Kegagalan mendapatkan Groudon membuat Shelly geram. Dia lantas memandangi tiga grunt Tim Magma yang tengah tak sadarkan diri di depannya. Diperhatikannya wajah ketiga grunt terbaik milik Tim Magma tersebut. Sebuah wajah di antaranya tampak dia kenal, membuatnya tersenyum misterius lantas berkata pelan, "Dia bakal jadi senjata kami... untuk mengalahkan Tim Magma!"
Scene 83: Flame Diculik
Sekelompok orang berseragam perpaduan merah dan hitam keluar dari dalam kapal selam. Mereka semua langsung bergegas memasuki gua dasar laut dengan langkah cepat. Seorang lelaki berambut merah dengan model pakaian yang berbeda memimpin di depan. Wajahnya menampakkan kekhawatiran.
“Periksa setiap sudut gua ini,” perintah lelaki berambut merah yang tak lain adalah Maxie, pemimpin Tim Magma itu.
“Baik,” jawab grunt-grunt yang mengikutinya sedari tadi. Mereka langsung berpencar ke segala penjuru gua.
”Tuan Maxie, kami menemukan Lunar dan Clown,” teriak salah seorang grunt.
Maxie dan anggota grunt lainnya langsung mendekati grunt tersebut. Tampak anggota elit Tim Magma, Lunar dan Clown tengah membeku di dekat mereka.
”Sial, kita terlambat,” ujar Tabitha yang mengikuti di belakang Maxie.
”Dimana Flame?” tanya Maxie terdengar panik. ”Kalian semua, cepat cari Flame!”
”Baik!” Grunt-grunt Tim Magma itu kemudian kembali berpencar mencari Flame, satu lagi anggota trioelite grunt.
Saat sedang mencari itulah tiba-tiba Magmavon milik Maxie berbunyi. Maxie menjawabnya dan nampak seorang lelaki berkumis dan berjenggot hitam gelap dengan bandana biru khas Tim Aqua pada layar Magmavon.
”Kupikir, kamu sedang mencari keponakanmu yang cantik itu ya, temanku Maxie?” ujar lelaki itu dengan seringai jahat. ”Hal itu tak perlu repot-repot kamu lakukan, karena kami telah menemukannya terlebih dahulu.”
”Apa maksudmu, Archie?” tanya Maxie dengan suara keras pada lelaki yang dipanggilnya Archie tersebut.
”Jangan pura-pura bodoh, temanku Maxie.. “ sahut Archie tenang. “Tentu saja sekarang kamu sudah tahu kalau keponakanmu yang cantik itu, sekarang berada di tangan kami. Atau dengan kata lain.... kami telah menculiknya.”
”APA?!”
*
Sementara itu di markas rahasia Tim Aqua.
Dua orang grunt Tim Aqua mengawal seorang grunt Tim Magma, gadis berambut merah dan jambul jingga yang tak lain adalah Flame Evers, keponakan Maxie sekaligus anggota regu elit. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong markas dan sampai pada ruangan dengan terali besi yang tak lain adalah sel penjara. Di sana telah menunggu grunt Tim Aqua lainnya, seorang gadis berambut panjang berwarna biru muda kehijauan.
”Kalian menangkap Tim Magma?” tanya gadis itu.
”Kamu bisa lihat sendiri Melon,” jawab grunt yang mengawal Flame. ”Sudah, tidak usah banyak tanya. Buka pintu sel sekarang juga,” perintahnya kemudian.
Gadis yang dipanggil Melon lalu membuka pintu sel dan dua orang grunt itu langsung mendorong Flame masuk ke dalam sel dengan kasar. Flame terjatuh dan meringis kesakitan.
”Kami takkan menahanmu kalau saja temanmu itu tidak membuat Groudon pergi. Kamu akan terus berada di dalam sel ini sampai pamanmu itu mau menukarmu dengan Kyogre,” ujar seorang grunt Tim Aqua dengan kasar. ”Awas kalau kamu macam-macam!” ancamnya lagi. Grunt itu kemudian menoleh ke arah Melon. ”Melon, tolong kamu jaga gadis ini dan pastikan dia tidak keluar dari tempat ini.”
”Ba.. baik,” jawab Melon tergagap. Dia kemudian mengunci pintu sel dengan cepat. Menyadari tawanan mereka telah terkunci, kedua grunt yang mengawal Flame kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal kedua grunt itu, Melon melihat ke dalam sel. Dilihatnya seorang gadis yang kira-kira sebaya dengannya terduduk sedih. Gadis itu tampak menitikkan air mata.
”Kamu tidak apa-apa?” tanya Melon mencoba ramah.
”Aku tidak apa-apa,” jawab Flame kasar. ”Memangnya apa pedulimu?”
Melon tersenyum. ”Tentu Melon peduli. Kita ini kan sama-sama perempuan? Mana Melon tega melihatmu seperti itu.”
”Ini bukan urusanmu,” jawab Flame ketus. ”Aku tak perlu sikap ramahmu. Kamu ini musuhku.”
”Ya, aku tahu.” Melon tampak tenang. ”Kita ini memang musuh. Tapi di luar itu kita ini saudara sebagai sesama perempuan lho. Tapi kalau kamu tidak mau berbicara dengan Melon juga tidak apa-apa. Toh, Melon cuma grunt kelas rendahan yang bertugas membersihkan ruangan yang setiap hari kotor oleh ulah grunt-grunt lainnya yang tak tahu kebersihan. Melon sudah lelah dengan semua ini. Tapi Melon tetap melakukan hal ini demi mencapai tujuan Melon.”
Flame terdiam. Dia menghapus air matanya dan kemudian menatap gadis penjaga sel itu. “Memangnya apa tujuanmu? Apa kamu mau mendapatkan Kyogre?” tanyanya dengan nada sedih.
“Melon tak mau cerita, karena kamu menganggap Melon sebagai musuh,” jawab Melon pelan. “Terus terang saja, Melon tidak suka mencari musuh.”
Melon bergerak dari tempat duduknya dan tiba-tiba saja membuka pintu sel dan masuk ke dalamnya. Dia mengunci sel itu dari dalam dan kemudian duduk di samping Flame. Tentu saja Flame terkejut dengan sikap gadis penjaga sel itu.
“Namaku Melona Bluesea,” sapa Melon sambil mengulurkan tangan. ”Tapi aku sering dipanggil Melon. Nah, sekarang sebutkan siapa namamu?”
Flame membalas uluran tangan tersebut dengan menjabatnya pelan. ”Namaku Flame, Flame Evers,” jawabnya lirih.
”Flame Evers ya?” Melon mengulang nama Flame. ”Kalau begitu, senang bertemu denganmu....” ujarnya sambil tersenyum ke arah Flame. Entah mengapa Flame kemudian membalas senyum itu dengan sebuah senyuman kecil. Wajahnya yang murung perlahan-lahan berubah.
”Kuharap aku juga demikian....”
“Periksa setiap sudut gua ini,” perintah lelaki berambut merah yang tak lain adalah Maxie, pemimpin Tim Magma itu.
“Baik,” jawab grunt-grunt yang mengikutinya sedari tadi. Mereka langsung berpencar ke segala penjuru gua.
”Tuan Maxie, kami menemukan Lunar dan Clown,” teriak salah seorang grunt.
Maxie dan anggota grunt lainnya langsung mendekati grunt tersebut. Tampak anggota elit Tim Magma, Lunar dan Clown tengah membeku di dekat mereka.
”Sial, kita terlambat,” ujar Tabitha yang mengikuti di belakang Maxie.
”Dimana Flame?” tanya Maxie terdengar panik. ”Kalian semua, cepat cari Flame!”
”Baik!” Grunt-grunt Tim Magma itu kemudian kembali berpencar mencari Flame, satu lagi anggota trioelite grunt.
Saat sedang mencari itulah tiba-tiba Magmavon milik Maxie berbunyi. Maxie menjawabnya dan nampak seorang lelaki berkumis dan berjenggot hitam gelap dengan bandana biru khas Tim Aqua pada layar Magmavon.
”Kupikir, kamu sedang mencari keponakanmu yang cantik itu ya, temanku Maxie?” ujar lelaki itu dengan seringai jahat. ”Hal itu tak perlu repot-repot kamu lakukan, karena kami telah menemukannya terlebih dahulu.”
”Apa maksudmu, Archie?” tanya Maxie dengan suara keras pada lelaki yang dipanggilnya Archie tersebut.
”Jangan pura-pura bodoh, temanku Maxie.. “ sahut Archie tenang. “Tentu saja sekarang kamu sudah tahu kalau keponakanmu yang cantik itu, sekarang berada di tangan kami. Atau dengan kata lain.... kami telah menculiknya.”
”APA?!”
*
Sementara itu di markas rahasia Tim Aqua.
Dua orang grunt Tim Aqua mengawal seorang grunt Tim Magma, gadis berambut merah dan jambul jingga yang tak lain adalah Flame Evers, keponakan Maxie sekaligus anggota regu elit. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong markas dan sampai pada ruangan dengan terali besi yang tak lain adalah sel penjara. Di sana telah menunggu grunt Tim Aqua lainnya, seorang gadis berambut panjang berwarna biru muda kehijauan.
”Kalian menangkap Tim Magma?” tanya gadis itu.
”Kamu bisa lihat sendiri Melon,” jawab grunt yang mengawal Flame. ”Sudah, tidak usah banyak tanya. Buka pintu sel sekarang juga,” perintahnya kemudian.
Gadis yang dipanggil Melon lalu membuka pintu sel dan dua orang grunt itu langsung mendorong Flame masuk ke dalam sel dengan kasar. Flame terjatuh dan meringis kesakitan.
”Kami takkan menahanmu kalau saja temanmu itu tidak membuat Groudon pergi. Kamu akan terus berada di dalam sel ini sampai pamanmu itu mau menukarmu dengan Kyogre,” ujar seorang grunt Tim Aqua dengan kasar. ”Awas kalau kamu macam-macam!” ancamnya lagi. Grunt itu kemudian menoleh ke arah Melon. ”Melon, tolong kamu jaga gadis ini dan pastikan dia tidak keluar dari tempat ini.”
”Ba.. baik,” jawab Melon tergagap. Dia kemudian mengunci pintu sel dengan cepat. Menyadari tawanan mereka telah terkunci, kedua grunt yang mengawal Flame kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal kedua grunt itu, Melon melihat ke dalam sel. Dilihatnya seorang gadis yang kira-kira sebaya dengannya terduduk sedih. Gadis itu tampak menitikkan air mata.
”Kamu tidak apa-apa?” tanya Melon mencoba ramah.
”Aku tidak apa-apa,” jawab Flame kasar. ”Memangnya apa pedulimu?”
Melon tersenyum. ”Tentu Melon peduli. Kita ini kan sama-sama perempuan? Mana Melon tega melihatmu seperti itu.”
”Ini bukan urusanmu,” jawab Flame ketus. ”Aku tak perlu sikap ramahmu. Kamu ini musuhku.”
”Ya, aku tahu.” Melon tampak tenang. ”Kita ini memang musuh. Tapi di luar itu kita ini saudara sebagai sesama perempuan lho. Tapi kalau kamu tidak mau berbicara dengan Melon juga tidak apa-apa. Toh, Melon cuma grunt kelas rendahan yang bertugas membersihkan ruangan yang setiap hari kotor oleh ulah grunt-grunt lainnya yang tak tahu kebersihan. Melon sudah lelah dengan semua ini. Tapi Melon tetap melakukan hal ini demi mencapai tujuan Melon.”
Flame terdiam. Dia menghapus air matanya dan kemudian menatap gadis penjaga sel itu. “Memangnya apa tujuanmu? Apa kamu mau mendapatkan Kyogre?” tanyanya dengan nada sedih.
“Melon tak mau cerita, karena kamu menganggap Melon sebagai musuh,” jawab Melon pelan. “Terus terang saja, Melon tidak suka mencari musuh.”
Melon bergerak dari tempat duduknya dan tiba-tiba saja membuka pintu sel dan masuk ke dalamnya. Dia mengunci sel itu dari dalam dan kemudian duduk di samping Flame. Tentu saja Flame terkejut dengan sikap gadis penjaga sel itu.
“Namaku Melona Bluesea,” sapa Melon sambil mengulurkan tangan. ”Tapi aku sering dipanggil Melon. Nah, sekarang sebutkan siapa namamu?”
Flame membalas uluran tangan tersebut dengan menjabatnya pelan. ”Namaku Flame, Flame Evers,” jawabnya lirih.
”Flame Evers ya?” Melon mengulang nama Flame. ”Kalau begitu, senang bertemu denganmu....” ujarnya sambil tersenyum ke arah Flame. Entah mengapa Flame kemudian membalas senyum itu dengan sebuah senyuman kecil. Wajahnya yang murung perlahan-lahan berubah.
”Kuharap aku juga demikian....”
Episode 84: Kyogre
Aku tengah terduduk di tempat tidur klinik yang ada di Continent Magmarine. Sebuah selimut menutupi belakang tubuhku mulai dari leher sampai pinggang. Secangkir teh hangat yang diberikan oleh Tabitha masih tetap utuh berada di genggaman tanganku. Sedikit demi sedikit aku pun meminumnya dan tubuhku yang yang dingin mulai terasa hangat. Tabitha tampak menungguiku di samping tempat tidur.
Tiba-tiba saja pintu kabin klinik terbuka kencang. Seorang grunt yang kukenal bernama Brodie masuk ke dalam kamar. Dia menghampiriku dan langsung menarik kerah seragam yang kukenakan. Teh hangat yang kugenggam pun tumpah.
”Kalau bukan karena kamu, mereka pasti tidak akan menculik Flame!” bentak Brodie kasar sambil menatap mataku tajam. ”Kalau sesuatu terjadi pada Flame, aku takkan memaafkanmu!”
”Hentikan Brodie!” lerai Tabitha memisahkan Brodie dariku. ”Ini bukan salah Lunar. Hal seperti ini bisa saja terjadi tanpa kita duga.”
”Tabitha, berhenti membela dia,” jawab Brodie. “Kalau dia tidak meledakkan Magmabomb, Tim Aqua pasti sudah membawa Groudon sekarang, bukannya Flame.”
“Kamu tidak bisa menyalahkan Lunar begitu saja,” bela Tabitha. ”Keputusan yang diambil Lunar sudah tepat. Dia tidak ingin Tim Aqua berhasil merebut Groudon sehingga kita akan kesulitan nantinya. Tapi dia juga tak mengira kalau mereka akan menculik Flame. Hal seperti ini tidak bisa diperkirakan. Kita juga tidak tahu kalau Tim Aqua akan datang bukan?”
Brodie terdiam. Dia lalu melihat ke arahku. ”Sekarang semuanya sama saja bukan?” ujarnya berargumen. ”Kalau Groudon yang mereka bawa, aku tak peduli mau mereka apakan Groudon itu. Tapi bila Flame yang mereka bawa, aku takut kalau mereka akan menyakitinya atau melakukan sesuatu padanya. Dan bila itu terjadi, Lunar adalah orang pertama yang akan kuhajar!”
Tiba-tiba Magmavon milik Tabitha berbunyi. Tabitha mengangkatnya dan ternyata dari Maxie.
”Tabitha, aku ada perlu denganmu,” ujar Maxie melalui Magmavon. ”Kutunggu kau di kabin istimewa, bawa juga Lunar dan Brodie bersamamu.”
”Baik Tuan Maxie,” jawab Tabitha. Panggilan itu kemudian terputus. Tabitha lalu melihat ke arahku danBrodie. “Maxie memanggil kita ke kabin istimewa. Sepertinya ada yang akan dibicarakan terkait penculikan Flame ini. Sebaiknyakita segera pergi.”
Tabitha bangkit berdiri dari kursinya. Dia membantuku berdiri dan kami bertiga kemudian keluar dari kabin klinik.
*
Kami bertiga telah sampai di kabin yang disebut kabin istimewa. Tampak Maxie tengah menunggu di depan sebuah aquarium besar yang ada di kabin yang luas itu.
”Tabitha, Brodie, dan Lunar, kalian tahu bukan kalau kita sedang dalam masalah besar?” tanyanya menyambut kedatangan kami bertiga.
”Ya, Tuan Maxie. Ini terkait penculikan Flame,” jawab Tabitha.
”Kau benar Tabitha, karena itulah kalian semua kupanggil kesini,” jelas Maxie. ”Archie, pemimpin dari Tim Aqua berjanji akan membebaskan Flame dengan sebuah syarat. Bagiku itu sebuah syarat yang berat.”
”Syarat apa itu?” tanya Brodie.
Maxie terdiam. Dia lalu menatap sosok ikan raksasa yang ada di dalam aquarium besar itu. Aku baru menyadari ada seekor Pokemon di dalam aquarium itu. Pokemon apa itu?
”Syaratnya... “ jawab Maxie kemudian, “...adalah menukarnya dengan Pokemon di depan kalian ini... menukarnya dengan Kyogre.”
Apa? Kyogre? Jadi Pokemon ikan berwarna biru dengan garis-garis merah itu adalah Kyogre, sang penguasa lautan? Aku tak percaya ini!
”Ka... kalian mendapatkan Kyogre?” tanyaku terkejut.
”Ya, Lunar,” jawab Maxie. ”Kami mendapatkan Kyogre di sebuah gua yang ada di dasar laut berdasarkan informasi yang dicuri oleh Brodie dari institut cuaca. Gua itu terletak di sebelah barat daratan utama Hoenn. Awalnya kami mendapatkan aktivitas ganjil yang ada pada sebelah barat dan timur daratan utama Hoenn. Kami memutuskan untuk memeriksa lokasi yang ada di sebelah barat terlebih dahulu mengingat kami berada di dekatnya saat itu. Sementara itu kalian, elite grunts, kutugaskan untuk memeriksa lokasi di sebelah timur yang kebetulan kalian sedang berlibur di dekatnya yaitu di kota Lilycove.
”Kami menemukan sebuah gua dan tak menyangka akan bertemu Kyogre yang tengah tertidur di dalamnya. Ini adalah sebuah prestasi besar bagi Tim Magma karena dengan keberadaan Kyogre di tangan kita, Tim Aqua tidak akan bisa berbuat banyak untuk menghalangi kita lagi. Tapi sayang ternyata mereka pergi ke gua dasar laut yang kalian datangi dan pertempuran kalian tak terelakkan terjadi. Aku benar-benar tak menyangka Flame akan diculik dan mereka meminta Kyogre sebagai tebusannya. Kita sudah kehilangan segalanya... kehilangan Kyogre dan juga Groudon.”
Mendengar itu, Brodie menoleh ke arahku dan berkata, ”Lunar, kalau saja kamu tidak meledakkan Magmabomb, Tim Aqua pasti mau menukar Groudon dengan Kyogre sehingga kita tidak berada dalam kondisi yang sulit seperti ini. Paling tidak kita sama-sama impas.”
”Jangan menyalahkan Lunar, Brodie,” sahut Maxie. ”Sebagai seorang anggota regu elit, Lunar telah melakukan yang terbaik. Tak pantas bila kamu mengatakan kita tidak akan impas dengan pertukaran ini. Bagiku, dan mungkin bagi kalian semua, Flame lebih penting dari siapapun juga bukan?”
Brodie terdiam. Kami semua terdiam. ”Ya, Anda benar Tuan Maxie,” jawab Brodie. ”Biarlah Kyogre menjadi milik mereka, yang terpenting Flame bisa selamat dan kembali pada kita.”
”Itu yang ingin kudengar darimu, Brodie,” kata Maxie. ”Seharusnya akulah yang merasa sangat sedih dengan kejadian ini. Flame adalah keponakanku, akulah yang mengajaknya bergabung dengan Tim Magma. Bila sesuatu terjadi padanya, entah bagaimana pertanggungjawabanku pada kedua orang tuanya yang telah tiada.” Maxie berhenti sejenak. Tampaknya dia sedang teringat sesuatu di masa lalu. ”Karena itulah sudah diputuskan,” lanjutnya. ”Biarpun kita tidak mendapatkan Groudon, yang terpenting kita bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih berharga daripada tujuan kita selama ini.”
”Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Tabitha.
”Itulah mengapa aku memanggil kalian semua kesini...”
Tiba-tiba saja pintu kabin klinik terbuka kencang. Seorang grunt yang kukenal bernama Brodie masuk ke dalam kamar. Dia menghampiriku dan langsung menarik kerah seragam yang kukenakan. Teh hangat yang kugenggam pun tumpah.
”Kalau bukan karena kamu, mereka pasti tidak akan menculik Flame!” bentak Brodie kasar sambil menatap mataku tajam. ”Kalau sesuatu terjadi pada Flame, aku takkan memaafkanmu!”
”Hentikan Brodie!” lerai Tabitha memisahkan Brodie dariku. ”Ini bukan salah Lunar. Hal seperti ini bisa saja terjadi tanpa kita duga.”
”Tabitha, berhenti membela dia,” jawab Brodie. “Kalau dia tidak meledakkan Magmabomb, Tim Aqua pasti sudah membawa Groudon sekarang, bukannya Flame.”
“Kamu tidak bisa menyalahkan Lunar begitu saja,” bela Tabitha. ”Keputusan yang diambil Lunar sudah tepat. Dia tidak ingin Tim Aqua berhasil merebut Groudon sehingga kita akan kesulitan nantinya. Tapi dia juga tak mengira kalau mereka akan menculik Flame. Hal seperti ini tidak bisa diperkirakan. Kita juga tidak tahu kalau Tim Aqua akan datang bukan?”
Brodie terdiam. Dia lalu melihat ke arahku. ”Sekarang semuanya sama saja bukan?” ujarnya berargumen. ”Kalau Groudon yang mereka bawa, aku tak peduli mau mereka apakan Groudon itu. Tapi bila Flame yang mereka bawa, aku takut kalau mereka akan menyakitinya atau melakukan sesuatu padanya. Dan bila itu terjadi, Lunar adalah orang pertama yang akan kuhajar!”
Tiba-tiba Magmavon milik Tabitha berbunyi. Tabitha mengangkatnya dan ternyata dari Maxie.
”Tabitha, aku ada perlu denganmu,” ujar Maxie melalui Magmavon. ”Kutunggu kau di kabin istimewa, bawa juga Lunar dan Brodie bersamamu.”
”Baik Tuan Maxie,” jawab Tabitha. Panggilan itu kemudian terputus. Tabitha lalu melihat ke arahku danBrodie. “Maxie memanggil kita ke kabin istimewa. Sepertinya ada yang akan dibicarakan terkait penculikan Flame ini. Sebaiknyakita segera pergi.”
Tabitha bangkit berdiri dari kursinya. Dia membantuku berdiri dan kami bertiga kemudian keluar dari kabin klinik.
*
Kami bertiga telah sampai di kabin yang disebut kabin istimewa. Tampak Maxie tengah menunggu di depan sebuah aquarium besar yang ada di kabin yang luas itu.
”Tabitha, Brodie, dan Lunar, kalian tahu bukan kalau kita sedang dalam masalah besar?” tanyanya menyambut kedatangan kami bertiga.
”Ya, Tuan Maxie. Ini terkait penculikan Flame,” jawab Tabitha.
”Kau benar Tabitha, karena itulah kalian semua kupanggil kesini,” jelas Maxie. ”Archie, pemimpin dari Tim Aqua berjanji akan membebaskan Flame dengan sebuah syarat. Bagiku itu sebuah syarat yang berat.”
”Syarat apa itu?” tanya Brodie.
Maxie terdiam. Dia lalu menatap sosok ikan raksasa yang ada di dalam aquarium besar itu. Aku baru menyadari ada seekor Pokemon di dalam aquarium itu. Pokemon apa itu?
”Syaratnya... “ jawab Maxie kemudian, “...adalah menukarnya dengan Pokemon di depan kalian ini... menukarnya dengan Kyogre.”
Apa? Kyogre? Jadi Pokemon ikan berwarna biru dengan garis-garis merah itu adalah Kyogre, sang penguasa lautan? Aku tak percaya ini!
”Ka... kalian mendapatkan Kyogre?” tanyaku terkejut.
”Ya, Lunar,” jawab Maxie. ”Kami mendapatkan Kyogre di sebuah gua yang ada di dasar laut berdasarkan informasi yang dicuri oleh Brodie dari institut cuaca. Gua itu terletak di sebelah barat daratan utama Hoenn. Awalnya kami mendapatkan aktivitas ganjil yang ada pada sebelah barat dan timur daratan utama Hoenn. Kami memutuskan untuk memeriksa lokasi yang ada di sebelah barat terlebih dahulu mengingat kami berada di dekatnya saat itu. Sementara itu kalian, elite grunts, kutugaskan untuk memeriksa lokasi di sebelah timur yang kebetulan kalian sedang berlibur di dekatnya yaitu di kota Lilycove.
”Kami menemukan sebuah gua dan tak menyangka akan bertemu Kyogre yang tengah tertidur di dalamnya. Ini adalah sebuah prestasi besar bagi Tim Magma karena dengan keberadaan Kyogre di tangan kita, Tim Aqua tidak akan bisa berbuat banyak untuk menghalangi kita lagi. Tapi sayang ternyata mereka pergi ke gua dasar laut yang kalian datangi dan pertempuran kalian tak terelakkan terjadi. Aku benar-benar tak menyangka Flame akan diculik dan mereka meminta Kyogre sebagai tebusannya. Kita sudah kehilangan segalanya... kehilangan Kyogre dan juga Groudon.”
Mendengar itu, Brodie menoleh ke arahku dan berkata, ”Lunar, kalau saja kamu tidak meledakkan Magmabomb, Tim Aqua pasti mau menukar Groudon dengan Kyogre sehingga kita tidak berada dalam kondisi yang sulit seperti ini. Paling tidak kita sama-sama impas.”
”Jangan menyalahkan Lunar, Brodie,” sahut Maxie. ”Sebagai seorang anggota regu elit, Lunar telah melakukan yang terbaik. Tak pantas bila kamu mengatakan kita tidak akan impas dengan pertukaran ini. Bagiku, dan mungkin bagi kalian semua, Flame lebih penting dari siapapun juga bukan?”
Brodie terdiam. Kami semua terdiam. ”Ya, Anda benar Tuan Maxie,” jawab Brodie. ”Biarlah Kyogre menjadi milik mereka, yang terpenting Flame bisa selamat dan kembali pada kita.”
”Itu yang ingin kudengar darimu, Brodie,” kata Maxie. ”Seharusnya akulah yang merasa sangat sedih dengan kejadian ini. Flame adalah keponakanku, akulah yang mengajaknya bergabung dengan Tim Magma. Bila sesuatu terjadi padanya, entah bagaimana pertanggungjawabanku pada kedua orang tuanya yang telah tiada.” Maxie berhenti sejenak. Tampaknya dia sedang teringat sesuatu di masa lalu. ”Karena itulah sudah diputuskan,” lanjutnya. ”Biarpun kita tidak mendapatkan Groudon, yang terpenting kita bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih berharga daripada tujuan kita selama ini.”
”Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Tabitha.
”Itulah mengapa aku memanggil kalian semua kesini...”
Episode 85: Sudah Diputuskan
”Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Tabitha.
”Itulah kenapa aku memanggil kalian semua kesini,” jawab Maxie. ”Archie telah menentukan lokasi pertukaran, karena itu aku ingin kalian bertiga mewakili Tim Magma membawa Kyogre pada mereka dan membawa pulang Flame. Kita berharap Flame baik-baik saja dalam sekapan mereka.”
”Tapi apakah ini jalan terbaik setelah semua yang kita lalui selama ini?” komentar Brodie kemudian. ”Dengan begini kan Tim Aqua yang akan menang.”
”Ya Brodie, aku juga merasakan hal yang sama,” jawab Maxie. ”Tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tak ingin kehilangan anggota keluarga yang sangat kusayangi. Bila ada di antara kalian yang memiliki ide atau gagasan lain, keluarkan saja. Siapa tahu itu bisa membantu kita.”
”Sepertinya memang tidak ada jalan lain,” kata Tabitha. ”Kalaupun kita menyerang Tim Aqua, aku takut mereka akan berbuat macam-macam pada Flame.”
”Ya, kita tidak bisa memakai cara kekerasan seperti itu, terlalu berbahaya untuk Flame,” sahut Maxie.
”Aku ada ide!” seru Brodie tiba-tiba.“Kita akan tetap melaksanakan pertukaran, tapi bisa aku pastikan mereka tidak akan mendapatkan Kyogre.”
”Oh ya?” Maxie tertegun. ”Apa itu?”
*
Aku, Brodie, dan Tabitha kini berada di sebuah helikopter besar yang membawa Kyogre di dalamnya. Kami akan melakukan pertukaran untuk menyelamatkan Flame. Memang tidak ada jalan lain selain memberikan Kyogre kepada Tim Aqua. Hal ini benar-benar membuatku merasa sangat bersalah pada Maxie.
Benar kata Brodie, seharusnya aku tidak meledakkan Magmabomb sehingga Tim Aqua bisa menangkap Groudon dan tak menculik Flame. Bila nantinya Tim Aqua melakukan pertukaran dengan Tim Magma, masing-masing pihak mendapatkan apa yang selama ini menjadi tujuan mereka. Kenapa...kenapa aku melakukan hal ini? Padahal niatku sudah baik, tetapi kenapa Flame yang harus menjadi korbannya?
”Sudahlah, jangan terus-menerus menyalahkan dirimu,” ujar Tabitha menghiburku. Tampaknya dia bisa mengetahui pikiranku dengan membaca kesedihan yang tampak dalam raut wajahku. ”Kamu sudah melakukan yang terbaik sebagai anggota tim. Pilihanmu untuk meledakkan Magmabomb sudah sangat tepat. Mungkin kami yang harus merasa bersalah karena kami datang terlambat untuk menyelamatkan kalian. Bagaimanapun apa yang kalian lakukan sudah yang terbaik di mataku dan juga Maxie.”
Aku tersenyum lemah menatap Tabitha. ”Ya, semuanya memang tidak bisa diduga. Aku berharap dan berdoa semoga Flame baik-baik saja.”
”Kita semua berharap dan berdoa untuk itu,” jawab Tabitha. Kulihat wajahnya tampak tak bersemangat. Sepertinya kejadian ini adalah pukulan yang berat bagi semua anggota Tim Magma.
Ini kedua kalinya aku bertugas bukan dengan kedua rekanku di regu elit setelah sebelumnya aku pernah menjalankan sebuah misi aneh yang terlupakan bersama Darko Monsta. Clown tak bersamaku, dia masih tak sadarkan diri klinik Magmarine. Kuharap dia segera sembuh dan Flame segera kembali lagi sehingga kami bisa berkumpul lagi seperti sedia kala.
*
Di markas Tim Aqua, Archie, sang pemimpin Tim Aqua tampak duduk diam di mejanya. Tak lama, telepon yang ada di mejanya berdering. Langsung saja ditekannya tombol di telepon itu dan dijawabnya. ”Ya?”
”Mereka sudah pergi dengan membawa serta Kyogre menuju lokasi yang sudah ditentukan,” ujar seorang lelaki di telepon.
”Bagus, dengan demikian tujuan kita akan segera tercapai,” jawab Archie. ”Kami patut berterima kasih padamu. Saat ini tetaplah bersikap seperti biasa, jangan sampai mereka curiga.”
”Baik.”
”Terima kasih, tak kusangka aku bisa mengandalkanmu,” kata Archie mengakhiri percakapan. Sambungan telepon itu pun terputus.
Archie lalu menekan sebuah tombol pada telepon yang ada di meja kemudian dia berkata, ”Shelly, segera bawa Flame menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Mereka telah setuju dan sedang menuju ke sana sekarang.”
”Baik, Tuan Archie,” jawab sebuah suara dari telepon yang tak lain adalah Shelly itu.
*
Shelly bersama dua orang grunt tengah melangkah menuju sel penjara tempat Flame dikurung. Sel penjara itu memang terletak pada bagian terdalam dari markas rahasia Tim Aqua sehingga butuh waktu sedikit lama untuk mencapainya.
Mereka bertiga akhirnya mendekati sel yang dituju. Tapi Shelly terkejut karena grunt Melon yang biasanya berjaga di depan sel tidak ada di tempat.
”Hei, kemana Melon?” tanyanya heran. Shelly dan kedua orang grunt Tim Aqua itu langsung mempercepat langkah mereka menuju sel tempat Flame disekap. Mereka telah sampai di depan sel dan melihat seorang gadis berseragam Tim Magma terbaring di dalamnya.
”Bangun pemalas!” bentak Shelly kasar. ”Pamanmu akhirnya bersedia menebusmu, kamu akan segera keluar dari si...” baru saja Shelly hendak meneruskan ucapannya saat dia menyadari warna rambut gadis itu biru muda kehijauan dan bukan merah. ”Hei!” Shelly tersentak kaget. Dia langsung membuka pintu sel dan mendapati ternyata Melon, grunt Tim Aqua yang bertugas menjaga sel tengah pingsan tak sadarkan diri dengan memakai seragam Tim Magma. ”Kurang ajar!” umpatnya. ”Tawanan kita.... melarikan diri!”
”Itulah kenapa aku memanggil kalian semua kesini,” jawab Maxie. ”Archie telah menentukan lokasi pertukaran, karena itu aku ingin kalian bertiga mewakili Tim Magma membawa Kyogre pada mereka dan membawa pulang Flame. Kita berharap Flame baik-baik saja dalam sekapan mereka.”
”Tapi apakah ini jalan terbaik setelah semua yang kita lalui selama ini?” komentar Brodie kemudian. ”Dengan begini kan Tim Aqua yang akan menang.”
”Ya Brodie, aku juga merasakan hal yang sama,” jawab Maxie. ”Tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tak ingin kehilangan anggota keluarga yang sangat kusayangi. Bila ada di antara kalian yang memiliki ide atau gagasan lain, keluarkan saja. Siapa tahu itu bisa membantu kita.”
”Sepertinya memang tidak ada jalan lain,” kata Tabitha. ”Kalaupun kita menyerang Tim Aqua, aku takut mereka akan berbuat macam-macam pada Flame.”
”Ya, kita tidak bisa memakai cara kekerasan seperti itu, terlalu berbahaya untuk Flame,” sahut Maxie.
”Aku ada ide!” seru Brodie tiba-tiba.“Kita akan tetap melaksanakan pertukaran, tapi bisa aku pastikan mereka tidak akan mendapatkan Kyogre.”
”Oh ya?” Maxie tertegun. ”Apa itu?”
*
Aku, Brodie, dan Tabitha kini berada di sebuah helikopter besar yang membawa Kyogre di dalamnya. Kami akan melakukan pertukaran untuk menyelamatkan Flame. Memang tidak ada jalan lain selain memberikan Kyogre kepada Tim Aqua. Hal ini benar-benar membuatku merasa sangat bersalah pada Maxie.
Benar kata Brodie, seharusnya aku tidak meledakkan Magmabomb sehingga Tim Aqua bisa menangkap Groudon dan tak menculik Flame. Bila nantinya Tim Aqua melakukan pertukaran dengan Tim Magma, masing-masing pihak mendapatkan apa yang selama ini menjadi tujuan mereka. Kenapa...kenapa aku melakukan hal ini? Padahal niatku sudah baik, tetapi kenapa Flame yang harus menjadi korbannya?
”Sudahlah, jangan terus-menerus menyalahkan dirimu,” ujar Tabitha menghiburku. Tampaknya dia bisa mengetahui pikiranku dengan membaca kesedihan yang tampak dalam raut wajahku. ”Kamu sudah melakukan yang terbaik sebagai anggota tim. Pilihanmu untuk meledakkan Magmabomb sudah sangat tepat. Mungkin kami yang harus merasa bersalah karena kami datang terlambat untuk menyelamatkan kalian. Bagaimanapun apa yang kalian lakukan sudah yang terbaik di mataku dan juga Maxie.”
Aku tersenyum lemah menatap Tabitha. ”Ya, semuanya memang tidak bisa diduga. Aku berharap dan berdoa semoga Flame baik-baik saja.”
”Kita semua berharap dan berdoa untuk itu,” jawab Tabitha. Kulihat wajahnya tampak tak bersemangat. Sepertinya kejadian ini adalah pukulan yang berat bagi semua anggota Tim Magma.
Ini kedua kalinya aku bertugas bukan dengan kedua rekanku di regu elit setelah sebelumnya aku pernah menjalankan sebuah misi aneh yang terlupakan bersama Darko Monsta. Clown tak bersamaku, dia masih tak sadarkan diri klinik Magmarine. Kuharap dia segera sembuh dan Flame segera kembali lagi sehingga kami bisa berkumpul lagi seperti sedia kala.
*
Di markas Tim Aqua, Archie, sang pemimpin Tim Aqua tampak duduk diam di mejanya. Tak lama, telepon yang ada di mejanya berdering. Langsung saja ditekannya tombol di telepon itu dan dijawabnya. ”Ya?”
”Mereka sudah pergi dengan membawa serta Kyogre menuju lokasi yang sudah ditentukan,” ujar seorang lelaki di telepon.
”Bagus, dengan demikian tujuan kita akan segera tercapai,” jawab Archie. ”Kami patut berterima kasih padamu. Saat ini tetaplah bersikap seperti biasa, jangan sampai mereka curiga.”
”Baik.”
”Terima kasih, tak kusangka aku bisa mengandalkanmu,” kata Archie mengakhiri percakapan. Sambungan telepon itu pun terputus.
Archie lalu menekan sebuah tombol pada telepon yang ada di meja kemudian dia berkata, ”Shelly, segera bawa Flame menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Mereka telah setuju dan sedang menuju ke sana sekarang.”
”Baik, Tuan Archie,” jawab sebuah suara dari telepon yang tak lain adalah Shelly itu.
*
Shelly bersama dua orang grunt tengah melangkah menuju sel penjara tempat Flame dikurung. Sel penjara itu memang terletak pada bagian terdalam dari markas rahasia Tim Aqua sehingga butuh waktu sedikit lama untuk mencapainya.
Mereka bertiga akhirnya mendekati sel yang dituju. Tapi Shelly terkejut karena grunt Melon yang biasanya berjaga di depan sel tidak ada di tempat.
”Hei, kemana Melon?” tanyanya heran. Shelly dan kedua orang grunt Tim Aqua itu langsung mempercepat langkah mereka menuju sel tempat Flame disekap. Mereka telah sampai di depan sel dan melihat seorang gadis berseragam Tim Magma terbaring di dalamnya.
”Bangun pemalas!” bentak Shelly kasar. ”Pamanmu akhirnya bersedia menebusmu, kamu akan segera keluar dari si...” baru saja Shelly hendak meneruskan ucapannya saat dia menyadari warna rambut gadis itu biru muda kehijauan dan bukan merah. ”Hei!” Shelly tersentak kaget. Dia langsung membuka pintu sel dan mendapati ternyata Melon, grunt Tim Aqua yang bertugas menjaga sel tengah pingsan tak sadarkan diri dengan memakai seragam Tim Magma. ”Kurang ajar!” umpatnya. ”Tawanan kita.... melarikan diri!”
Scene 86: Pertukaran
”Tempat yang ditentukan adalah sebuah pulau kecil di antara kota Lilycove dan kota Mossdeep,” ujar Tabitha padaku dan juga Brodie yang ada di dalam helikopter. ”Kita semua akan turun untuk melakukan pertukaran. Tim Aqua bisa saja curang, karena itu kita harus berhati-hati.”
”Kau tak perlu khawatir Tabitha,” sahut Brodie dengan santai, ”kalau mengikuti rencanaku, tak ada yang perlu dikhawatirkan.”
”Aku tetap khawatir Brodie,” jawab Tabitha menolak ucapan Brodie. ”Selama Flame belum berhasil diselamatkan, aku tetap khawatir.”
Aku diam saja selama di dalam helikopter. Aku tak tahu harus berkata apa karena aku merasa sangat bersalah atas penculikan Flame. Meski begitu aku mencoba optimistis untuk bisa menyelamatkan Flame.
Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan ke bilik tempat Kyogre diletakkan. Kulihat sebuah aquarium yang berukuran lumayan besar dengan enam buah roda pada bagian bawahnya. Kyogre ada di dalam aquarium itu, tengah tertidur dan tampaknya takkan bangun. Sebuah lingkaran besi membelit mulut, sirip dan ekornya, memastikan Kyogre tak akan bergerak atau memberontak. Aku masih saja kagum melihat Pokemon legendaris Hoenn itu walaupun sebenarnya Pokemon itu....
*
Helikopter kami telah mencapai pulau yang telah ditentukan. Pulau itu adalah sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Setelah mendarat, kami bertiga keluar dari helikopter sambil membawa aquarium berisi Kyogre.
Kami menanti kedatangan Tim Aqua karena ternyata mereka belum ada di tempat yang dijanjikan. Sepertinya Tim Aqua terlambat datang.
”Apa mereka tak berminat dengan Kyogre ini?” tanya Brodie heran karena Tim Aqua belum juga muncul.
”Kurasa tidak, Pokemon inilah yang selama ini mereka cari-cari. Mungkin mereka sedang ada masalah di perjalanan,” terka Tabitha.
”Baiklah, kita hanya menunggu.”
Tak lama kami menunggu, sebuah kapal motor berukuran sedang datang dan merapat pada bibir pantai pulau itu. Tampak bendera biru dengan lambang Tim Aqua pada kapal itu. Yang kami tunggu telah datang.
Setelah kapal merapat, tiga orang anggota Tim Aqua – salah seorangnya adalah Mickey – keluar dari dalam kapal dengan mengawal seorang perempuan berseragam Tim Magma. Flame-kah itu? Entahlah, kepalanya ditutup tudung seragam sehingga hanya menampakkan sedikit rambut merahnya. Kedua tangan sosok yang kuduga sebagai Flame itu tampak saling terkait di belakang tubuhnya dan tampaknya Flame diborgol.
”Akhirnya datang juga,” ujar Brodim melihat kedatangan Tim Aqua dengan Flame.
”Maaf membuat kalian menunggu,” ujar Mickey setelah mereka semua berjarak kira-kira sepuluh meter dari kami bertiga. ”Ada sedikit masalah yang tidak terduga.”
”Permintaan maaf diterima,” sahut Tabitha. ”Lebih baik kita segera melakukan pertukaran ini dan segera pergi. Aku tak mau berlama-lama melihat kalian ada disini.”
”Baiklah, kita lihat apa kita sama-sama membawa barang yang akan ditukarkan,” kata Mickey.
Barang? Kurang ajar sekali dia menyebut Flame sebagai barang! Tapi aku harus menahan diriku, aku tak bisa berang begitu saja, takutnya pertukaran ini malah jadi sia-sia.
”Kami membawa Kyogre, seperti yang kalian pesan,” ujar Tabitha dengan menunjukkan aquarium berisi Kyogre pada Tim Aqua. ”Lalu apakah kalian membawa Flame?”
”Ya, tentu saja,” jawab Mickey.“Lihat saja perempuan bodoh ini, apakah tidak terlihat seperti rekan kalian?” Mickey menunjuk pada sosok berseragam Tim Magma yang bersamanya.
”Aku ingin mendengar suaranya,” kataku tiba-tiba. Entah mengapa aku mengatakan hal itu, mungkin karena aku meragukan sosok di depanku itu. ”Dan kenapa wajahnya ditutupi?”
”Oh, kamu yang mengalahkanku di gua dasar laut waktu itu,” sahut Mickey. ”Sayangnya temanmu ini tidak bisa mengeluarkan suaranya karena mulutnya kami lakban agar dia tidak berisik selama dalam perjalanan disini. Kami juga tidak mengizinkan kalian melihat wajahnya karena kami tak ingin kalian emosi dan langsung menyerang kami apabila kalian melihat wajahnya yang penuh luka setelah kami hajar tadi.”
”APA?” aku terkejut. ”Be...berani-beraninya kau!”
”Sudahlah, tak usah diambil pusing, kita sudah sama-sama melihat bukan?” sahut Mickey enteng.
”Kamu kurang ajar! Awas kalau terjadi sesuatu dengan Flame, aku akan membunuh kalian semua!” ancam Brodie ikut marah.
”Sudahlah Brodie,” Tabitha menenangkan. ”Bagaimanapun Flame ada di tangan mereka, kita tidak bisa berbuat macam-macam. Saat ini keselamatan Flame lebih utama.”
”Nah, Admin kita ini sepertinya lebih bijak dari yang lainnya,” ledek Mickey. ”Baiklah, mari kita selesaikan pertukaran ini. Aku telah melihat Kyogre dan aku yakin itu memang Kyogre. Mana mungkin Tim Magma susah payah ke gua laut hanya untuk menangkap sampah?”
”Kami juga meyakini kalian membawa Flame,” jawab Tabitha. ”Untuk apa kalian menyimpan teman kami itu lama-lama? Kurasa hal itu hanya akan merepotkan untuk kalian.”
”Oke, kita sama-sama setuju,” sahut Mickey. ”Kita mulai sekarang. Dalam hitungan ketiga, kita sama-sama maju dan saling memberikan barang. Setuju?”
”Setuju.”
”Satu...” Mickey memberi aba-aba. Tabitha dan Brodie melangkah mendekati Tim Aqua sambil mendorong aquarium tersebut sementara dua orang grunt Tim Aqua juga mendekati mereka berdua dengan mengawal Flame. “Dua...” pada hitungan kedua kedua pihak yang akan melakukan pertukaran sudah saling mendekat dan akhirnya... ”Tiga!” Bersamaan dengan hitungan ketiga, Tabitha dan Brodie mendorong aquarium berisi Kyogre ke arah Tim Aqua demikian pula sebaliknya dua orang grunt Tim Aqua mendorong Flame ke arah Tabitha dan Brodie.
”Haha... sudah selesai,” ujar Mickey saat dua orang grunt telah mendapatkan aquarium berisi Kyogre dan membawanya mendekatinya.Mickey tampak memeriksa Kyogre tersebut dan yakin kalau yang ada di dalamnya adalah asli. ”Tak kusangka Kyogre berukuran sebesar ini. Beruntung kalian membawanya dengan aquarium ini, tak kusangka kalian begitu perhatian dengannya.”
Tabitha dan Brodie tak menyahut. Tabitha sendiri langsung memeluk Flame saat Flame didorong oleh dua orang grunt tersebut. ”Flame, kau tidak apa-apa?” tanyanya panik. Tabitha membuka tudung yang menutupi kepala Flame dan tampak wajah seorang perempuan berambut merah... tapi itu bukan Flame! Wanita itu adalah.... Shelly!
”Kau tak perlu khawatir Tabitha,” sahut Brodie dengan santai, ”kalau mengikuti rencanaku, tak ada yang perlu dikhawatirkan.”
”Aku tetap khawatir Brodie,” jawab Tabitha menolak ucapan Brodie. ”Selama Flame belum berhasil diselamatkan, aku tetap khawatir.”
Aku diam saja selama di dalam helikopter. Aku tak tahu harus berkata apa karena aku merasa sangat bersalah atas penculikan Flame. Meski begitu aku mencoba optimistis untuk bisa menyelamatkan Flame.
Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan ke bilik tempat Kyogre diletakkan. Kulihat sebuah aquarium yang berukuran lumayan besar dengan enam buah roda pada bagian bawahnya. Kyogre ada di dalam aquarium itu, tengah tertidur dan tampaknya takkan bangun. Sebuah lingkaran besi membelit mulut, sirip dan ekornya, memastikan Kyogre tak akan bergerak atau memberontak. Aku masih saja kagum melihat Pokemon legendaris Hoenn itu walaupun sebenarnya Pokemon itu....
*
Helikopter kami telah mencapai pulau yang telah ditentukan. Pulau itu adalah sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Setelah mendarat, kami bertiga keluar dari helikopter sambil membawa aquarium berisi Kyogre.
Kami menanti kedatangan Tim Aqua karena ternyata mereka belum ada di tempat yang dijanjikan. Sepertinya Tim Aqua terlambat datang.
”Apa mereka tak berminat dengan Kyogre ini?” tanya Brodie heran karena Tim Aqua belum juga muncul.
”Kurasa tidak, Pokemon inilah yang selama ini mereka cari-cari. Mungkin mereka sedang ada masalah di perjalanan,” terka Tabitha.
”Baiklah, kita hanya menunggu.”
Tak lama kami menunggu, sebuah kapal motor berukuran sedang datang dan merapat pada bibir pantai pulau itu. Tampak bendera biru dengan lambang Tim Aqua pada kapal itu. Yang kami tunggu telah datang.
Setelah kapal merapat, tiga orang anggota Tim Aqua – salah seorangnya adalah Mickey – keluar dari dalam kapal dengan mengawal seorang perempuan berseragam Tim Magma. Flame-kah itu? Entahlah, kepalanya ditutup tudung seragam sehingga hanya menampakkan sedikit rambut merahnya. Kedua tangan sosok yang kuduga sebagai Flame itu tampak saling terkait di belakang tubuhnya dan tampaknya Flame diborgol.
”Akhirnya datang juga,” ujar Brodim melihat kedatangan Tim Aqua dengan Flame.
”Maaf membuat kalian menunggu,” ujar Mickey setelah mereka semua berjarak kira-kira sepuluh meter dari kami bertiga. ”Ada sedikit masalah yang tidak terduga.”
”Permintaan maaf diterima,” sahut Tabitha. ”Lebih baik kita segera melakukan pertukaran ini dan segera pergi. Aku tak mau berlama-lama melihat kalian ada disini.”
”Baiklah, kita lihat apa kita sama-sama membawa barang yang akan ditukarkan,” kata Mickey.
Barang? Kurang ajar sekali dia menyebut Flame sebagai barang! Tapi aku harus menahan diriku, aku tak bisa berang begitu saja, takutnya pertukaran ini malah jadi sia-sia.
”Kami membawa Kyogre, seperti yang kalian pesan,” ujar Tabitha dengan menunjukkan aquarium berisi Kyogre pada Tim Aqua. ”Lalu apakah kalian membawa Flame?”
”Ya, tentu saja,” jawab Mickey.“Lihat saja perempuan bodoh ini, apakah tidak terlihat seperti rekan kalian?” Mickey menunjuk pada sosok berseragam Tim Magma yang bersamanya.
”Aku ingin mendengar suaranya,” kataku tiba-tiba. Entah mengapa aku mengatakan hal itu, mungkin karena aku meragukan sosok di depanku itu. ”Dan kenapa wajahnya ditutupi?”
”Oh, kamu yang mengalahkanku di gua dasar laut waktu itu,” sahut Mickey. ”Sayangnya temanmu ini tidak bisa mengeluarkan suaranya karena mulutnya kami lakban agar dia tidak berisik selama dalam perjalanan disini. Kami juga tidak mengizinkan kalian melihat wajahnya karena kami tak ingin kalian emosi dan langsung menyerang kami apabila kalian melihat wajahnya yang penuh luka setelah kami hajar tadi.”
”APA?” aku terkejut. ”Be...berani-beraninya kau!”
”Sudahlah, tak usah diambil pusing, kita sudah sama-sama melihat bukan?” sahut Mickey enteng.
”Kamu kurang ajar! Awas kalau terjadi sesuatu dengan Flame, aku akan membunuh kalian semua!” ancam Brodie ikut marah.
”Sudahlah Brodie,” Tabitha menenangkan. ”Bagaimanapun Flame ada di tangan mereka, kita tidak bisa berbuat macam-macam. Saat ini keselamatan Flame lebih utama.”
”Nah, Admin kita ini sepertinya lebih bijak dari yang lainnya,” ledek Mickey. ”Baiklah, mari kita selesaikan pertukaran ini. Aku telah melihat Kyogre dan aku yakin itu memang Kyogre. Mana mungkin Tim Magma susah payah ke gua laut hanya untuk menangkap sampah?”
”Kami juga meyakini kalian membawa Flame,” jawab Tabitha. ”Untuk apa kalian menyimpan teman kami itu lama-lama? Kurasa hal itu hanya akan merepotkan untuk kalian.”
”Oke, kita sama-sama setuju,” sahut Mickey. ”Kita mulai sekarang. Dalam hitungan ketiga, kita sama-sama maju dan saling memberikan barang. Setuju?”
”Setuju.”
”Satu...” Mickey memberi aba-aba. Tabitha dan Brodie melangkah mendekati Tim Aqua sambil mendorong aquarium tersebut sementara dua orang grunt Tim Aqua juga mendekati mereka berdua dengan mengawal Flame. “Dua...” pada hitungan kedua kedua pihak yang akan melakukan pertukaran sudah saling mendekat dan akhirnya... ”Tiga!” Bersamaan dengan hitungan ketiga, Tabitha dan Brodie mendorong aquarium berisi Kyogre ke arah Tim Aqua demikian pula sebaliknya dua orang grunt Tim Aqua mendorong Flame ke arah Tabitha dan Brodie.
”Haha... sudah selesai,” ujar Mickey saat dua orang grunt telah mendapatkan aquarium berisi Kyogre dan membawanya mendekatinya.Mickey tampak memeriksa Kyogre tersebut dan yakin kalau yang ada di dalamnya adalah asli. ”Tak kusangka Kyogre berukuran sebesar ini. Beruntung kalian membawanya dengan aquarium ini, tak kusangka kalian begitu perhatian dengannya.”
Tabitha dan Brodie tak menyahut. Tabitha sendiri langsung memeluk Flame saat Flame didorong oleh dua orang grunt tersebut. ”Flame, kau tidak apa-apa?” tanyanya panik. Tabitha membuka tudung yang menutupi kepala Flame dan tampak wajah seorang perempuan berambut merah... tapi itu bukan Flame! Wanita itu adalah.... Shelly!
Scene 87: Pertarungan Admin
Apa?!” Tabitha terkejut melihat siapa yang ada di depannya saat ini.
”Singkirkan tangan kotormu itu, Tabitha!”sentak Shelly sambil mendorong Tabitha keras sehingga admin Tim Magma itu terjatuh ke tanah.
”Shelly?!” Brodie terkejut. ”Apa-apaan i...?” perkataan Brodie terputus saat sebuah tendangan keras mendarat di pipinya. Dia langsung terjerembab ke tanah seperti Tabitha.
Shelly melompat menjauh dari kami bertiga. Dia tertawa terkikik dan kemudian berkata, ”Maafkan kami, teman-temanku Tim Magma yang baik. Kami terpaksa melakukan ini agar bisa mendapatkan Kyogre. Setelah Kyogre kami dapatkan, kami tak ada urusan dengan kalian.”
”Kalian melanggar perjanjian!” teriakku keras. Aku tak bisa lagi menahan emosiku dan langsung mengeluarkan Sandslash dari Poke Ball. ”Dimana Flame? Cepat kembalikan Flame pada kami?”
”Ho... rupanya kamu, si bodoh yang tampaknya gegar otak setelah aku bekukan waktu itu,” sahut Shelly santai. ”Terus terang saja, kami tak berniat melanggar perjanjian. Tapi tampaknya teman kalian itu sudah habis dimakan Sharpedo di tengah lautan yang luas ini. Entahlah..”
”Apa?” darahku mendidih mendengarnya. ”Kurang ajar! Sandslash, Slash!” Sandslash melompat cepat ke arah Shelly namun tiba-tiba muncul Crawdaunt yang menahan Sandslash.
”Mau menyerangku? Coba saja kalau bisa,” tantang Shelly. ”Crawdaunt, BubbleBeam!” Crawdaunt kemudian menyemprotkan gelembung-gelembung air yang langsung menjatuhkan Sandslash.
”Sandslash!” teriakku keras. ”Sialan!”
”Kau telah melanggar perjanjian kita....” ujar Tabitha tiba-tiba. Dia berusaha berdiri setelah tadi didorong jatuh oleh Shelly. ”Kalian benar-benar memalukan! Majulah, Camerupt!” Tabitha melemparkan sebuah Poke Ball dan keluarlah Camerupt, Pokemon menyerupai unta dengan dua punuk berbentuk gunung berapi.
“Kau mau melawanku Tabitha?” tantang Shelly. “Kalau memang itu maumu, aku tak bisa diam saja.”
”Nona Shelly, sebaiknya kita segera pergi dari sini!” teriak Mickey dari kejauhan.Mickey dan dua orang grunt itu memang sudah berlari menjauh mencapai bibir pantai.
”Diam kmau Mickey!” bentak Shelly keras. ”Ini urusan kami berdua, jangan ikut campur.”
Mickey langsung terdiam mendengarnya.
”Mickey, apa yang akan kita lakukan?” tanya grunt Tim Aqua yang sudah gatal untuk memasukkan Kyogre ke dalam kapal.
”Kita tunggu disini, siapa tahu Nona Shelly membutuhkan bantuan,” jawab Mickey. ”Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Lebih baik siapkan Pokemon kalian.”
”Kembalikan Flame pada kami!” teriak Tabitha keras. Tampaknya dia sangat marah, melebihi kemarahanku tadi. ”Kalian benar-benar kurang ajar! Camerupt, Tackle!” Camerupt Tabitha langsung berlari kencang menyeruduk Crawdaunt. Crawdaunt terjatuh, namun Pokemon itu masih bisa berdiri.
”Berani-beraninya kamu!” sentak Shelly.”Akan kuakhiricepat, Crawdaunt, Guillotine!” perintahnya. Itukan jurus yang menjatuhkan Tropius hanya pada sekali serangan saja?
“Camerupt, Fissure!” perintah Tabitha pada Camerupt, hampir bersamaan dengan perintah Shelly pada Crawdaunt. Fissure? Jurus apalagi itu?
Crawdaunt menerjang Camerupt dan mencapitnya, namun bersamaan dengan itu Camerupt menjejak tanah dan tanah di depannya langsung retak mengenai Crawdaunt. Camerupt terjatuh akibat serangan guillotine Crawdaunt sementara Crawdaunt terjatuh akibat Fissure Camerupt. Retakan Camerupt bahkan mencapai tempat Shelly berdiri dan membuat admin Tim Aqua itu terjatuh. Crawdaunt dan Camerupt, kedua pokemon itu pingsan dan tidak dapat melanjutkan pertarungan.
”One hit KO melawan One hit KO,” ujar Brodie sambil meringis menahan sakit. Dia tampak kesakitan akibat tendangan telak dari Shelly tadi. Kini dia mencoba bangkit untuk berdiri.
”Apa?” tanyaku tak mengerti.
“Shelly dan Tabitha sama-sama menggunakan serangan yang sangat ampuh, One hit KO secara bersamaan. Guillotine CrawdauntbisamenjatuhkanCameruptdanFissureCameruptbisamenjatuhkanCrawdaunt. Mereka impas, tak ada pemenang akan pertarungan ini,” jelas Brodie. Jadi serangan yang dipakai Camerupt milik Tabitha itu juga One hit KO?
”Cis!” umpat Shelly kesal. Dia memasukkan kembali Crawdaunt ke dalam Poke Ball dan kemudian berdiri dengan susah payah. ”Lebih baik kami pergi sekarang, tak ada gunanya meladeni kalian lagi.”
”Takkan kubiarkan kalian pergi sebelum menyerahkan Flame pada kami!” cegah Tabitha.
Shelly mendengus. ”Jujur saja Tabitha, kami tak mau melanggar perjanjian kami dengan kalian karena kalian membawakan tujuan terbesar kami, Kyogre. Tapi kami sama sekali tak tahu dimana temanmu itu berada sekarang.”
”Omong kosong! Kalian telah menculiknya bukan?” bantah Tabitha. ”Kurang apalagi kalian? Kalian telah mendapatkan yang kalian inginkan, kenapa kalian tak mengembalikan Flame pada kami?”
”Sudah kubilang kami tak tahu dimana dia!” Shelly bersikeras. ”Dia kabur dari penjara dan kami tak tahu dimana dia sekarang.”
”Jangan bohong!” Tabitha terus membantah. ”Aku tak pernah percaya dengan omongan kalian, Tim Aqua!”
”Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi yang pasti kami sudah mendapatkan Kyogre, itu sudah cukup.” Shelly kemudian berbalik dan berlari menuju kapal tempt Mickey dan dua orang grunt Tim Aqua menunggu.
”Tunggu!” cegah Tabitha, dia hendak mengeluarkan Pokemon lagi.
”Sudahlah Tabitha...” seru Brodie.Sementara Shelly, Mickey dan kedua grunt Tim Aqua itu sudah masuk ke dalam kapal dan kapal itu mulai bergerak. Brodie memandangnya datar. ”Tampaknya mereka memang tidak tahu dimana Flame berada. Tampaknya Flame telah melarikan diri dari markas mereka. Untuk apa mereka menyimpan Flame apabila mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan?”
”Apa?!” Tabitha tersentak. “Apa kamu ini membela Tim Aqua? Sebenarnya siapa kamu ini? Mata-mata Tim Aqua?” Tabitha marah dan merenggut kerah seragam Brodie.
“Tentu aku sedih dengan hilangnya Flame,” jawab Brodie mencoba tenang. Mungkin baru kali ini aku dan Brodie melihat kemarahan Tabitha sebesar ini. ”Tapi bukankah mereka sebenarnya tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan? Kita impas bukan?”
Tabitha melepaskan Brodie. Dia lalu menarik nafas panjang mencoba menahan diri dan kemudian menoleh ke arahku. ”Lunar, katakan padaku,” ujarnya padaku, ”katakan padaku kenapa kamu bisa setenang ini saat rekanmu tak jelas keberadaannya? Apa kamu tak peduli lagi dengan Flame?”
“Aku peduli,” jawabku mencoba tegar.“Aku sangat peduli dan aku... tidak, melainkan kita akan menjemputnya sekarang.”
”Menjemputnya? Apa maksudmu?” tanya Tabitha tak mengerti.
Aku kemudian mengeluarkan Magmavon-ku dan menunjukkannya pada Tabitha. ”Selagi kau bertarung dengan Shelly, aku menerima pesan singkat yang menyatakan.... Flame sekarang ada di kota Mossdeep.”
”Singkirkan tangan kotormu itu, Tabitha!”sentak Shelly sambil mendorong Tabitha keras sehingga admin Tim Magma itu terjatuh ke tanah.
”Shelly?!” Brodie terkejut. ”Apa-apaan i...?” perkataan Brodie terputus saat sebuah tendangan keras mendarat di pipinya. Dia langsung terjerembab ke tanah seperti Tabitha.
Shelly melompat menjauh dari kami bertiga. Dia tertawa terkikik dan kemudian berkata, ”Maafkan kami, teman-temanku Tim Magma yang baik. Kami terpaksa melakukan ini agar bisa mendapatkan Kyogre. Setelah Kyogre kami dapatkan, kami tak ada urusan dengan kalian.”
”Kalian melanggar perjanjian!” teriakku keras. Aku tak bisa lagi menahan emosiku dan langsung mengeluarkan Sandslash dari Poke Ball. ”Dimana Flame? Cepat kembalikan Flame pada kami?”
”Ho... rupanya kamu, si bodoh yang tampaknya gegar otak setelah aku bekukan waktu itu,” sahut Shelly santai. ”Terus terang saja, kami tak berniat melanggar perjanjian. Tapi tampaknya teman kalian itu sudah habis dimakan Sharpedo di tengah lautan yang luas ini. Entahlah..”
”Apa?” darahku mendidih mendengarnya. ”Kurang ajar! Sandslash, Slash!” Sandslash melompat cepat ke arah Shelly namun tiba-tiba muncul Crawdaunt yang menahan Sandslash.
”Mau menyerangku? Coba saja kalau bisa,” tantang Shelly. ”Crawdaunt, BubbleBeam!” Crawdaunt kemudian menyemprotkan gelembung-gelembung air yang langsung menjatuhkan Sandslash.
”Sandslash!” teriakku keras. ”Sialan!”
”Kau telah melanggar perjanjian kita....” ujar Tabitha tiba-tiba. Dia berusaha berdiri setelah tadi didorong jatuh oleh Shelly. ”Kalian benar-benar memalukan! Majulah, Camerupt!” Tabitha melemparkan sebuah Poke Ball dan keluarlah Camerupt, Pokemon menyerupai unta dengan dua punuk berbentuk gunung berapi.
“Kau mau melawanku Tabitha?” tantang Shelly. “Kalau memang itu maumu, aku tak bisa diam saja.”
”Nona Shelly, sebaiknya kita segera pergi dari sini!” teriak Mickey dari kejauhan.Mickey dan dua orang grunt itu memang sudah berlari menjauh mencapai bibir pantai.
”Diam kmau Mickey!” bentak Shelly keras. ”Ini urusan kami berdua, jangan ikut campur.”
Mickey langsung terdiam mendengarnya.
”Mickey, apa yang akan kita lakukan?” tanya grunt Tim Aqua yang sudah gatal untuk memasukkan Kyogre ke dalam kapal.
”Kita tunggu disini, siapa tahu Nona Shelly membutuhkan bantuan,” jawab Mickey. ”Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Lebih baik siapkan Pokemon kalian.”
”Kembalikan Flame pada kami!” teriak Tabitha keras. Tampaknya dia sangat marah, melebihi kemarahanku tadi. ”Kalian benar-benar kurang ajar! Camerupt, Tackle!” Camerupt Tabitha langsung berlari kencang menyeruduk Crawdaunt. Crawdaunt terjatuh, namun Pokemon itu masih bisa berdiri.
”Berani-beraninya kamu!” sentak Shelly.”Akan kuakhiricepat, Crawdaunt, Guillotine!” perintahnya. Itukan jurus yang menjatuhkan Tropius hanya pada sekali serangan saja?
“Camerupt, Fissure!” perintah Tabitha pada Camerupt, hampir bersamaan dengan perintah Shelly pada Crawdaunt. Fissure? Jurus apalagi itu?
Crawdaunt menerjang Camerupt dan mencapitnya, namun bersamaan dengan itu Camerupt menjejak tanah dan tanah di depannya langsung retak mengenai Crawdaunt. Camerupt terjatuh akibat serangan guillotine Crawdaunt sementara Crawdaunt terjatuh akibat Fissure Camerupt. Retakan Camerupt bahkan mencapai tempat Shelly berdiri dan membuat admin Tim Aqua itu terjatuh. Crawdaunt dan Camerupt, kedua pokemon itu pingsan dan tidak dapat melanjutkan pertarungan.
”One hit KO melawan One hit KO,” ujar Brodie sambil meringis menahan sakit. Dia tampak kesakitan akibat tendangan telak dari Shelly tadi. Kini dia mencoba bangkit untuk berdiri.
”Apa?” tanyaku tak mengerti.
“Shelly dan Tabitha sama-sama menggunakan serangan yang sangat ampuh, One hit KO secara bersamaan. Guillotine CrawdauntbisamenjatuhkanCameruptdanFissureCameruptbisamenjatuhkanCrawdaunt. Mereka impas, tak ada pemenang akan pertarungan ini,” jelas Brodie. Jadi serangan yang dipakai Camerupt milik Tabitha itu juga One hit KO?
”Cis!” umpat Shelly kesal. Dia memasukkan kembali Crawdaunt ke dalam Poke Ball dan kemudian berdiri dengan susah payah. ”Lebih baik kami pergi sekarang, tak ada gunanya meladeni kalian lagi.”
”Takkan kubiarkan kalian pergi sebelum menyerahkan Flame pada kami!” cegah Tabitha.
Shelly mendengus. ”Jujur saja Tabitha, kami tak mau melanggar perjanjian kami dengan kalian karena kalian membawakan tujuan terbesar kami, Kyogre. Tapi kami sama sekali tak tahu dimana temanmu itu berada sekarang.”
”Omong kosong! Kalian telah menculiknya bukan?” bantah Tabitha. ”Kurang apalagi kalian? Kalian telah mendapatkan yang kalian inginkan, kenapa kalian tak mengembalikan Flame pada kami?”
”Sudah kubilang kami tak tahu dimana dia!” Shelly bersikeras. ”Dia kabur dari penjara dan kami tak tahu dimana dia sekarang.”
”Jangan bohong!” Tabitha terus membantah. ”Aku tak pernah percaya dengan omongan kalian, Tim Aqua!”
”Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi yang pasti kami sudah mendapatkan Kyogre, itu sudah cukup.” Shelly kemudian berbalik dan berlari menuju kapal tempt Mickey dan dua orang grunt Tim Aqua menunggu.
”Tunggu!” cegah Tabitha, dia hendak mengeluarkan Pokemon lagi.
”Sudahlah Tabitha...” seru Brodie.Sementara Shelly, Mickey dan kedua grunt Tim Aqua itu sudah masuk ke dalam kapal dan kapal itu mulai bergerak. Brodie memandangnya datar. ”Tampaknya mereka memang tidak tahu dimana Flame berada. Tampaknya Flame telah melarikan diri dari markas mereka. Untuk apa mereka menyimpan Flame apabila mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan?”
”Apa?!” Tabitha tersentak. “Apa kamu ini membela Tim Aqua? Sebenarnya siapa kamu ini? Mata-mata Tim Aqua?” Tabitha marah dan merenggut kerah seragam Brodie.
“Tentu aku sedih dengan hilangnya Flame,” jawab Brodie mencoba tenang. Mungkin baru kali ini aku dan Brodie melihat kemarahan Tabitha sebesar ini. ”Tapi bukankah mereka sebenarnya tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan? Kita impas bukan?”
Tabitha melepaskan Brodie. Dia lalu menarik nafas panjang mencoba menahan diri dan kemudian menoleh ke arahku. ”Lunar, katakan padaku,” ujarnya padaku, ”katakan padaku kenapa kamu bisa setenang ini saat rekanmu tak jelas keberadaannya? Apa kamu tak peduli lagi dengan Flame?”
“Aku peduli,” jawabku mencoba tegar.“Aku sangat peduli dan aku... tidak, melainkan kita akan menjemputnya sekarang.”
”Menjemputnya? Apa maksudmu?” tanya Tabitha tak mengerti.
Aku kemudian mengeluarkan Magmavon-ku dan menunjukkannya pada Tabitha. ”Selagi kau bertarung dengan Shelly, aku menerima pesan singkat yang menyatakan.... Flame sekarang ada di kota Mossdeep.”
Scene 88: Ditto
Di kapal yang ditumpangi Tim Aqua, Shelly tampak senang. Dia tak menyangka akhirnya berhasil mendapatkan Kyogre. Segera saja dia menghubungi bossnya.
”Lapor Tuan Archie,” kata Shelly pada sebuah suara di seberang sana. ”Kami telah berhasil mendapatkan Kyogre. Misi selesai dan kami sedang dalam perjalanan menuju markas.”
”Benarkah?” sahut Archie terdengar tak percaya dengan yang didengarnya. ”Kalau begitu kembali ke markas secepat mungkin, aku sudah tidak sabar melihat my precious one.”
”Baik Tuan Archie,” jawab Shelly. Dia lalu mematikan telepon genggamnya dan duduk di sebuah kursi yang ada di dek kapal. ”Huh, benar-benar hari yang melelahkan,” gumamnya. ”Tapi hari yang melelahkan ini akhirnya terbayar sudah dengan Kyogre di tangan kami. ”Wajah wanita itu kemudian berubah berseri-seri, tampaknya sangat senang.
Tiba-tiba saja seorang grunt Tim Aqua menghampiri Shelly. Grunt itu tampak tergesa-gesa. ”Maaf mengganggu Anda, Nona Shelly,” ujar grunt tersebut.
”Ada apa?” tanya Shelly.
”Kyogre... Kyogre menunjukkan tanda-tanda yang sangat aneh.”
”Apa?” Shelly tersentak kaget. Dia lalu berdiri dan berjalan cepat menuju sebuah kabin tempat aquarium berisi Kyogre diletakkan.
”Oh, Nona Shelly, untung kau cepat datang,” ujar Mickey melihat kedatangan Shelly. ”Kyogre menunjukkan gejala yang aneh, aku tak tahu apa yang terjadi. Mungkin Nona Shelly mengetahuinya.”
”Biar kulihat.” Shelly kemudian mendekati aquarium berisi Kyogre dan memperhatikannya dengan seksama. Memang tampak gejala aneh pada Kyogre dimana tubuh Pokemon itu bergerak-gerak dan sepertinya akan menciut. Semakin lama diamati, tubuh Kyogre semakin menciut, mengecil, dan kemudian.... berubah menjadi segumpal cairan lendir kental tebal berwarna ungu. Cairan itu setinggi tiga puluh centi dan sekarang tampak berenang-renang senang di dalam aquarium.
”Ap...Apa-apaan ini?!” Shelly sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. ”Ke... kenapa dia berubah menjadi....” perkataan Shelly terputus saat tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Shelly serta merta menerimanya. ”Hallo!”
”Halo, temanku Tim Aqua,” sapa seorang lelaki di seberang sana. Lelaki itu adalah Brodie. “Maaf mengganggu perayaan dan suka cita kalian karena telah mendapatkan Kyogre, Pokemon yang kalian inginkan sedari dulu itu. Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan pada kalian semua.”
“Kalau kamu ingin mengatakan sesuatu lebih baik katakan sekarang,” sahut Shelly kasar.
“Ow, tenanglah sedikit,” jawabBrodie tenang. “Aku hanya ingin memperkenalkan kalian dengan Pokemon kesayanganku yang mungkin sedang menghibur kalian sekarang disana.”
”Pokemon kesayangan?” Shelly terperangah. ”Ap...apa maksudmu?”
”Perhatikan aquarium tempat Kyogre berada, bukankah ada lendir yang sedang tersenyum padamu?”
Shelly langsung melihat ke arah aquarium dimana kini segumpal lendir aneh berwarna ungu nampak sedang berenang di dalamnya. Dan benar kata Brodie, lendir itu tersenyum padanya.
”Kalau kamu belum tahu namanya,” sambung Brodie, ”maka akan kuberitahukan padamu. Nama Pokemonku itu adalah ..... Ditto!”
”Kurang ajar!” bentak Shelly keras. Kemarahannya memuncak. Dia langsung melempar telepon genggamnya begitu saja ke lantai. ”Dasar Tim Magma penipu! Dasar penipu!”
”Lapor Tuan Archie,” kata Shelly pada sebuah suara di seberang sana. ”Kami telah berhasil mendapatkan Kyogre. Misi selesai dan kami sedang dalam perjalanan menuju markas.”
”Benarkah?” sahut Archie terdengar tak percaya dengan yang didengarnya. ”Kalau begitu kembali ke markas secepat mungkin, aku sudah tidak sabar melihat my precious one.”
”Baik Tuan Archie,” jawab Shelly. Dia lalu mematikan telepon genggamnya dan duduk di sebuah kursi yang ada di dek kapal. ”Huh, benar-benar hari yang melelahkan,” gumamnya. ”Tapi hari yang melelahkan ini akhirnya terbayar sudah dengan Kyogre di tangan kami. ”Wajah wanita itu kemudian berubah berseri-seri, tampaknya sangat senang.
Tiba-tiba saja seorang grunt Tim Aqua menghampiri Shelly. Grunt itu tampak tergesa-gesa. ”Maaf mengganggu Anda, Nona Shelly,” ujar grunt tersebut.
”Ada apa?” tanya Shelly.
”Kyogre... Kyogre menunjukkan tanda-tanda yang sangat aneh.”
”Apa?” Shelly tersentak kaget. Dia lalu berdiri dan berjalan cepat menuju sebuah kabin tempat aquarium berisi Kyogre diletakkan.
”Oh, Nona Shelly, untung kau cepat datang,” ujar Mickey melihat kedatangan Shelly. ”Kyogre menunjukkan gejala yang aneh, aku tak tahu apa yang terjadi. Mungkin Nona Shelly mengetahuinya.”
”Biar kulihat.” Shelly kemudian mendekati aquarium berisi Kyogre dan memperhatikannya dengan seksama. Memang tampak gejala aneh pada Kyogre dimana tubuh Pokemon itu bergerak-gerak dan sepertinya akan menciut. Semakin lama diamati, tubuh Kyogre semakin menciut, mengecil, dan kemudian.... berubah menjadi segumpal cairan lendir kental tebal berwarna ungu. Cairan itu setinggi tiga puluh centi dan sekarang tampak berenang-renang senang di dalam aquarium.
”Ap...Apa-apaan ini?!” Shelly sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. ”Ke... kenapa dia berubah menjadi....” perkataan Shelly terputus saat tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Shelly serta merta menerimanya. ”Hallo!”
”Halo, temanku Tim Aqua,” sapa seorang lelaki di seberang sana. Lelaki itu adalah Brodie. “Maaf mengganggu perayaan dan suka cita kalian karena telah mendapatkan Kyogre, Pokemon yang kalian inginkan sedari dulu itu. Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan pada kalian semua.”
“Kalau kamu ingin mengatakan sesuatu lebih baik katakan sekarang,” sahut Shelly kasar.
“Ow, tenanglah sedikit,” jawabBrodie tenang. “Aku hanya ingin memperkenalkan kalian dengan Pokemon kesayanganku yang mungkin sedang menghibur kalian sekarang disana.”
”Pokemon kesayangan?” Shelly terperangah. ”Ap...apa maksudmu?”
”Perhatikan aquarium tempat Kyogre berada, bukankah ada lendir yang sedang tersenyum padamu?”
Shelly langsung melihat ke arah aquarium dimana kini segumpal lendir aneh berwarna ungu nampak sedang berenang di dalamnya. Dan benar kata Brodie, lendir itu tersenyum padanya.
”Kalau kamu belum tahu namanya,” sambung Brodie, ”maka akan kuberitahukan padamu. Nama Pokemonku itu adalah ..... Ditto!”
”Kurang ajar!” bentak Shelly keras. Kemarahannya memuncak. Dia langsung melempar telepon genggamnya begitu saja ke lantai. ”Dasar Tim Magma penipu! Dasar penipu!”
Scene 89: Kembalinya Flame
”Kamu sudah meneleponnya?” tanya Tabitha pada Brodie.
Brodie mengangguk sambil tersenyum. ”Ya, sudah kutelepon. Tampaknya mereka senang sekali dengan hiburan yang kita kirimkan pada mereka,” jawab Brodie. ”Jarang-jarang lho Ditto-ku itu mau berenang untuk orang lain. Mereka sangat beruntung melihatnya.”
”Kamu memang konyol, Brodie,” sahut Tabitha tersenyum. Dia tampak sangat puas. Aku yang melihatnya tentu saja ikut senang. Rencana kami telah berhasil. Kami memang sengaja menggantikan Kyogre dengan Ditto karena dengan demikian Tim Aqua tidak dapat memenuhi keinginan mereka memperluas lautan. Ide Brodie benar-benar brilian. Terus terang saja, aku baru tahu ada Pokemon yang bisa merubah bentuk tubuhnya menyerupai Pokemon apa saja. Itu adalah keahlian dari Ditto, Pokemon berubah bentuk.
Saat ini kami sedang berada di dalam helikopter dalam perjalanan menuju kota Mossdeep untuk menjemput rekan kami tercinta, siapa lagi kalau bukan Flame. Rupanya dia berhasil melarikan diri dari markas Tim Aqua, entah bagaimana caranya.
”Sepertinya kita sudah sampai,” ujar Tabitha sembari melihat ke luar jendela. Aku dan Brodie kemudian ikut melihat keluar jendela helikopter. Tabitha benar, kami telah sampai di kota Mossdeep, sebuah kota yang berada di sebuah pulau di wilayah timur Hoenn. Memang jarak dari tempat pertemuan kami tadi tidak terlalu jauh sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai kota ini.
”Hei, sepertinya kita bertemu dengan Tim Aqua lagi,” bisik Brodie sambil melihat keluar jendela.
”Tim Aqua?” tanyaku tak mengerti. Aku kemudian melihat keluar jendela helikopter, mencari-cari yang dimaksud oleh Brodie dan menemukan seorang perempuan berambut merah yang memakai seragam Tim Aqua berdiri di tepi pantai sembari melambai-lambaikan tangannya ke arah kami. Itu Flame!
Kami pun mendaratkan Helikopter. Ketika hampir sedikit lagi helikopter menjejak tanah, Tabitha dan Brodie langsung keluar dan berlari ke arah Flame. Flame juga berlari menyongsong keduanya. Mereka kemudian saling berpelukan.
”Aku... aku merindukan kalian,” ujar Flame sambil menitikkan air matanya. Dia memeluk kedua lelaki yang menyayanginya itu dengan erat. Aku yang baru saja keluar dari helikopter tersenyum melihatnya dari kejauhan.
”Kami... kami juga merindukanmu...” jawab Tabitha. ”Kami pikir kami akan kehilanganmu.”
”Syukurlah, kamu selamat Flame,” sahut Brodie. ”Kamu tidak apa-apa kan?” tanyanya dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Flame. Di luar dugaan Brodie menangis sesenggukan. Dasar cengeng, batinku melihat hal itu. Rupanya si brengsek Brodie bisa menangis juga. Kalau tahu seperti ini harusnya tadi aku membawa kamera untuk merekamnya dan menjadikannya sebagai alat untuk memerasnya apabila dia berlaku kasar lagi padaku. Aku yakin dia pasti tidak mau videonya mengenai hal ini ditunjukkan pada anggota Tim Magma lainnya.
Flame kemudian melepaskan pelukannya pada kedua lelaki itu. Dia menghapus air matanya dan kini memandang ke arahku. Tiba-tiba saja dia berlari ke arahku dan langsung memelukku erat.
”Flame, akhirnya kau kembali,” sambutku bingung memilih kata-kata yang tepat. ”Aku minta maaf karena bertindak ceroboh dan membuatmu diculik. Aku benar-benar tak menyangka...” perkataanku terputus saat tiba-tiba Flame menempelkan jari telunjuknya pada bibirku.
”Lunar, akulah yang harusnya meminta maaf,” ujarnya kemudian. ”Seharusnya aku bisa menjadi rekan yang baik dan tidak membuatmu khawatir. Aku tahu dan aku sangat yakin kalau kau sangat mencemaskanku. Maafkan aku, Lunar....”
Mendengar itu aku tersenyum. Kami berdua benar-benar sahabat sejati yang saling mendukung dan tidak menyalahkan satu sama lain. Aku senang, aku senang akhirnya Flame berkumpul kembali dengan kami. Entah kenapa aku kemudian mempererat pelukanku. Entah kenapa aku tak mau kehilangan dia lagi.
”Lunar,” ujar Flame sambil melepas pelukanku, ”aku lelah, maukah kamu menggendongku ke helikopter?” pintanya manja.
”Oh, tentu,” jawabku. Aku pun menggendongnya di punggungku. ”Kamu berat juga ya. Hei, berapa beratmu?” keluhku kemudian.
”Kupikir empat puluh kilo,” jawab Flame ragu.
”Oh ya? Tapi kok terasa enam puluh ya?” terkaku bercanda.
”Masa’?” sahut Flame tak percaya. ”Kalau begitu mungkin aku harus mulai berdiet... mungkin aku terlalu banyak minum Soda Pop.”
Kami berempat pun tertawa bersama sembari berjalan menuju helikopter.
Brodie mengangguk sambil tersenyum. ”Ya, sudah kutelepon. Tampaknya mereka senang sekali dengan hiburan yang kita kirimkan pada mereka,” jawab Brodie. ”Jarang-jarang lho Ditto-ku itu mau berenang untuk orang lain. Mereka sangat beruntung melihatnya.”
”Kamu memang konyol, Brodie,” sahut Tabitha tersenyum. Dia tampak sangat puas. Aku yang melihatnya tentu saja ikut senang. Rencana kami telah berhasil. Kami memang sengaja menggantikan Kyogre dengan Ditto karena dengan demikian Tim Aqua tidak dapat memenuhi keinginan mereka memperluas lautan. Ide Brodie benar-benar brilian. Terus terang saja, aku baru tahu ada Pokemon yang bisa merubah bentuk tubuhnya menyerupai Pokemon apa saja. Itu adalah keahlian dari Ditto, Pokemon berubah bentuk.
Saat ini kami sedang berada di dalam helikopter dalam perjalanan menuju kota Mossdeep untuk menjemput rekan kami tercinta, siapa lagi kalau bukan Flame. Rupanya dia berhasil melarikan diri dari markas Tim Aqua, entah bagaimana caranya.
”Sepertinya kita sudah sampai,” ujar Tabitha sembari melihat ke luar jendela. Aku dan Brodie kemudian ikut melihat keluar jendela helikopter. Tabitha benar, kami telah sampai di kota Mossdeep, sebuah kota yang berada di sebuah pulau di wilayah timur Hoenn. Memang jarak dari tempat pertemuan kami tadi tidak terlalu jauh sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai kota ini.
”Hei, sepertinya kita bertemu dengan Tim Aqua lagi,” bisik Brodie sambil melihat keluar jendela.
”Tim Aqua?” tanyaku tak mengerti. Aku kemudian melihat keluar jendela helikopter, mencari-cari yang dimaksud oleh Brodie dan menemukan seorang perempuan berambut merah yang memakai seragam Tim Aqua berdiri di tepi pantai sembari melambai-lambaikan tangannya ke arah kami. Itu Flame!
Kami pun mendaratkan Helikopter. Ketika hampir sedikit lagi helikopter menjejak tanah, Tabitha dan Brodie langsung keluar dan berlari ke arah Flame. Flame juga berlari menyongsong keduanya. Mereka kemudian saling berpelukan.
”Aku... aku merindukan kalian,” ujar Flame sambil menitikkan air matanya. Dia memeluk kedua lelaki yang menyayanginya itu dengan erat. Aku yang baru saja keluar dari helikopter tersenyum melihatnya dari kejauhan.
”Kami... kami juga merindukanmu...” jawab Tabitha. ”Kami pikir kami akan kehilanganmu.”
”Syukurlah, kamu selamat Flame,” sahut Brodie. ”Kamu tidak apa-apa kan?” tanyanya dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Flame. Di luar dugaan Brodie menangis sesenggukan. Dasar cengeng, batinku melihat hal itu. Rupanya si brengsek Brodie bisa menangis juga. Kalau tahu seperti ini harusnya tadi aku membawa kamera untuk merekamnya dan menjadikannya sebagai alat untuk memerasnya apabila dia berlaku kasar lagi padaku. Aku yakin dia pasti tidak mau videonya mengenai hal ini ditunjukkan pada anggota Tim Magma lainnya.
Flame kemudian melepaskan pelukannya pada kedua lelaki itu. Dia menghapus air matanya dan kini memandang ke arahku. Tiba-tiba saja dia berlari ke arahku dan langsung memelukku erat.
”Flame, akhirnya kau kembali,” sambutku bingung memilih kata-kata yang tepat. ”Aku minta maaf karena bertindak ceroboh dan membuatmu diculik. Aku benar-benar tak menyangka...” perkataanku terputus saat tiba-tiba Flame menempelkan jari telunjuknya pada bibirku.
”Lunar, akulah yang harusnya meminta maaf,” ujarnya kemudian. ”Seharusnya aku bisa menjadi rekan yang baik dan tidak membuatmu khawatir. Aku tahu dan aku sangat yakin kalau kau sangat mencemaskanku. Maafkan aku, Lunar....”
Mendengar itu aku tersenyum. Kami berdua benar-benar sahabat sejati yang saling mendukung dan tidak menyalahkan satu sama lain. Aku senang, aku senang akhirnya Flame berkumpul kembali dengan kami. Entah kenapa aku kemudian mempererat pelukanku. Entah kenapa aku tak mau kehilangan dia lagi.
”Lunar,” ujar Flame sambil melepas pelukanku, ”aku lelah, maukah kamu menggendongku ke helikopter?” pintanya manja.
”Oh, tentu,” jawabku. Aku pun menggendongnya di punggungku. ”Kamu berat juga ya. Hei, berapa beratmu?” keluhku kemudian.
”Kupikir empat puluh kilo,” jawab Flame ragu.
”Oh ya? Tapi kok terasa enam puluh ya?” terkaku bercanda.
”Masa’?” sahut Flame tak percaya. ”Kalau begitu mungkin aku harus mulai berdiet... mungkin aku terlalu banyak minum Soda Pop.”
Kami berempat pun tertawa bersama sembari berjalan menuju helikopter.