
”Bagus, sekarang aku punya dua Pokemon!” seruku senang. ”Sandshrew, lihat! Kamu punya teman baru,” kataku pada Sandshrew yang berdiri di sampingku. Tapi Sandshrew tampaknya tidak senang. Sandshrew menatap Ninjask dengan tatapan yang tajam, begitu pula Ninjask. Kedua Pokemon itu saling bertatap tajam. Waduh, apa mereka masih kesal karena pertarungan waktu itu ya? Gawat nih, mereka bisa berantem. Tapi tak lama lagi juga bisa akur kok, iya kan Sandshrew? Iya kan Ninjask?