Bayangan-bayangan hitam tampak bergerak cepat di antara pepohonan tinggi. Bayangan-bayangan itu berasal dari berbagai arah, bergerak menuju ke satu titik. Di satu titik luas, yang dipenuhi pepohonan besar dengan bangunan rumah kayu di atasnya.
"Kota Fortree... Inilah pembalasan kami!" ujar salah seorang bayangan.
Scene 60: Melintasi Padang Ilalang Membara
Api ada dimana-mana di padang ilalang itu. Pokemon-pokemon tampak berlarian menyelamatkan diri. Kami pun seharusnya menyelamatkan diri mengingat api cukup besar dan dan dapat membahayakan diri kami.
”Clown, sekarang apa yang harus kita lakukan?”
”Lunar, bisakah kamu berhenti menanyakan pertanyaan seperti itu padaku?” Clown terlihat kesal. ”Kamu pikir aku punya jalan keluar untuk semua masalah?”
Aku terkejut mendengar jawabannya. Membuatku merasa tidak enak. ”Kalau begitu aku minta maaf,” jawabku menyesal.
Clown mendengus kesal. Wajar saja dia bersikap demikian mengingat semua yang telah kami alami sejak dari Gunung Kanon. ”Aku sedang berpikir, dan kalau kau punya saran, keluarkan itu. Kita ini tim, kita saling membantu. Tak bisa selamanya hanya bergantung padaku.”
Memang benar kata Clown. Aku memang selalu menanyakan langkah berikutnya padanya sejak di Gunung Kanon. Tak biasanya aku seperti ini. Mungkin ini dikarenakan ketakutanku akan firasat buruk dalam misi ini.
”Kita padamkan api,” saranku kemudian.
”Kamu punya Pokemon tipe Water?” tanya Clown. Aku menggeleng. Melihat jawabanku, Clown kembali mendengus kesal. ”Aku juga akan melakukan hal itu kalau aku punya Pokemon Water. Yang kumiliki Pokemon tipe Electric, Fire, dan Psychic. Sedangkan milikmu tipe Ground dan Bug. Pikirkan hal yang lebih bagus.”
Lagi-lagi aku salah bicara. Entahlah, sepertinya Clown sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Bagaimanapun aku harus segera membawa Flame ke rumah sakit.
-----------------
Api terus berkobar dan menjadikan suasana di sekitar kami memanas. Aku kembali memikirkan sebuah rencana dan segera mendapatkan sebuah ide.
”Sandslash, aku memilihmu!” kukeluarkan Sandslash dari pokeball. ”Sandslash, potong semua ilalang ini!” Sandslash segera menuruti perintahku dan memotong ilalang-ilalang yang terbakar. Rumput-rumput tinggi itu pun terjatuh ke tanah dan hasilnya api mulai mengecil.
”Kamu jenius juga, Lunar,” puji Clown melihat tindakanku.
”Paling tidak dengan memotong jatuh ilalang-ilalang ini, apinya akan mengecil dan tidak terlalu besar,” jawabku. ”Tapi ini tidak terlalu efektif karena padang ilalang ini terlalu luas. Kita tak bisa memotong semua ilalang disini. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah membuka jalan agar kita bisa pergi ke kota dan memberitahukan pemadam kebakaran untuk menghentikan kebakaran.”
”Hei, kebakaran ini bukan urusan kita, Lunar,” sela Clown. ”Yang harus kita lakukan adalah membawa Flame dan mencari bahan bakar.”
”Clown, kalau kebakaran ini terus dibiarkan bisa menyebar ke daerah lain dan bisa menyebabkan banyak Pokemon terluka,” belaku.
”Terserah! Yang penting sekarang kita segera ke kota,” sergah Clown enggan berdebat.
Aku kemudian memerintahkan Sandslash untuk memotong ilalang-ilalang tinggi di depan kami untuk membuka jalan setapak. Padang ilalang itu begitu luas sehingga butuh waktu lama bagi Sandslash hanya untuk membuat jalan setapak.
------------------
Hari sudah mulai gelap saat kami memasuki padang ilalang. Api yang membakar padang ilalang ini seolah menjadi penerang bagi jalan kami. Meskipun begitu aku berharap api-api itu tidak mengenai kami. Sudah cukup bagi kami berurusan dengan api dan panas di Gunung Kanon. Kami harus sebisa mungkin menghindari api mengingat kami sudah kehabisan obat anti luka bakar.
Saat sedang menapak jalan yang dibuat Sandslash, tiba-tiba berhembus angin keras yang membuat padang ilalang penuh api itu berayun ke arah kami. Tiba-tiba saja api besar datang menyerbu ke arah kami.
”Clown, awas!” teriakku memperingatkan. Tapi terlambat, api besar itu telah mengunci kami.
Kami sudah pasrah dengan semua kesialan kami hari ini, saat ternyata ada seekor Pokemon bertubuh besar yang menghalangi api itu mengenai kami. Pokemon bersayap itu kemudian terjatuh ke tanah setelah terkena bara api tersebut.
”Tropius itu menyelamatkan kita!” seruku. Pokemon berwarna hijau dan bersayap serta memiliki ’buah’ yang aneh di telinganya itu kukenal sebagai Tropius. Kakakku memiliki seekor Tropius yang dia gunakan untuk bepergian. Selain Tropius, kakakku juga memiliki seekor Pelipper sebagai alat transportasi di lautan. Lho, kok jadi ngomongin kakakku?
”Ucapkan terima kasih padanya dan segera pergi dari sini,” ujar Clown seadanya. Dia terus melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak di tengah ilalang itu.
”Clown, kau tak bisa sedingin itu!” bentakku marah. ”Bagaimanapun dia telah menyelamatkan kita dan kita perlu menolongnya sekarang. Lihatlah, dia kesakitan.” Aku menunjuk ke arah Tropius yang terbaring di tanah, merintih kesakitan akibat api tadi.
”Lalu apa yang akan kamu lakukan? Mau balas budi dengan menyelamatkannya?”
”Ya!” jawabku mantap. Aku lalu meletakkan Flame perlahan di tanah dan menghampiri Tropius itu. Kuperhatikan Tropius itu dan menemukan luka bakar pada sayapnya.
”Lunar, kita terlalu banyak masalah hari ini. Kuharap kamu tidak menambah masalah lagi,” komentar Clown tampak kesal melihat tindakanku. ”Biarkan alam bekerja pada Pokemon, dan bila si Tropicana ini akan mati, biarkan saja.”
”Namanya Tropius!” jawabku marah. ”Alam memang bekerja, tapi kita ini juga bagian dari alam,” seruku lantang. Aku terkejut sendiri. Tidak kusangka aku akan mengatakan hal itu. Kata-kata itu adalah kata-kata ayahku.
Clown terdiam. Dia lalu menatapku tajam. ”Oke, lakukan apa yang mau kamu lakukan. Aku juga akan melakukan apa yang akan aku lakukan. Aku pinjam Sandslash milikmu untuk membuka jalan, dan kamu... segera bawa Flame ke rumah sakit setelah kamu selesai memainkan peranmu sebagai bagian dari alam. Kita bertemu di helikopter nanti dan pastikan Flame baik-baik saja.”
Setelah mengatakan hal itu, Clown beranjak meninggalkanku bersama Sandslash yang masih terus memotong padang ilalang di depannya. Aku memandangnya dari kejauhan hingga dia hilang di antara rerumputan ilalang yang membara di depanku. Aku kemudian menoleh pada Tropius dan memikirkan apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya. Tropius ini terlalu besar untuk dibawa menyingkir dari padang ilalang yang tengah terbakar ini. Selain itu, obat anti luka bakarku pun sudah habis. Mungkin benar kata Clown, aku seharusnya tidak menambah masalah lagi. Tapi aku tak tega meninggalkan Tropius ini. Bagaimanapun dia terluka seperti ini karena telah menyelamatkan kami. Tampak Tropius itu memandangku sambil merintih pelan. Aku kemudian membelai kepalanya lembut dan tersenyum. "Tidak apa-apa, kamu akan baik-baik saja."
”Clown, sekarang apa yang harus kita lakukan?”
”Lunar, bisakah kamu berhenti menanyakan pertanyaan seperti itu padaku?” Clown terlihat kesal. ”Kamu pikir aku punya jalan keluar untuk semua masalah?”
Aku terkejut mendengar jawabannya. Membuatku merasa tidak enak. ”Kalau begitu aku minta maaf,” jawabku menyesal.
Clown mendengus kesal. Wajar saja dia bersikap demikian mengingat semua yang telah kami alami sejak dari Gunung Kanon. ”Aku sedang berpikir, dan kalau kau punya saran, keluarkan itu. Kita ini tim, kita saling membantu. Tak bisa selamanya hanya bergantung padaku.”
Memang benar kata Clown. Aku memang selalu menanyakan langkah berikutnya padanya sejak di Gunung Kanon. Tak biasanya aku seperti ini. Mungkin ini dikarenakan ketakutanku akan firasat buruk dalam misi ini.
”Kita padamkan api,” saranku kemudian.
”Kamu punya Pokemon tipe Water?” tanya Clown. Aku menggeleng. Melihat jawabanku, Clown kembali mendengus kesal. ”Aku juga akan melakukan hal itu kalau aku punya Pokemon Water. Yang kumiliki Pokemon tipe Electric, Fire, dan Psychic. Sedangkan milikmu tipe Ground dan Bug. Pikirkan hal yang lebih bagus.”
Lagi-lagi aku salah bicara. Entahlah, sepertinya Clown sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Bagaimanapun aku harus segera membawa Flame ke rumah sakit.
-----------------
Api terus berkobar dan menjadikan suasana di sekitar kami memanas. Aku kembali memikirkan sebuah rencana dan segera mendapatkan sebuah ide.
”Sandslash, aku memilihmu!” kukeluarkan Sandslash dari pokeball. ”Sandslash, potong semua ilalang ini!” Sandslash segera menuruti perintahku dan memotong ilalang-ilalang yang terbakar. Rumput-rumput tinggi itu pun terjatuh ke tanah dan hasilnya api mulai mengecil.
”Kamu jenius juga, Lunar,” puji Clown melihat tindakanku.
”Paling tidak dengan memotong jatuh ilalang-ilalang ini, apinya akan mengecil dan tidak terlalu besar,” jawabku. ”Tapi ini tidak terlalu efektif karena padang ilalang ini terlalu luas. Kita tak bisa memotong semua ilalang disini. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah membuka jalan agar kita bisa pergi ke kota dan memberitahukan pemadam kebakaran untuk menghentikan kebakaran.”
”Hei, kebakaran ini bukan urusan kita, Lunar,” sela Clown. ”Yang harus kita lakukan adalah membawa Flame dan mencari bahan bakar.”
”Clown, kalau kebakaran ini terus dibiarkan bisa menyebar ke daerah lain dan bisa menyebabkan banyak Pokemon terluka,” belaku.
”Terserah! Yang penting sekarang kita segera ke kota,” sergah Clown enggan berdebat.
Aku kemudian memerintahkan Sandslash untuk memotong ilalang-ilalang tinggi di depan kami untuk membuka jalan setapak. Padang ilalang itu begitu luas sehingga butuh waktu lama bagi Sandslash hanya untuk membuat jalan setapak.
------------------
Hari sudah mulai gelap saat kami memasuki padang ilalang. Api yang membakar padang ilalang ini seolah menjadi penerang bagi jalan kami. Meskipun begitu aku berharap api-api itu tidak mengenai kami. Sudah cukup bagi kami berurusan dengan api dan panas di Gunung Kanon. Kami harus sebisa mungkin menghindari api mengingat kami sudah kehabisan obat anti luka bakar.
Saat sedang menapak jalan yang dibuat Sandslash, tiba-tiba berhembus angin keras yang membuat padang ilalang penuh api itu berayun ke arah kami. Tiba-tiba saja api besar datang menyerbu ke arah kami.
”Clown, awas!” teriakku memperingatkan. Tapi terlambat, api besar itu telah mengunci kami.
Kami sudah pasrah dengan semua kesialan kami hari ini, saat ternyata ada seekor Pokemon bertubuh besar yang menghalangi api itu mengenai kami. Pokemon bersayap itu kemudian terjatuh ke tanah setelah terkena bara api tersebut.
”Tropius itu menyelamatkan kita!” seruku. Pokemon berwarna hijau dan bersayap serta memiliki ’buah’ yang aneh di telinganya itu kukenal sebagai Tropius. Kakakku memiliki seekor Tropius yang dia gunakan untuk bepergian. Selain Tropius, kakakku juga memiliki seekor Pelipper sebagai alat transportasi di lautan. Lho, kok jadi ngomongin kakakku?
”Ucapkan terima kasih padanya dan segera pergi dari sini,” ujar Clown seadanya. Dia terus melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak di tengah ilalang itu.
”Clown, kau tak bisa sedingin itu!” bentakku marah. ”Bagaimanapun dia telah menyelamatkan kita dan kita perlu menolongnya sekarang. Lihatlah, dia kesakitan.” Aku menunjuk ke arah Tropius yang terbaring di tanah, merintih kesakitan akibat api tadi.
”Lalu apa yang akan kamu lakukan? Mau balas budi dengan menyelamatkannya?”
”Ya!” jawabku mantap. Aku lalu meletakkan Flame perlahan di tanah dan menghampiri Tropius itu. Kuperhatikan Tropius itu dan menemukan luka bakar pada sayapnya.
”Lunar, kita terlalu banyak masalah hari ini. Kuharap kamu tidak menambah masalah lagi,” komentar Clown tampak kesal melihat tindakanku. ”Biarkan alam bekerja pada Pokemon, dan bila si Tropicana ini akan mati, biarkan saja.”
”Namanya Tropius!” jawabku marah. ”Alam memang bekerja, tapi kita ini juga bagian dari alam,” seruku lantang. Aku terkejut sendiri. Tidak kusangka aku akan mengatakan hal itu. Kata-kata itu adalah kata-kata ayahku.
Clown terdiam. Dia lalu menatapku tajam. ”Oke, lakukan apa yang mau kamu lakukan. Aku juga akan melakukan apa yang akan aku lakukan. Aku pinjam Sandslash milikmu untuk membuka jalan, dan kamu... segera bawa Flame ke rumah sakit setelah kamu selesai memainkan peranmu sebagai bagian dari alam. Kita bertemu di helikopter nanti dan pastikan Flame baik-baik saja.”
Setelah mengatakan hal itu, Clown beranjak meninggalkanku bersama Sandslash yang masih terus memotong padang ilalang di depannya. Aku memandangnya dari kejauhan hingga dia hilang di antara rerumputan ilalang yang membara di depanku. Aku kemudian menoleh pada Tropius dan memikirkan apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya. Tropius ini terlalu besar untuk dibawa menyingkir dari padang ilalang yang tengah terbakar ini. Selain itu, obat anti luka bakarku pun sudah habis. Mungkin benar kata Clown, aku seharusnya tidak menambah masalah lagi. Tapi aku tak tega meninggalkan Tropius ini. Bagaimanapun dia terluka seperti ini karena telah menyelamatkan kami. Tampak Tropius itu memandangku sambil merintih pelan. Aku kemudian membelai kepalanya lembut dan tersenyum. "Tidak apa-apa, kamu akan baik-baik saja."
Scene 61: Keanehan di Kota Fortree
Bagaimanapun aku harus membawa Flame ke rumah sakit sesegera mungkin. Karena itu aku harus berpikir cepat untuk menyelamatkan Tropius. Tapi bagaimana caranya? Aku sudah kehabisan obat anti luka bakar dan juga aku tak kuat bila harus memindahkannya keluar dari padang ilalang ini. Tunggu dulu... aku tadi bilang apa? Memindahkannya?
Aha, aku dapat ide. Kenapa tak terpikirkan dari tadi ya?
Kukeluarkan sebuah bola kecil dari sakuku. Bola itu menyerupai Pokeball namun berwarna hijau muda dengan motif melingkar pada bagian atasnya. Penjual di mini market kota Verdanturf menyebutnya Nest Ball. Fungsinya sama dengan pokeball, namun bola ini bekerja baik pada Pokemon dengan status yang lebih lemah. Dan tentu saja aku akan menggunakan bola ini untuk memindahkannya dari padang ilalang yang sangat berbahaya ini.
”Nest ball, lakukan tugasmu!” aku menjatuhkan bola hijau itu perlahan ke arah Tropius. Pokemon tumbuhan besar itu kemudian berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam Nest Ball. Tropius berhasil aku tangkap!
Segera kumasukkan Nest Ball berisi Tropius ke dalam saku dan kembali menggendong Flame. Kueruskan perjalanan ke kota Fortree. Sandslash melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga aku bisa melewati padang ilalang dengan mudah. Kuharap dia baik-baik saja bersama Clown.
---------------------
Butuh waktu lama menyusuri rimbunnya ilalang yang tengah terbakar itu hingga aku menemukan jalan keluar. Baru saja aku keluar dari padang ilalang saat tiba-tiba sesosok bayangan melewatiku. Aku menoleh, tapi sosok itu sudah tak terlihat lagi. Aku penasaran dengan sosok misterius itu, namun tak ada waktu lagi untuk memikirkannya. Terakhir kali rasa penasaranku di Gunung Chimney telah membawaku masuk ke Tim Magma, jadi kali ini aku tak mau rasa penasaranku kembali membawaku pada masalah besar. Saat ini yang harus kupikirkan hanyalah membawa Flame ke rumah sakit terdekat.
-------------------------
Akhirnya aku dan Flame berhasil mencapai Kota Fortree, sebuah kota yang penuh dengan pepohonan tinggi menjulang. Hampir semua penduduk kota ini tinggal di rumah yang dibangun di atas pohon. Bisa dibilang ini adalah kota rumah pohon di Hoenn. Kehidupan di kota ini berlangsung di atas pohon dengan jembatan kayu penghubung rumah satu dengan yang lainnya.Tapi kota itu tampak lengang. Tak ada seorang pun di jalan, benar-benar sepi. Aku tak peduli dengan sepinya kota ini. Sekarang aku harus menemukan rumah sakit.
Aku melihat rumah sakit dan segera melangkah kesana. Namun rumah sakit itu tutup dan tak ada tanda-tanda seorang pun di dalamnya. Membuatku semakin heran dengan kota ini. Bagaimana mungkin rumah sakit bisa tutup di hari-hari sibuk seperti ini? Dan juga, kemana warga kota ini pergi? Malam masih belum begitu larut dan belum waktunya untuk beranjak tidur, pikirku. Lalu kemana mereka? Dan kenapa rumah-rumah pohon itu tampak gelap? Kenapa mereka tak menyalakan lampu atau lilin?
Suasana mencekam langsung menyelimutiku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa banyak pasang mata tengah mengamati kami. Tapi aku tak tahu pasti dimana mereka. Ini... ini seperti yang kualami di Kota Lavaridge saat Ninja Abu menyerbu kota. Tu... tunggu dulu. Apakah ada ninja di desa ini?
Tiba-tiba sesuatu yang berat mendorongku. Aku terjatuh dan tentu saja Flame ikut terjatuh. Aku langsung bangkit mencari asal serangan, tapi tak ada seorang pun di sekitarku. Kenapa dan siapa yang telah menyerangku? Kenapa aku tak bisa menemukan sosok-sosok misterius yang tengah mengamati kami?
”Keluar kamu kalau berani!” tantangku. Aku sudah mulai ketakutan dengan kota ini. Kupikir kota ini telah diserang oleh makhluk halus dan orang-orang di kota ini telah habis dimakan olehnya. Tapi itu kan tidak masuk akal?
”Swellow, Wing Attack!” tiba-tiba seekor Swellow, Pokemon burung dengan leher berwarna merah menyala muncul di atasku dan langsung mengibaskan kedua sayapnya mengeluarkan pusaran angin yang besar. Tapi pusaran itu tak mengenaiku, melainkan mengenai... Pokemon-Pokemon berwarna hijau menyerupai bunglon yang tiba-tiba saja ada di sekelilingku!
”Kau tidak apa-apa?” terdengar suara seorang lelaki. Aku menoleh dan kulihat seorang lelaki bermata tajam dengan jubah berwarna biru tua. Rupanya lelaki itulah pemilik dari Swellow. ”Apa yang kau lakukan disini? Kau menantang bahaya.”
”Apa katamu? Menantang bahaya?” tanyaku tak mengerti. Kuamati Pokemon-Pokemon hijau yang mengelilingiku. ”Apakah kota ini dalam bahaya?” terkaku.
Lelaki itu mengangguk. ”Ya, kau benar. Kota ini memang dalam bahaya. Sangat berbahaya berada di luar rumah saat ini. Lebih baik kau segera masuk ke dalam rumahku,” jawab lelaki itu. ”Ayo ikut aku. Sepertinya temanmu itu butuh bantuan,” tunjukkan ke arah Flame.
Lelaki itu kemudian menaiki tangga menuju ke rumah yang berada di atas pohon tinggi. Aku menggendong Flame dan mengikuti lelaki itu naik ke atas pohon. Sesampainya di atas pohon, aku melihat sebuah rumah kayu sederhana di depanku. Lelaki itu membuka pintu dan mempersilakanku masuk.
”Anggap saja rumah sendiri,” ujarnya. Dia menyalakan lampu rumah itu dan kemudian menggantung jasnya.
”Lowi, ada apa? Kenapa kau menyalakan lampu?” tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian aneh keluar dari sebuah ruangan. Dia lalu terkejut melihat keberadaanku dan Flame. ”Siapa mereka?”
”Mereka tamu, dan butuh bantuan,” jawab lelaki yang dipanggil Lowi. Dia lalu melihat ke arahku. ”Oh ya, aku lupa menanyakan namamu. Siapa namamu?”
”Namaku Lunar, dan temanku yang pingsan ini adalah Flame,” jawabku. ”Dia membutuhkan pengobatan segera atas luka bakarnya. Bisakah aku meminta bantuan?”
Lowi mengangguk. ”Tentu bisa. Namaku Lowi,” ujar lelaki itu memperkenalkan diri. ”Dan teman wanitaku ini bernama Winona.”
Lowi dan Winona?
Aha, aku dapat ide. Kenapa tak terpikirkan dari tadi ya?
Kukeluarkan sebuah bola kecil dari sakuku. Bola itu menyerupai Pokeball namun berwarna hijau muda dengan motif melingkar pada bagian atasnya. Penjual di mini market kota Verdanturf menyebutnya Nest Ball. Fungsinya sama dengan pokeball, namun bola ini bekerja baik pada Pokemon dengan status yang lebih lemah. Dan tentu saja aku akan menggunakan bola ini untuk memindahkannya dari padang ilalang yang sangat berbahaya ini.
”Nest ball, lakukan tugasmu!” aku menjatuhkan bola hijau itu perlahan ke arah Tropius. Pokemon tumbuhan besar itu kemudian berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam Nest Ball. Tropius berhasil aku tangkap!
Segera kumasukkan Nest Ball berisi Tropius ke dalam saku dan kembali menggendong Flame. Kueruskan perjalanan ke kota Fortree. Sandslash melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga aku bisa melewati padang ilalang dengan mudah. Kuharap dia baik-baik saja bersama Clown.
---------------------
Butuh waktu lama menyusuri rimbunnya ilalang yang tengah terbakar itu hingga aku menemukan jalan keluar. Baru saja aku keluar dari padang ilalang saat tiba-tiba sesosok bayangan melewatiku. Aku menoleh, tapi sosok itu sudah tak terlihat lagi. Aku penasaran dengan sosok misterius itu, namun tak ada waktu lagi untuk memikirkannya. Terakhir kali rasa penasaranku di Gunung Chimney telah membawaku masuk ke Tim Magma, jadi kali ini aku tak mau rasa penasaranku kembali membawaku pada masalah besar. Saat ini yang harus kupikirkan hanyalah membawa Flame ke rumah sakit terdekat.
-------------------------
Akhirnya aku dan Flame berhasil mencapai Kota Fortree, sebuah kota yang penuh dengan pepohonan tinggi menjulang. Hampir semua penduduk kota ini tinggal di rumah yang dibangun di atas pohon. Bisa dibilang ini adalah kota rumah pohon di Hoenn. Kehidupan di kota ini berlangsung di atas pohon dengan jembatan kayu penghubung rumah satu dengan yang lainnya.Tapi kota itu tampak lengang. Tak ada seorang pun di jalan, benar-benar sepi. Aku tak peduli dengan sepinya kota ini. Sekarang aku harus menemukan rumah sakit.
Aku melihat rumah sakit dan segera melangkah kesana. Namun rumah sakit itu tutup dan tak ada tanda-tanda seorang pun di dalamnya. Membuatku semakin heran dengan kota ini. Bagaimana mungkin rumah sakit bisa tutup di hari-hari sibuk seperti ini? Dan juga, kemana warga kota ini pergi? Malam masih belum begitu larut dan belum waktunya untuk beranjak tidur, pikirku. Lalu kemana mereka? Dan kenapa rumah-rumah pohon itu tampak gelap? Kenapa mereka tak menyalakan lampu atau lilin?
Suasana mencekam langsung menyelimutiku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa banyak pasang mata tengah mengamati kami. Tapi aku tak tahu pasti dimana mereka. Ini... ini seperti yang kualami di Kota Lavaridge saat Ninja Abu menyerbu kota. Tu... tunggu dulu. Apakah ada ninja di desa ini?
Tiba-tiba sesuatu yang berat mendorongku. Aku terjatuh dan tentu saja Flame ikut terjatuh. Aku langsung bangkit mencari asal serangan, tapi tak ada seorang pun di sekitarku. Kenapa dan siapa yang telah menyerangku? Kenapa aku tak bisa menemukan sosok-sosok misterius yang tengah mengamati kami?
”Keluar kamu kalau berani!” tantangku. Aku sudah mulai ketakutan dengan kota ini. Kupikir kota ini telah diserang oleh makhluk halus dan orang-orang di kota ini telah habis dimakan olehnya. Tapi itu kan tidak masuk akal?
”Swellow, Wing Attack!” tiba-tiba seekor Swellow, Pokemon burung dengan leher berwarna merah menyala muncul di atasku dan langsung mengibaskan kedua sayapnya mengeluarkan pusaran angin yang besar. Tapi pusaran itu tak mengenaiku, melainkan mengenai... Pokemon-Pokemon berwarna hijau menyerupai bunglon yang tiba-tiba saja ada di sekelilingku!
”Kau tidak apa-apa?” terdengar suara seorang lelaki. Aku menoleh dan kulihat seorang lelaki bermata tajam dengan jubah berwarna biru tua. Rupanya lelaki itulah pemilik dari Swellow. ”Apa yang kau lakukan disini? Kau menantang bahaya.”
”Apa katamu? Menantang bahaya?” tanyaku tak mengerti. Kuamati Pokemon-Pokemon hijau yang mengelilingiku. ”Apakah kota ini dalam bahaya?” terkaku.
Lelaki itu mengangguk. ”Ya, kau benar. Kota ini memang dalam bahaya. Sangat berbahaya berada di luar rumah saat ini. Lebih baik kau segera masuk ke dalam rumahku,” jawab lelaki itu. ”Ayo ikut aku. Sepertinya temanmu itu butuh bantuan,” tunjukkan ke arah Flame.
Lelaki itu kemudian menaiki tangga menuju ke rumah yang berada di atas pohon tinggi. Aku menggendong Flame dan mengikuti lelaki itu naik ke atas pohon. Sesampainya di atas pohon, aku melihat sebuah rumah kayu sederhana di depanku. Lelaki itu membuka pintu dan mempersilakanku masuk.
”Anggap saja rumah sendiri,” ujarnya. Dia menyalakan lampu rumah itu dan kemudian menggantung jasnya.
”Lowi, ada apa? Kenapa kau menyalakan lampu?” tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian aneh keluar dari sebuah ruangan. Dia lalu terkejut melihat keberadaanku dan Flame. ”Siapa mereka?”
”Mereka tamu, dan butuh bantuan,” jawab lelaki yang dipanggil Lowi. Dia lalu melihat ke arahku. ”Oh ya, aku lupa menanyakan namamu. Siapa namamu?”
”Namaku Lunar, dan temanku yang pingsan ini adalah Flame,” jawabku. ”Dia membutuhkan pengobatan segera atas luka bakarnya. Bisakah aku meminta bantuan?”
Lowi mengangguk. ”Tentu bisa. Namaku Lowi,” ujar lelaki itu memperkenalkan diri. ”Dan teman wanitaku ini bernama Winona.”
Lowi dan Winona?
Scene 62: Kesedihan Lowi
”Winona, tolong kau obati gadis itu,” perintah Lowi. Wanita bernama Winona itu lalu mengangguk dan membawa Flame masuk ke sebuah kamar. Kini tinggal aku dan Lowi yang berada di ruang tamu. ”Winona cukup pintar dalam hal pengobatan. Selain itu kami memiliki stok obat-obatan. Jadi kau tak perlu khawatir mengenai temanmu itu.”
”Terima kasih, Tuan Lowi,” ujarku mengucapkan terima kasih. Tak terasa air mata menetes perlahan di pipiku. Entah mengapa aku meneteskan air mata, mungkin karena lega akhirnya Flame mendapatkan pengobatan atas luka-lukanya setelah hari berat kami. Langsung saja kuusap air mataku, tak ingin Lowi melihatnya.
”Panggil saja Lowi,” sahut Lowi. ”Aku tak setua itu untuk dipanggil Tuan.” Lowi kemudian memberikanku segelas air. ”Ini, minumlah,” tawarnya. ”Sepertinya kalian mengalami hari yang berat.”
”Ya, terima kasih banyak.” Aku langsung menenggak air itu sampai habis. Baru kusadari kalau aku sehaus ini.
”Siapa kalian, dan apa yang kalian lakukan di kota ini?” tanya Lowi kemudian.
”Aku dan temanku sedang dalam perjalanan saat kami terkena serangan Pokemon,” jawabku berbohong. Mana mungkin aku menceritakan kalau kami ini anggota Tim
Magma. Sepertinya Lowi tak mengenal Tim Magma, karena seharusnya dia langsung tahu kalau kami ini anggota Tim Magma dari seragam yang kami pakai. ”Kupikir aku bisa mengobati temanku di rumah sakit di kota ini. Tapi rumah sakitnya tutup,” sambungku.
Lowi terdiam. Raut wajahnya berubah sedih. ”Kau benar Lunar. Rumah sakit memang tutup, dan itu sudah berlangsung selama kurang lebih satu minggu semenjak serangan ninja desa Rumput.”
Ninja desa Rumput? Sudah kuduga, memang ada ninja di kota ini.
”Apa yang terjadi?” tanyaku ingin tahu.
”Desa Ninja Rumput terletak di sebelah barat kota ini. Kami hidup damai dan memiliki hubungan yang baik dengan desa tersebut. Tapi hubungan kami itu menjadi rusak akibat ulah orang-orang yang tak bertanggung jawab?”
”Maksudmu?”
”Sebulan yang lalu...” Lowi mulai bercerita. ”...sebulan yang lalu kebakaran besar menimpa desa Ninja Rumput. Desa Ninja Rumput yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari rerumputan tinggi dan juga padang ilalang terbakar dengan hebat. Sampai saat ini belum diketahui jelas apa penyebab kebakaran tersebut. Namun desa Ninja Rumput menuding kami, warga kota Fortree- yang menyebabkan kebakaran tersebut. Mereka menuduh kami berniat merebut wilayah desa Ninja Rumput dan menganeksasinya, memaksa mereka pergi dengan cara membakar desa tersebut. Tapi semua itu hanya fitnah tak berdasar! Kami tak pernah berniat merebut desa Ninja Rumput.
”Kami melakukan penyelidikan mengenai kebakaran ini. Namun sampai saat ini hasilnya nihil. Kami belum bisa menemukan apa atau siapa yang menyebabkan kebakaran di desa Ninja Rumput. Tak ada Pokemon tipe api di desa itu, jadi mustahil bila kebakaran ini disebabkan oleh Pokemon liar. Pasti ada unsur kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin memperkeruh hubungan antara kota Fortree dengan desa Ninja Rumput. Siapapun orangnya, takkan aku ampuni.”
”Lalu ninja Rumput menyerang kota ini, begitu?” terkaku.
”Benar.” Lowi menarik nafas panjang. ”Seminggu yang lalu mereka menyerang kota ini dan berniat merebut kota ini. Kebakaran yang terjadi terus-menerus di Desa Ninja Rumput membuat mereka terancam kehilangan tempat tinggal dan berniat merebut kota ini sebagai ganti dari desa mereka yang terbakar. Mereka menganggap kami harus bertanggung jawab atas kebakaran di desa mereka. Entah darimana mereka bisa berpikir kalau kami penyebab dari kebakaran yang melanda desa mereka.”
Jadi itu penyebab kota ini menjadi lengang? Dan itu pula penyebab aku merasakan keberadaan ninja di sekitarku?
”Dewan kota Fortree kemudian memutuskan untuk menyelamatkan warga dari amukan Ninja Rumput. Sebagian dari warga mengungsi ke rumah sanak-saudara mereka di kota lain, sementara warga yang tidak memiliki sanak-saudara di kota lain tetap tinggal di kota ini. Demi keamanan, kami terpaksa mematikan semua listrik dan penerangan di kota ini agar ninja Rumput mengira bahwa kota ini telah ditinggalkan. Namun mereka tahu bahwa kota ini masih berpenghuni dan mereka terus mengamati dari kejauhan untuk merebut kota ini.
”Kami, warga kota Fortree takkan membiarkan begitu saja kota kami jatuh ke tangan ninja desa Rumput. Karena itulah aku dan Winona, dan juga warga-warga pemberani yang akan membela kota ini masih tinggal di kota ini. Rumahku ini kemudian aku jadikan sebagai pusat pertahanan terakhir Kota Fortree, sampai ninja-ninja itu memutuskan melakukan serangan terakhir untuk melumpuhkan kami semua. Kabarnya serangan terakhir akan dilakukan besok pagi dini hari, sehingga aku pun berjaga ekstra keras sampai aku melihat kalian berdua di luar sana.” Lowi berhenti bercerita.
Begitu rupanya. Sekarang aku tahu apa yang terjadi di kota ini. Tapi sepertinya aku pernah mendengar tentang kebakaran yang melanda sebuah kota sebelum ini, tapi dimana ya?
”Terima kasih, Tuan Lowi,” ujarku mengucapkan terima kasih. Tak terasa air mata menetes perlahan di pipiku. Entah mengapa aku meneteskan air mata, mungkin karena lega akhirnya Flame mendapatkan pengobatan atas luka-lukanya setelah hari berat kami. Langsung saja kuusap air mataku, tak ingin Lowi melihatnya.
”Panggil saja Lowi,” sahut Lowi. ”Aku tak setua itu untuk dipanggil Tuan.” Lowi kemudian memberikanku segelas air. ”Ini, minumlah,” tawarnya. ”Sepertinya kalian mengalami hari yang berat.”
”Ya, terima kasih banyak.” Aku langsung menenggak air itu sampai habis. Baru kusadari kalau aku sehaus ini.
”Siapa kalian, dan apa yang kalian lakukan di kota ini?” tanya Lowi kemudian.
”Aku dan temanku sedang dalam perjalanan saat kami terkena serangan Pokemon,” jawabku berbohong. Mana mungkin aku menceritakan kalau kami ini anggota Tim
Magma. Sepertinya Lowi tak mengenal Tim Magma, karena seharusnya dia langsung tahu kalau kami ini anggota Tim Magma dari seragam yang kami pakai. ”Kupikir aku bisa mengobati temanku di rumah sakit di kota ini. Tapi rumah sakitnya tutup,” sambungku.
Lowi terdiam. Raut wajahnya berubah sedih. ”Kau benar Lunar. Rumah sakit memang tutup, dan itu sudah berlangsung selama kurang lebih satu minggu semenjak serangan ninja desa Rumput.”
Ninja desa Rumput? Sudah kuduga, memang ada ninja di kota ini.
”Apa yang terjadi?” tanyaku ingin tahu.
”Desa Ninja Rumput terletak di sebelah barat kota ini. Kami hidup damai dan memiliki hubungan yang baik dengan desa tersebut. Tapi hubungan kami itu menjadi rusak akibat ulah orang-orang yang tak bertanggung jawab?”
”Maksudmu?”
”Sebulan yang lalu...” Lowi mulai bercerita. ”...sebulan yang lalu kebakaran besar menimpa desa Ninja Rumput. Desa Ninja Rumput yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari rerumputan tinggi dan juga padang ilalang terbakar dengan hebat. Sampai saat ini belum diketahui jelas apa penyebab kebakaran tersebut. Namun desa Ninja Rumput menuding kami, warga kota Fortree- yang menyebabkan kebakaran tersebut. Mereka menuduh kami berniat merebut wilayah desa Ninja Rumput dan menganeksasinya, memaksa mereka pergi dengan cara membakar desa tersebut. Tapi semua itu hanya fitnah tak berdasar! Kami tak pernah berniat merebut desa Ninja Rumput.
”Kami melakukan penyelidikan mengenai kebakaran ini. Namun sampai saat ini hasilnya nihil. Kami belum bisa menemukan apa atau siapa yang menyebabkan kebakaran di desa Ninja Rumput. Tak ada Pokemon tipe api di desa itu, jadi mustahil bila kebakaran ini disebabkan oleh Pokemon liar. Pasti ada unsur kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin memperkeruh hubungan antara kota Fortree dengan desa Ninja Rumput. Siapapun orangnya, takkan aku ampuni.”
”Lalu ninja Rumput menyerang kota ini, begitu?” terkaku.
”Benar.” Lowi menarik nafas panjang. ”Seminggu yang lalu mereka menyerang kota ini dan berniat merebut kota ini. Kebakaran yang terjadi terus-menerus di Desa Ninja Rumput membuat mereka terancam kehilangan tempat tinggal dan berniat merebut kota ini sebagai ganti dari desa mereka yang terbakar. Mereka menganggap kami harus bertanggung jawab atas kebakaran di desa mereka. Entah darimana mereka bisa berpikir kalau kami penyebab dari kebakaran yang melanda desa mereka.”
Jadi itu penyebab kota ini menjadi lengang? Dan itu pula penyebab aku merasakan keberadaan ninja di sekitarku?
”Dewan kota Fortree kemudian memutuskan untuk menyelamatkan warga dari amukan Ninja Rumput. Sebagian dari warga mengungsi ke rumah sanak-saudara mereka di kota lain, sementara warga yang tidak memiliki sanak-saudara di kota lain tetap tinggal di kota ini. Demi keamanan, kami terpaksa mematikan semua listrik dan penerangan di kota ini agar ninja Rumput mengira bahwa kota ini telah ditinggalkan. Namun mereka tahu bahwa kota ini masih berpenghuni dan mereka terus mengamati dari kejauhan untuk merebut kota ini.
”Kami, warga kota Fortree takkan membiarkan begitu saja kota kami jatuh ke tangan ninja desa Rumput. Karena itulah aku dan Winona, dan juga warga-warga pemberani yang akan membela kota ini masih tinggal di kota ini. Rumahku ini kemudian aku jadikan sebagai pusat pertahanan terakhir Kota Fortree, sampai ninja-ninja itu memutuskan melakukan serangan terakhir untuk melumpuhkan kami semua. Kabarnya serangan terakhir akan dilakukan besok pagi dini hari, sehingga aku pun berjaga ekstra keras sampai aku melihat kalian berdua di luar sana.” Lowi berhenti bercerita.
Begitu rupanya. Sekarang aku tahu apa yang terjadi di kota ini. Tapi sepertinya aku pernah mendengar tentang kebakaran yang melanda sebuah kota sebelum ini, tapi dimana ya?
Scene 63: Impian Terakhir Kota Fortree
Aku duduk di samping Flame yang tengah terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur. Winona telah mengobati luka-lukanya dan katanya, luka bakar Flame cukup serius. Namun masa kritisnya sudah lewat. Flame hanya membutuhkan istirahat yang cukup saat ini hingga dia siuman kembali.
”Kau tampaknya sangat mengkhawatirkan temanmu ini,” tebak Winona. ”Dia pasti seseorang yang sangat spesial. Apakah dia kekasihmu?”
”Bukan, dia bukan kekasihku,” sanggahku. ”Dia temanku, rekanku. Dan karena itulah aku begitu peduli padanya.”
Winona tersenyum mendengarnya. Dia kemudian beranjak hendak meninggalkan kamar. ”Lunar, berhati-hatilah terhadap perasaan pedulimu itu,” katanya kemudian. ”Dia bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak kamu harapkan.”
”Oh ya?” sahutku. ”Apa itu?”
”Kau tidak bisa pura-pura bodoh bukan,” jawabnya. Winona kemudian melangkah ke pintu. ”Oh, ya... Tropius yang kau temukan sudah aku obati. Aku senang kau bisa menyelamatkannya.”
”Ya, dan aku senang kau mau membantu kami,” balasku. Winona tersenyum dan kemudian meninggalkan kamar.
Sesuatu yang tidak aku harapkan? Apa itu ya? Tanyaku dalam hati. Yang terpenting sekarang keadaan Flame sudah cukup membaik, aku senang. Kugenggam pelan tangannya dan kulihat wajahnya yang putih manis. Wajah yang sangat menyenangkan, apalagi bila dia sedang tersenyum. Aku jadi merindukan senyumannya itu. Flame, cepatlah sadar dan tersenyumlah lagi untukku.
”Maaf mengganggumu, Lunar,” tiba-tiba Lowi masuk ke dalam kamar. ”Tapi aku butuh bantuanmu sekarang.”
Aku bangkit berdiri dan menghampiri Lowi. ”Ada apa?”
”Sekarang sudah dini hari, dan aku melihat banyak ninja yang mendekat di sekitar tempat ini,” jawab Lowi. ”Aku membutuhkan bantuanmu untuk melawan mereka. Kuharap kau mau membantuku.”
”Tentu Lowi, aku akan membantumu,” jawabku meyakinkan. ”Aku berhutang padamu.”
Lowi tersenyum. ”Terima kasih. Kalau begitu siapkan Pokemonmu. Kita akan bertarung habis-habisan,” tuturnya sambil memegang bahuku. ”Ngomong-omong, kau punya Pokemon apa saja?”
”Aku punya Sand....” aku hendak meneruskan jawabanku saat aku teringat kalau Sandslash milikku tengah bersama Clown. Dengan demikian Pokemonku hanya Ninjask pemberian Jiken. Tunggu dulu, bukankah aku tadi menangkap seekor Tropius? Tapi aku belum pernah menggunakan Tropius untuk bertarung. ”Maaf, aku hanya memiliki Ninjask dan Tropius.”
”Itu saja cukup,” jawab Lowi. ”Aku yang harusnya meminta maaf karena telah melibatkanmu dalam masalah kota kami. Sekarang ayo kita ke atas.”
Lowi mengajakku menaiki tangga ke ruangan atas. Rupanya ada sebuah ruangan di lantai atas yang oleh Lowi dijadikan tempat untuk mengamati situasi kota. Kulihat banyak sekali teropong di ruangan itu. Aku mencoba melihat suasana di luar melalui sebuah teropong. Aku terkejut. Ternyata rumah Lowi telah dikepung oleh ninja-ninja itu!
”Lunar, seperti yang kau lihat, mereka telah mengepung rumahku,” bisik Lowi pelan. ”Kita akan memancing mereka agar tak menyerang rumahku. Karena rumahku ini adalah pertahanan terakhir kota ini. Aku telah meminta Winona untuk menyalakan lampu sehingga kita akan bisa melihat mereka cukup jelas. Winona akan berjaga di rumah ini sementara kita berdua akan keluar dan menghadapi mereka. Mereka cukup banyak, tapi kita tidak punya pilihan selain menghadapi mereka. Mungkin kita akan kalah, tapi paling tidak kita berjuang sampai saat-saat terakhir.” Lowi menghentikan ucapannya. Dia terdiam, raut wajahnya berubah sedih, dan kulihat air mata menetes di pipinya.
”Lowi, kau tak apa-apa?”
”Aku... aku tak menyangka kota Fortree akan jatuh... aku tak pernah menyangka....” jawabnya sedih. Aku ikut sedih melihatnya.
”Kau salah Lowi,” hiburku. ”Kota ini takkan pernah jatuh. Kota ini akan bertahan, karena kota ini memiliki dirimu, dan juga semua warga kota yang telah berjuang mempertahankannya. Jadi bersemangatlah!” Aku tersenyum kecut di dalam hati dengan apa yang aku ucapkan. Aku memang pandai mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi aku sungguh lemah untuk meyakininya. Meskipun begitu, kuharap Lowi meyakini hal tersebut. Sulit untuk membuat orang lain meyakini apa yang kita sendiri tak meyakininya, tapi aku akan berusaha.
”Terima kasih Lunar, tak kusangka aku akan bertarung bersama orang asing untuk mempertahankan kota ini.”
Tiba-tiba terdengar suara benda keras menghantam rumah dari segala penjuru arah. Mereka mulai melakukan serangan!
”Serahkan kota ini!” terdengar suara keras dari luar rumah. ”Keluar kalian semua dan pertanggungjawabkan apa yang telah kalian lakukan terhadap desa kami!"
Lowi dan aku saling berpandangan mendengar suara itu. Dia kemudian mengangguk memberi tanda dan kubalas dengan sebuah anggukan. Pertempuran akan dimulai!
”Kau tampaknya sangat mengkhawatirkan temanmu ini,” tebak Winona. ”Dia pasti seseorang yang sangat spesial. Apakah dia kekasihmu?”
”Bukan, dia bukan kekasihku,” sanggahku. ”Dia temanku, rekanku. Dan karena itulah aku begitu peduli padanya.”
Winona tersenyum mendengarnya. Dia kemudian beranjak hendak meninggalkan kamar. ”Lunar, berhati-hatilah terhadap perasaan pedulimu itu,” katanya kemudian. ”Dia bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak kamu harapkan.”
”Oh ya?” sahutku. ”Apa itu?”
”Kau tidak bisa pura-pura bodoh bukan,” jawabnya. Winona kemudian melangkah ke pintu. ”Oh, ya... Tropius yang kau temukan sudah aku obati. Aku senang kau bisa menyelamatkannya.”
”Ya, dan aku senang kau mau membantu kami,” balasku. Winona tersenyum dan kemudian meninggalkan kamar.
Sesuatu yang tidak aku harapkan? Apa itu ya? Tanyaku dalam hati. Yang terpenting sekarang keadaan Flame sudah cukup membaik, aku senang. Kugenggam pelan tangannya dan kulihat wajahnya yang putih manis. Wajah yang sangat menyenangkan, apalagi bila dia sedang tersenyum. Aku jadi merindukan senyumannya itu. Flame, cepatlah sadar dan tersenyumlah lagi untukku.
”Maaf mengganggumu, Lunar,” tiba-tiba Lowi masuk ke dalam kamar. ”Tapi aku butuh bantuanmu sekarang.”
Aku bangkit berdiri dan menghampiri Lowi. ”Ada apa?”
”Sekarang sudah dini hari, dan aku melihat banyak ninja yang mendekat di sekitar tempat ini,” jawab Lowi. ”Aku membutuhkan bantuanmu untuk melawan mereka. Kuharap kau mau membantuku.”
”Tentu Lowi, aku akan membantumu,” jawabku meyakinkan. ”Aku berhutang padamu.”
Lowi tersenyum. ”Terima kasih. Kalau begitu siapkan Pokemonmu. Kita akan bertarung habis-habisan,” tuturnya sambil memegang bahuku. ”Ngomong-omong, kau punya Pokemon apa saja?”
”Aku punya Sand....” aku hendak meneruskan jawabanku saat aku teringat kalau Sandslash milikku tengah bersama Clown. Dengan demikian Pokemonku hanya Ninjask pemberian Jiken. Tunggu dulu, bukankah aku tadi menangkap seekor Tropius? Tapi aku belum pernah menggunakan Tropius untuk bertarung. ”Maaf, aku hanya memiliki Ninjask dan Tropius.”
”Itu saja cukup,” jawab Lowi. ”Aku yang harusnya meminta maaf karena telah melibatkanmu dalam masalah kota kami. Sekarang ayo kita ke atas.”
Lowi mengajakku menaiki tangga ke ruangan atas. Rupanya ada sebuah ruangan di lantai atas yang oleh Lowi dijadikan tempat untuk mengamati situasi kota. Kulihat banyak sekali teropong di ruangan itu. Aku mencoba melihat suasana di luar melalui sebuah teropong. Aku terkejut. Ternyata rumah Lowi telah dikepung oleh ninja-ninja itu!
”Lunar, seperti yang kau lihat, mereka telah mengepung rumahku,” bisik Lowi pelan. ”Kita akan memancing mereka agar tak menyerang rumahku. Karena rumahku ini adalah pertahanan terakhir kota ini. Aku telah meminta Winona untuk menyalakan lampu sehingga kita akan bisa melihat mereka cukup jelas. Winona akan berjaga di rumah ini sementara kita berdua akan keluar dan menghadapi mereka. Mereka cukup banyak, tapi kita tidak punya pilihan selain menghadapi mereka. Mungkin kita akan kalah, tapi paling tidak kita berjuang sampai saat-saat terakhir.” Lowi menghentikan ucapannya. Dia terdiam, raut wajahnya berubah sedih, dan kulihat air mata menetes di pipinya.
”Lowi, kau tak apa-apa?”
”Aku... aku tak menyangka kota Fortree akan jatuh... aku tak pernah menyangka....” jawabnya sedih. Aku ikut sedih melihatnya.
”Kau salah Lowi,” hiburku. ”Kota ini takkan pernah jatuh. Kota ini akan bertahan, karena kota ini memiliki dirimu, dan juga semua warga kota yang telah berjuang mempertahankannya. Jadi bersemangatlah!” Aku tersenyum kecut di dalam hati dengan apa yang aku ucapkan. Aku memang pandai mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi aku sungguh lemah untuk meyakininya. Meskipun begitu, kuharap Lowi meyakini hal tersebut. Sulit untuk membuat orang lain meyakini apa yang kita sendiri tak meyakininya, tapi aku akan berusaha.
”Terima kasih Lunar, tak kusangka aku akan bertarung bersama orang asing untuk mempertahankan kota ini.”
Tiba-tiba terdengar suara benda keras menghantam rumah dari segala penjuru arah. Mereka mulai melakukan serangan!
”Serahkan kota ini!” terdengar suara keras dari luar rumah. ”Keluar kalian semua dan pertanggungjawabkan apa yang telah kalian lakukan terhadap desa kami!"
Lowi dan aku saling berpandangan mendengar suara itu. Dia kemudian mengangguk memberi tanda dan kubalas dengan sebuah anggukan. Pertempuran akan dimulai!
Scene 64: Pertempuran Kota Fortree
Aku dan Lowi keluar dari dalam rumah. Suasana mencekam langsung menerpa kami berdua. Banyak pasang mata yang menyambut kami. Penerangan lampu dan juga sinar bulan yang malam ini purnama menjadikan kami bisa melihat sekilas sosok-sosok yang mengamati kami.
”Akhirnya kamu keluar juga, Lowi!” terdengar suara keras tak jauh dari tempat kami berdiri. ”Mari selesaikan hal ini dengan damai. Tinggalkan kota ini secepatnya!”
”Kalianlah yang seharusnya pergi!” teriak Lowi menjawab perintah suara tersebut. ”Ini kota kami, tak ada alasan bagi kami untuk pergi.”
”Kalian telah membakar desa kami, apa itu bukan alasan?” jawab suara itu lagi.
”Sudah berapa kali kubilang kalau bukan kami yang membakar desa kalian!”
”Omong kosong!” tiba-tiba saja di hadapan kami muncul seorang lelaki berpakaian serba hijau dengan cadar yang menutupi wajahnya. Yang membuatku heran adalah... lelaki itu melayang di udara!
”Glen!” Lowi terperanjat melihat sosok di depannya.
”Ya, kamu benar sekali anak muda,” jawab lelaki yang dipanggil Glen tersebut. ”Aku, Har-Glen, ketua ninja desa Rumput.... akan menuntut balas!” tiba-tiba lelaki itu lenyap dari pandanganku kami.
”Lunar, waspadalah...” bisik Lowi panik. ”Dia... dia akan melakukan serangan... dan itu bisa darimana saja!”
”Keluarlah, Ninjask!” aku melemparkan pokeball Ninjask. Ninjask pun keluar melindungiku.
”Keluarlah Swellow!” Lowi ikut melemparkan pokeball dan keluarlah Swellow yang menolongku tadi.
”Kecleon, jatuhkan mereka!” terdengar suara keras memberikan perintah. Tiba-tiba saja muncul Pokemon hijau yang tadi menyerangku. Kali ini Pokemon itu menyerang Swellow milik Lowi. Beruntung Swellow dapat menghindarinya.
”Itu Kecleon. Pokemon berubah warna!” Lowi memperingatkan. ”Kau harus berhati-hati.”
”Aku tahu,” jawabku. ”Ninjask, Double Team!” Aku sengaja menggunakan Double Team atau tim ganda pada Ninjask agar tingkat hindarannya menjadi tinggi. Dengan kondisi seperti ini, aku tak tahu darimana musuh akan menyerang. Karena itu akan lebih baik bila hindaran atau evasiveness Ninjask semakin cepat.
”Kecleon, Fury Swipes!” terdengar lagi suara dan kemudian seekor Kecleon muncul di depan Ninjask. Seperti yang aku duga, serangan tersebut meleset. Kemampuan double team bekerja dengan baik.
”Kecleon, Psybeam!” kali ini Kecleon muncul di depan Swellow dan langsung menembakkan sinar aneh yang mendarat tepat di tubuh Swellow. Swellow terjatuh. Matanya tampak berkunang-kunang.
”Oh, tidak!” erang Lowi. ”Psybeam telah membuat Swellow pusing. Swellow takkan bisa bertahan.”
”Serahkan padaku,” sahutku percaya diri. Aku sudah pernah melawan kelompok ninja sebelum ini sehingga aku cukup bisa menguasai medan.
”Swellow masih bisa bertarung, tapi kemungkinan serangannya akan melukai dirinya sendiri.”
”Jangan kau paksakan dia bertarung,” tukasku cepat. ”Aku akan mencoba menjatuhkan Kecleon itu.”
”Apa kau yakin bisa?” tanya Lowi tak percaya.
”Ya, aku yakin bisa,” jawabku. ”Biarpun aku baru mendapatkan satu lencana gym, tapi aku sudah pernah melawan kelompok ninja seperti ini. Dan lagi, Ninjask milikku ini bukan sembarang Ninjask. Ninjaskku ini adalah pemberian Jiken, pemimpin ninja desa Abu.
”Entah kenapa aku percaya padamu,” ujar Lowi. ”Aku tak punya pilihan, aku harus mengembalikan Swellow ke dalam pokeball untuk menyembuhkannya. Selama itu kau yang mengambil alih, aku akan membantumu bila kau terjepit.”
Aku dan Ninjask kemudian bersiaga penuh. Lawan kami tak terlihat, karena itulah kami harus bisa berhati-hati menghadapi serangan lawan yang datang tiba-tiba.
”Kecleon, Psybeam!” sebuah sinar langsung mengarah ke Ninjask. Namun tembakannya meleset dan mengenai ranting pohon.
”Kau takkan bisa menyerangku!” teriakku keras.
”Siapa kau dan apa urusanmu dengan kota Fortree?” tanya suara Glen.
”Namaku L, dan aku disini untuk membantu warga kota mempertahankan kota mereka dari tangan kalian.”
”Jangan ikut campur, dasar orang asing!” bentaknya.
”Aku tak bisa diam saja. Lowi temanku dan aku akan membantunya bagaimanapun juga!” jawabku tanpa menunjukkan rasa takut. Aku tahu, menunjukkan rasa takut hanya akan melemahkan diriku dan menguatkan lawan. ”Glen, aku menantangmu dalam pertarungan Pokemon satu lawan satu!”
Tiba-tiba saja Glen kembali muncul di hadapan kami. Dia melayang di udara, sama dengan saat pertama kali memunculkan dirinya.
”Aku terkesan,” ujarnya kemudian. ”Kamu anak muda pemberani, yang berani menantang pemimpin ninja terhebat di Hoenn tengah. Kamu pasti punya kelebihan yang membuatmu berani menantangku. Baiklah, aku sebagai pemimpin ninja desa Rumput, pantang untuk menolaknya!”
Aku tersenyum. Sudah kuduga Glen tidak akan menolaknya. Sama seperti yang terjadi pada saat aku menantang Jiken. Pemimpin Ninja memang memiliki gengsi yang sangat tinggi.
”Kuberikan syarat, kalau kau menang, aku takkan ikut campur urusan kalian. Tapi kalau aku menang, kalian harus pergi dari kota ini dan melupakan keinginan kalian untuk menguasainya.”
Glen tersenyum jahat mendengar syarat yang aku berikan. Dia kemudian mengangkat tangan kanannya ke udara dan kemudian langsung dijatuhkannya ke bawah. Seketika itu beberapa pasang mata yang mengawasi kami dari seluruh penjuru langsung menghilang. Tidak, mereka tidak menghilang, tapi mereka berpindah ke bawah dengan cepat! Sekarang di sekeliling kami telah berdiri banyak ninja berpakaian serba hijau. Pasukan ninja desa Rumput!
”Kawan-kawanku,” ujar Glen kemudian. Kupikir dia berkata pada para ninja yang mengelilinginya sekarang. ”Tampaknya keinginan kita akan sedikit tertunda. Biarkan aku memberi pelajaran pada Ratatta kecil ini, dan kota ini akan menjadi milik kita!”
”Akhirnya kamu keluar juga, Lowi!” terdengar suara keras tak jauh dari tempat kami berdiri. ”Mari selesaikan hal ini dengan damai. Tinggalkan kota ini secepatnya!”
”Kalianlah yang seharusnya pergi!” teriak Lowi menjawab perintah suara tersebut. ”Ini kota kami, tak ada alasan bagi kami untuk pergi.”
”Kalian telah membakar desa kami, apa itu bukan alasan?” jawab suara itu lagi.
”Sudah berapa kali kubilang kalau bukan kami yang membakar desa kalian!”
”Omong kosong!” tiba-tiba saja di hadapan kami muncul seorang lelaki berpakaian serba hijau dengan cadar yang menutupi wajahnya. Yang membuatku heran adalah... lelaki itu melayang di udara!
”Glen!” Lowi terperanjat melihat sosok di depannya.
”Ya, kamu benar sekali anak muda,” jawab lelaki yang dipanggil Glen tersebut. ”Aku, Har-Glen, ketua ninja desa Rumput.... akan menuntut balas!” tiba-tiba lelaki itu lenyap dari pandanganku kami.
”Lunar, waspadalah...” bisik Lowi panik. ”Dia... dia akan melakukan serangan... dan itu bisa darimana saja!”
”Keluarlah, Ninjask!” aku melemparkan pokeball Ninjask. Ninjask pun keluar melindungiku.
”Keluarlah Swellow!” Lowi ikut melemparkan pokeball dan keluarlah Swellow yang menolongku tadi.
”Kecleon, jatuhkan mereka!” terdengar suara keras memberikan perintah. Tiba-tiba saja muncul Pokemon hijau yang tadi menyerangku. Kali ini Pokemon itu menyerang Swellow milik Lowi. Beruntung Swellow dapat menghindarinya.
”Itu Kecleon. Pokemon berubah warna!” Lowi memperingatkan. ”Kau harus berhati-hati.”
”Aku tahu,” jawabku. ”Ninjask, Double Team!” Aku sengaja menggunakan Double Team atau tim ganda pada Ninjask agar tingkat hindarannya menjadi tinggi. Dengan kondisi seperti ini, aku tak tahu darimana musuh akan menyerang. Karena itu akan lebih baik bila hindaran atau evasiveness Ninjask semakin cepat.
”Kecleon, Fury Swipes!” terdengar lagi suara dan kemudian seekor Kecleon muncul di depan Ninjask. Seperti yang aku duga, serangan tersebut meleset. Kemampuan double team bekerja dengan baik.
”Kecleon, Psybeam!” kali ini Kecleon muncul di depan Swellow dan langsung menembakkan sinar aneh yang mendarat tepat di tubuh Swellow. Swellow terjatuh. Matanya tampak berkunang-kunang.
”Oh, tidak!” erang Lowi. ”Psybeam telah membuat Swellow pusing. Swellow takkan bisa bertahan.”
”Serahkan padaku,” sahutku percaya diri. Aku sudah pernah melawan kelompok ninja sebelum ini sehingga aku cukup bisa menguasai medan.
”Swellow masih bisa bertarung, tapi kemungkinan serangannya akan melukai dirinya sendiri.”
”Jangan kau paksakan dia bertarung,” tukasku cepat. ”Aku akan mencoba menjatuhkan Kecleon itu.”
”Apa kau yakin bisa?” tanya Lowi tak percaya.
”Ya, aku yakin bisa,” jawabku. ”Biarpun aku baru mendapatkan satu lencana gym, tapi aku sudah pernah melawan kelompok ninja seperti ini. Dan lagi, Ninjask milikku ini bukan sembarang Ninjask. Ninjaskku ini adalah pemberian Jiken, pemimpin ninja desa Abu.
”Entah kenapa aku percaya padamu,” ujar Lowi. ”Aku tak punya pilihan, aku harus mengembalikan Swellow ke dalam pokeball untuk menyembuhkannya. Selama itu kau yang mengambil alih, aku akan membantumu bila kau terjepit.”
Aku dan Ninjask kemudian bersiaga penuh. Lawan kami tak terlihat, karena itulah kami harus bisa berhati-hati menghadapi serangan lawan yang datang tiba-tiba.
”Kecleon, Psybeam!” sebuah sinar langsung mengarah ke Ninjask. Namun tembakannya meleset dan mengenai ranting pohon.
”Kau takkan bisa menyerangku!” teriakku keras.
”Siapa kau dan apa urusanmu dengan kota Fortree?” tanya suara Glen.
”Namaku L, dan aku disini untuk membantu warga kota mempertahankan kota mereka dari tangan kalian.”
”Jangan ikut campur, dasar orang asing!” bentaknya.
”Aku tak bisa diam saja. Lowi temanku dan aku akan membantunya bagaimanapun juga!” jawabku tanpa menunjukkan rasa takut. Aku tahu, menunjukkan rasa takut hanya akan melemahkan diriku dan menguatkan lawan. ”Glen, aku menantangmu dalam pertarungan Pokemon satu lawan satu!”
Tiba-tiba saja Glen kembali muncul di hadapan kami. Dia melayang di udara, sama dengan saat pertama kali memunculkan dirinya.
”Aku terkesan,” ujarnya kemudian. ”Kamu anak muda pemberani, yang berani menantang pemimpin ninja terhebat di Hoenn tengah. Kamu pasti punya kelebihan yang membuatmu berani menantangku. Baiklah, aku sebagai pemimpin ninja desa Rumput, pantang untuk menolaknya!”
Aku tersenyum. Sudah kuduga Glen tidak akan menolaknya. Sama seperti yang terjadi pada saat aku menantang Jiken. Pemimpin Ninja memang memiliki gengsi yang sangat tinggi.
”Kuberikan syarat, kalau kau menang, aku takkan ikut campur urusan kalian. Tapi kalau aku menang, kalian harus pergi dari kota ini dan melupakan keinginan kalian untuk menguasainya.”
Glen tersenyum jahat mendengar syarat yang aku berikan. Dia kemudian mengangkat tangan kanannya ke udara dan kemudian langsung dijatuhkannya ke bawah. Seketika itu beberapa pasang mata yang mengawasi kami dari seluruh penjuru langsung menghilang. Tidak, mereka tidak menghilang, tapi mereka berpindah ke bawah dengan cepat! Sekarang di sekeliling kami telah berdiri banyak ninja berpakaian serba hijau. Pasukan ninja desa Rumput!
”Kawan-kawanku,” ujar Glen kemudian. Kupikir dia berkata pada para ninja yang mengelilinginya sekarang. ”Tampaknya keinginan kita akan sedikit tertunda. Biarkan aku memberi pelajaran pada Ratatta kecil ini, dan kota ini akan menjadi milik kita!”
Scene 65: Ninjask Vs. Kecleon
”Jadi kau setuju?” tanyaku memastikan.
”Ya, tentu saja,” jawab Glen. “Tapi kamu harus turun dari rumah pohon itu sekarang. Kita bertarung di daratan.”
”Aku setuju.” Aku kemudian menuruni tangga rumah pohon itu perlahan dan telah berada di atas tanah sekarang. Oh, andai saja Sandslash bersamaku sekarang, aku pasti bisa memanfaatkan keadaan ini. Sandslash memang sangat handal bertarung di atas tanah secara langsung. Jurus Dig paling tidak akan sangat berguna. Sayang dia sedang bersama Clown saat ini. Mengingat itu, membuatku penasaran dimana Clown sekarang.
Lowi langsung melompat dari rumah pohon dengan cepat. Dia tampak sangat cekatan. ”Lunar, berusahalah,” ujarnya memberi semangat.
”Tentu,” jawabku. ”Aku akan menang, tetapi kalau aku kalah... kau tahu harus berbuat apa.”
Lowi mengangguk. ”Lunar, terima kasih kau telah mengulur waktu kami.”
Aku tersenyum, namun raut wajahku langsung berubah tegang. Pertarunganku akan dimulai dan aku akan berusaha mengulang keberhasilanku di kota Lavaridge, walaupun kali ini aku tak bersama Sandslash.
Aku dan Glen kini saling berhadapan. Ninjaskku telah bersiaga di depanku sementara aku belum melihat keberadaan Pokemon Glen.
”Kapan kau akan memulai ini?” tanyaku tak sabar menunggu.
”Kamu bodoh ya? Pertarungan sudah dimulai dari tadi!” Glen tampak sangat bersemangat. ”Kecleon, Fury Swipes!”
Tiba-tiba saja Kecleon muncul di depan Ninjask dan melancarkan pukulan bertubi-tubi ke arah Ninjask. Ninjask menghindari serangan itu dengan sangat baik. Namun Kecleon langsung kembali menghilang setelah melakukan serangan itu.
”Ninjask, Mind Reader!” perintahku cepat. Ninjask kemudian berdiam diri tampak berkonsentrasi. Dengan pembaca pikiran atau Mind Reader, Ninjask akan berkonsentrasi mengetahui arah keberadaan dan serangan lawan. Sehingga serangannya akan mengenai tepat pada sasaran.
”Mind Reader ya?” Glen tampak angkuh. ”Percuma saja melakukan serangan pada Kecleon milikku. Kamu mungkin bisa menyerangnya, tapi akan membutuhkan waktu lama untuk menjatuhkannya. Dan selagi kamu berusaha menjatuhkannya, Ninjaskmu keburu pingsan tak berdaya oleh serangan Kecleon.”
Aku tak menyahut perkataannya. Saat ini aku harus menyatukan pikiranku dengan Ninjask. Aku harus ikut berkonsentrasi untuk mendukung serangan Ninjask, sambil memikirkan serangan apa yang akan dilakukannya.
”Kecleon, Shadow Sneak!” tiba-tiba saja Kecleon muncul di belakang Ninjask dan langsung menyerang Ninjask. Ninjask terkena serangan dan kemudian berbalik hendak membalas, namun Kecleon tak ada disana.
”Ninjask, di depanmu! Big Bite!” Ninjask berbalik kembali dan langsung menerjang Kecleon yang berdiri di depannya. Dengan cepat Ninjask menggigit Kecleon hingga Kecleon terjatuh ke tanah. Tiba-tiba saja warna tubuhnya berubah menjadi putih.
”Kamu menyadari hal itu rupanya,” komentar Glen kemudian.
”Ya, tentu saja,” jawabku. ”Meskipun Mind Reader Ninjask bisa memastikan dengan sangat baik lokasi musuh, namun Ninjask akan tetap terkecoh dan menganggap arah serangan sebagai lokasi lawan. Aku menyadari hal itu. Kecleon menggunakan bayangannya untuk menyerang Ninjask dari belakang. Jadi bisa aku pastikan kalau Kecleon berada pada arah yang berlawanan dari arah serangan itu. Itulah gunanya kerja sama antara pelatih dan Pokemon miliknya.”
”Sepertinya aku tak bisa meremehkanmu begitu saja,” Glen tersenyum kecut. ”Tapi itu takkan terjadi dua kali. Kamu mungkin bisa menyerang Kecleon, tapi kamu akan kesulitan untuk menjatuhkannya. Dan sementara kamu berusaha menjatuhkannya, Kecleon akan terlebih dahulu menjatuhkan Ninjask milikmu itu.”
Glen mengulang perkataan itu dua kali, tapi aku masih belum mengerti dengan maksud perkataannya itu. Meski begitu, tampaknya pertarungan ini akan menjadi lebih sulit dari yang kubayangkan.
”Ninjask, serang selagi sempat. Bug Bite!” Ninjask kembali menggigit Kecleon, tapi kali ini serangannya itu tak menimbulkan dampak serupa dengan serangan pertama tadi. Kecleon tampak bertahan. ”Kenapa bisa?”
”Tentu bisa,” tukas Glen lantang. ”Itulah kemampuan color change atau perubahan warna milik Kecleon. Kecleon akan merubah tipenya menjadi tipe yang ampuh dalam menghadapi serangan terakhir yang diterimanya,” jelasnya. ”Saat ini Kecleon merubah tipenya menjadi tipe Rock, sebagai akibat dari serangan gigitan serangga bertipe serangga tadi. Serangan tipe serangga lemah terhadap tipe batu.”
Apa? Jadi Kecleon memiliki kemampuan seperti itu? Aku baru tahu ada Pokemon yang bisa merubah tipe elemen yang dimilikinya begitu saja. Kalau seperti itu keadaannya, Ninjask harus melakukan serangan bertipe berbeda.
”Itu bukan masalah bagi kami. Ninjask, Shadow Ball!” Ninjask membentuk bola hitam di tangannya kemudian melemparkannya ke arah Kecleon. Bola hitam itu baru saja akan mengenai tubuh Kecleon saat tiba-tiba....
”Kecleon, Substitute!” Glen memberikan perintah.
Shadow Ball berhasil mengenai Kecleon, tapi Kecleon tetap berdiri teguh. Bagaimana mungkin? Aku kemudian memperhatikan Kecleon secara seksama. Kecleon tak seperti yang terlihat, dan memang itu bukan Kecleon. Kalau bukan Kecleon lalu apa?
”Kau terkejut ya?” tanya Glen menyadari keterkejutanku. ”Inilah yang disebut sebagai Substitute, atau tiruan pengganti.”
Substitute? Jurus apa itu?
”Ya, tentu saja,” jawab Glen. “Tapi kamu harus turun dari rumah pohon itu sekarang. Kita bertarung di daratan.”
”Aku setuju.” Aku kemudian menuruni tangga rumah pohon itu perlahan dan telah berada di atas tanah sekarang. Oh, andai saja Sandslash bersamaku sekarang, aku pasti bisa memanfaatkan keadaan ini. Sandslash memang sangat handal bertarung di atas tanah secara langsung. Jurus Dig paling tidak akan sangat berguna. Sayang dia sedang bersama Clown saat ini. Mengingat itu, membuatku penasaran dimana Clown sekarang.
Lowi langsung melompat dari rumah pohon dengan cepat. Dia tampak sangat cekatan. ”Lunar, berusahalah,” ujarnya memberi semangat.
”Tentu,” jawabku. ”Aku akan menang, tetapi kalau aku kalah... kau tahu harus berbuat apa.”
Lowi mengangguk. ”Lunar, terima kasih kau telah mengulur waktu kami.”
Aku tersenyum, namun raut wajahku langsung berubah tegang. Pertarunganku akan dimulai dan aku akan berusaha mengulang keberhasilanku di kota Lavaridge, walaupun kali ini aku tak bersama Sandslash.
Aku dan Glen kini saling berhadapan. Ninjaskku telah bersiaga di depanku sementara aku belum melihat keberadaan Pokemon Glen.
”Kapan kau akan memulai ini?” tanyaku tak sabar menunggu.
”Kamu bodoh ya? Pertarungan sudah dimulai dari tadi!” Glen tampak sangat bersemangat. ”Kecleon, Fury Swipes!”
Tiba-tiba saja Kecleon muncul di depan Ninjask dan melancarkan pukulan bertubi-tubi ke arah Ninjask. Ninjask menghindari serangan itu dengan sangat baik. Namun Kecleon langsung kembali menghilang setelah melakukan serangan itu.
”Ninjask, Mind Reader!” perintahku cepat. Ninjask kemudian berdiam diri tampak berkonsentrasi. Dengan pembaca pikiran atau Mind Reader, Ninjask akan berkonsentrasi mengetahui arah keberadaan dan serangan lawan. Sehingga serangannya akan mengenai tepat pada sasaran.
”Mind Reader ya?” Glen tampak angkuh. ”Percuma saja melakukan serangan pada Kecleon milikku. Kamu mungkin bisa menyerangnya, tapi akan membutuhkan waktu lama untuk menjatuhkannya. Dan selagi kamu berusaha menjatuhkannya, Ninjaskmu keburu pingsan tak berdaya oleh serangan Kecleon.”
Aku tak menyahut perkataannya. Saat ini aku harus menyatukan pikiranku dengan Ninjask. Aku harus ikut berkonsentrasi untuk mendukung serangan Ninjask, sambil memikirkan serangan apa yang akan dilakukannya.
”Kecleon, Shadow Sneak!” tiba-tiba saja Kecleon muncul di belakang Ninjask dan langsung menyerang Ninjask. Ninjask terkena serangan dan kemudian berbalik hendak membalas, namun Kecleon tak ada disana.
”Ninjask, di depanmu! Big Bite!” Ninjask berbalik kembali dan langsung menerjang Kecleon yang berdiri di depannya. Dengan cepat Ninjask menggigit Kecleon hingga Kecleon terjatuh ke tanah. Tiba-tiba saja warna tubuhnya berubah menjadi putih.
”Kamu menyadari hal itu rupanya,” komentar Glen kemudian.
”Ya, tentu saja,” jawabku. ”Meskipun Mind Reader Ninjask bisa memastikan dengan sangat baik lokasi musuh, namun Ninjask akan tetap terkecoh dan menganggap arah serangan sebagai lokasi lawan. Aku menyadari hal itu. Kecleon menggunakan bayangannya untuk menyerang Ninjask dari belakang. Jadi bisa aku pastikan kalau Kecleon berada pada arah yang berlawanan dari arah serangan itu. Itulah gunanya kerja sama antara pelatih dan Pokemon miliknya.”
”Sepertinya aku tak bisa meremehkanmu begitu saja,” Glen tersenyum kecut. ”Tapi itu takkan terjadi dua kali. Kamu mungkin bisa menyerang Kecleon, tapi kamu akan kesulitan untuk menjatuhkannya. Dan sementara kamu berusaha menjatuhkannya, Kecleon akan terlebih dahulu menjatuhkan Ninjask milikmu itu.”
Glen mengulang perkataan itu dua kali, tapi aku masih belum mengerti dengan maksud perkataannya itu. Meski begitu, tampaknya pertarungan ini akan menjadi lebih sulit dari yang kubayangkan.
”Ninjask, serang selagi sempat. Bug Bite!” Ninjask kembali menggigit Kecleon, tapi kali ini serangannya itu tak menimbulkan dampak serupa dengan serangan pertama tadi. Kecleon tampak bertahan. ”Kenapa bisa?”
”Tentu bisa,” tukas Glen lantang. ”Itulah kemampuan color change atau perubahan warna milik Kecleon. Kecleon akan merubah tipenya menjadi tipe yang ampuh dalam menghadapi serangan terakhir yang diterimanya,” jelasnya. ”Saat ini Kecleon merubah tipenya menjadi tipe Rock, sebagai akibat dari serangan gigitan serangga bertipe serangga tadi. Serangan tipe serangga lemah terhadap tipe batu.”
Apa? Jadi Kecleon memiliki kemampuan seperti itu? Aku baru tahu ada Pokemon yang bisa merubah tipe elemen yang dimilikinya begitu saja. Kalau seperti itu keadaannya, Ninjask harus melakukan serangan bertipe berbeda.
”Itu bukan masalah bagi kami. Ninjask, Shadow Ball!” Ninjask membentuk bola hitam di tangannya kemudian melemparkannya ke arah Kecleon. Bola hitam itu baru saja akan mengenai tubuh Kecleon saat tiba-tiba....
”Kecleon, Substitute!” Glen memberikan perintah.
Shadow Ball berhasil mengenai Kecleon, tapi Kecleon tetap berdiri teguh. Bagaimana mungkin? Aku kemudian memperhatikan Kecleon secara seksama. Kecleon tak seperti yang terlihat, dan memang itu bukan Kecleon. Kalau bukan Kecleon lalu apa?
”Kau terkejut ya?” tanya Glen menyadari keterkejutanku. ”Inilah yang disebut sebagai Substitute, atau tiruan pengganti.”
Substitute? Jurus apa itu?
Scene 66: Usaha Terakhir Ninjask
”Susbtitute? Apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti.
”Kamu tak mengerti ya?” ejek Glen. ”Kalau begitu biar aku jelaskan. Substitute adalah jurus dimana Kecleon menggunakan sebagian dari tenaganya untuk membuat tiruan dirinya. Tiruan inilah yang akan menjadi umpan menghadapi serangan lawan. Ninjaskmu akan terkecoh oleh tiruan tersebut dan akan mengirimkan serangan pada tiruan itu sementara Kecleon yang asli bisa terlindung dari serangan dan dengan mudah menjatuhkan lawannya.”
Sial! Serangan macam apalagi itu? Batinku kesal.
“Sekarang giliranku,” lanjut Glen. “Kecleon, Shadow Claw!” Tiba-tiba Kecleon kembali muncul lalu kemudian sebuah bayangan hitam terbang menerjang dan melukai Ninjask. Ninjask terjatuh ke tanah. “Tepat sasaran!”
“Ninjask, bangkitlah dan lakukan pembalasan! Slash!” Ninjask segera bangkit dan melakukan sayatan atau Slash. Namun lagi-lagi sayatan tersebut mengenai tiruan Kecleon. Serangan Ninjask terbuang percuma! Sekarang apa yang harus kulakukan?
”Kamu buang-buang waktu kami saja,” gertak Glen. ”Sudah kubilang bukan kalau kamu takkan bisa menjatuhkan Pokemonmu. Akuilah kekalahanmu sekarang karena kami sudah tidak sabar untuk menguasai kota ini.”
”Pertarungan masih berjalan dan aku takkan menyerah begitu saja! Ninjask, gunakan Double Team!”
”Rupanya kau sudah kehabisan akal ya?” ledek Glen. ”Sekarang kau berhenti menyerang dan melakukan jurus-jurus status? Menarik sekali...”
Glen benar. Saat ini aku memang kehabisan akal. Setiap serangan yang diberikan Ninjask hanya akan berakhir sia-sia selama tiruan Kecleon itu masih ada. Dengan demikian aku takkan bisa melakukan serangan sementara Kecleon bisa dengan mudah menyerang Ninjask. Untuk menghindari serangan Kecleon, hanya jurus status meningkatkan evasiveness yang bisa aku perintahkan. Glen juga benar dengan perkataannya, kalau aku akan kesulitan untuk menjatuhkan Kecleon. Sekarang apa yang akan aku lakukan.
”Jangan menyerah Lunar, masih ada celah,” tiba-tiba terdengar suara Lowi. Aku menoleh dan tampak Lowi berdiri di belakangku dengan Swellow di sampingnya. Tampaknya Swellow sudah tidak pusing lagi.
”Apa maksudmu?”
”Kuberitahu tahu kau Lunar, Substitute takkan bertahan lama, lagipula ada yang dikorbankan. Selain itu jika dibandingkan dengan kecepatan Ninjask, Kecleon sama sekali tidak ada apa-apanya. Kuharap kau mengerti maksudku,” jawab Lowi. ”Tapi kalau kau tak mengerti, kau bisa menyerah sekarang dan biarkan aku mengambil alih tempatmu. Kau sudah berusaha keras sejauh ini. Kau telah melakukan yang terbaik untuk membantu kami.”
Aku terdiam. Aku berusaha mencerna perkataan Lowi. Tiruan pengganti takkan bertahan lama, dan kecepatan Ninjask jauh lebih bagus. Kupikir aku mulai mengerti maksud perkataan Lowi tersebut. Mungkin aku bisa menyusun sedikit strategi untuk menghadapinya.
”Terima kasih Lowi,” sahutku sambil tersenyum. ”Tapi aku masih belum mau menyerah. Aku takkan berhenti bertarung sebelum Pokemonku pingsan tak berdaya. Aku percaya pada Ninjask dan karena itu aku akan menyelesaikan pertarungan ini apapun hasilnya. Jadi, cukup aku seorang bisa mengalahkan kelompok ninja ini. Kau tak perlu turun tangan. Kau tadi telah memberiku petunjuk, dan itu cukup untuk mengalahkannya!”
”Jadi kau tahu bagaimana mengalahkan Kecleon milikku?” tantang Glen. ”Aku penasaran seperti apa itu...”
”Kalau begitu tak perlu banyak bicara lagi, Ninjask Double Team!” Ninjask bergerak kesana-kemari dengan cepat, menciptakan banyak banyangan dirinya. Aku yakin Ninjask akan aman dari serangan Kecleon sekarang. Ability Speed Boost dan Double Team adalah perpaduan yang hebat untuk memenangkan duel ini.
”Bodoh sekali kamu ini, masih mau membuang-buang waktu ya?” ejek Glen.”Aku sudah bosan dengan pertarungan ini. Akan kujatuhkan Ninjask dengan cepat dan selanjutnya akan kujatuhkan kota ini ke tangan kami. Kecleon, Faint Attack!”
Kecleon muncul dan langsung menjatuhkan sebuah pukulan ke arah Ninjask. Kupikir serangannya akan meleset terkena efek dari tim ganda dan ketangkasan, tapi ternyata aku salah. Serangan itu mengenai Ninjask dengan sangat telak. Ninjask terjatuh dan keadaannya berubah menjadi kritis sekarang.
”Ninjask!”
”Hahahaha! Kubilang juga apa. Kalau aku bilang akan segera mengakhiri pertarungan ini, tentu saja akan segera aku akhiri. Jadi kusarankan kamu untuk menyerah sekarang atau kalah dengan sangat memalukan!” ujar Glen dengan wajah penuh kemenangan. ”Kamu lupa atau tidak tahu kalau Faint Attack takkan pernah meleset. Percuma saja kamu menggunakan Double Team berkali-kali pada Pokemonmu. Bahkan, kemampuan Speed Boost Ninjask takkan berguna sama sekali.”
Sial! Dugaanku salah besar, Kecleon masih bisa menyerang Ninjask dengan mudah. Sekarang apa yang harus kulakukan? Kalau seperti ini hanya ada satu rencana, tapi itu membutuhkan ketahanan tubuh Ninjask lebih lama. Sementara saat ini Ninjask sedang berada dalam titik kritis.
”Kuakhiri sekarang! Kecleon, Faint Attack!”
Gawat, Glen telah melakukan serangan terakhirnya! Hanya ini kesempatanku bertahan dan... hei, bukankah itu.... Bagus, sekaranglah saatnya!
”Ninjask, Leech Seed!”
Kecleon mendaratkan pukulannya telak mengenai Ninjask, namun bersamaan dengan itu Ninjask juga mendaratkan serangan Leech Seed atau penghisap darahnya. Ninjask memang terjatuh akibat pukulan tersebut, namun dia masih bertahan akibat darah Kecleon yang sedikit terhisap ke tubuhnya berkat bibit penghisap darah Leech Seed yang tertanam pada tubuh Kecleon. Meski begitu Ninjask takkan bertahan lama dan hanya inilah kesempatanku.
”Ninjask, Fury Swipes!”
Ninjask segera bangkit dan mendaratkan pukulan beruntun ke arah Kecleon. Kali ini serangannya mendarat dengan tepat dan cepat, berkat ability Speed Boost. Yang meningkatkan speed atau kecepatan Pokemon setiap kali turn.
Sementara itu Kecleon yang tidak menyadari serangan tiba-tiba dari Ninjask tampak kewalahan mengangkis semua pukulan beruntun itu. Lima pukulan yang didaratkan Ninjask kesemuanya mengenai Kecleon dengan telak dan Pokemon yang menyerupai Bunglon itu pun terjatuh ke tanah. Lowi benar, kecepatan Kecleon memang payah sehingga dapat dengan mudah disudutkan oleh pukulan beruntun dari Ninjask.
Pemandangan di arena pertarungan pun kini berbalik, Ninjask melayang dengan tegar sementara Kecleon jatuh tak sadarkan diri. Aku dan Ninjask telah memenangkan pertarungan ini.
”Kamu tak mengerti ya?” ejek Glen. ”Kalau begitu biar aku jelaskan. Substitute adalah jurus dimana Kecleon menggunakan sebagian dari tenaganya untuk membuat tiruan dirinya. Tiruan inilah yang akan menjadi umpan menghadapi serangan lawan. Ninjaskmu akan terkecoh oleh tiruan tersebut dan akan mengirimkan serangan pada tiruan itu sementara Kecleon yang asli bisa terlindung dari serangan dan dengan mudah menjatuhkan lawannya.”
Sial! Serangan macam apalagi itu? Batinku kesal.
“Sekarang giliranku,” lanjut Glen. “Kecleon, Shadow Claw!” Tiba-tiba Kecleon kembali muncul lalu kemudian sebuah bayangan hitam terbang menerjang dan melukai Ninjask. Ninjask terjatuh ke tanah. “Tepat sasaran!”
“Ninjask, bangkitlah dan lakukan pembalasan! Slash!” Ninjask segera bangkit dan melakukan sayatan atau Slash. Namun lagi-lagi sayatan tersebut mengenai tiruan Kecleon. Serangan Ninjask terbuang percuma! Sekarang apa yang harus kulakukan?
”Kamu buang-buang waktu kami saja,” gertak Glen. ”Sudah kubilang bukan kalau kamu takkan bisa menjatuhkan Pokemonmu. Akuilah kekalahanmu sekarang karena kami sudah tidak sabar untuk menguasai kota ini.”
”Pertarungan masih berjalan dan aku takkan menyerah begitu saja! Ninjask, gunakan Double Team!”
”Rupanya kau sudah kehabisan akal ya?” ledek Glen. ”Sekarang kau berhenti menyerang dan melakukan jurus-jurus status? Menarik sekali...”
Glen benar. Saat ini aku memang kehabisan akal. Setiap serangan yang diberikan Ninjask hanya akan berakhir sia-sia selama tiruan Kecleon itu masih ada. Dengan demikian aku takkan bisa melakukan serangan sementara Kecleon bisa dengan mudah menyerang Ninjask. Untuk menghindari serangan Kecleon, hanya jurus status meningkatkan evasiveness yang bisa aku perintahkan. Glen juga benar dengan perkataannya, kalau aku akan kesulitan untuk menjatuhkan Kecleon. Sekarang apa yang akan aku lakukan.
”Jangan menyerah Lunar, masih ada celah,” tiba-tiba terdengar suara Lowi. Aku menoleh dan tampak Lowi berdiri di belakangku dengan Swellow di sampingnya. Tampaknya Swellow sudah tidak pusing lagi.
”Apa maksudmu?”
”Kuberitahu tahu kau Lunar, Substitute takkan bertahan lama, lagipula ada yang dikorbankan. Selain itu jika dibandingkan dengan kecepatan Ninjask, Kecleon sama sekali tidak ada apa-apanya. Kuharap kau mengerti maksudku,” jawab Lowi. ”Tapi kalau kau tak mengerti, kau bisa menyerah sekarang dan biarkan aku mengambil alih tempatmu. Kau sudah berusaha keras sejauh ini. Kau telah melakukan yang terbaik untuk membantu kami.”
Aku terdiam. Aku berusaha mencerna perkataan Lowi. Tiruan pengganti takkan bertahan lama, dan kecepatan Ninjask jauh lebih bagus. Kupikir aku mulai mengerti maksud perkataan Lowi tersebut. Mungkin aku bisa menyusun sedikit strategi untuk menghadapinya.
”Terima kasih Lowi,” sahutku sambil tersenyum. ”Tapi aku masih belum mau menyerah. Aku takkan berhenti bertarung sebelum Pokemonku pingsan tak berdaya. Aku percaya pada Ninjask dan karena itu aku akan menyelesaikan pertarungan ini apapun hasilnya. Jadi, cukup aku seorang bisa mengalahkan kelompok ninja ini. Kau tak perlu turun tangan. Kau tadi telah memberiku petunjuk, dan itu cukup untuk mengalahkannya!”
”Jadi kau tahu bagaimana mengalahkan Kecleon milikku?” tantang Glen. ”Aku penasaran seperti apa itu...”
”Kalau begitu tak perlu banyak bicara lagi, Ninjask Double Team!” Ninjask bergerak kesana-kemari dengan cepat, menciptakan banyak banyangan dirinya. Aku yakin Ninjask akan aman dari serangan Kecleon sekarang. Ability Speed Boost dan Double Team adalah perpaduan yang hebat untuk memenangkan duel ini.
”Bodoh sekali kamu ini, masih mau membuang-buang waktu ya?” ejek Glen.”Aku sudah bosan dengan pertarungan ini. Akan kujatuhkan Ninjask dengan cepat dan selanjutnya akan kujatuhkan kota ini ke tangan kami. Kecleon, Faint Attack!”
Kecleon muncul dan langsung menjatuhkan sebuah pukulan ke arah Ninjask. Kupikir serangannya akan meleset terkena efek dari tim ganda dan ketangkasan, tapi ternyata aku salah. Serangan itu mengenai Ninjask dengan sangat telak. Ninjask terjatuh dan keadaannya berubah menjadi kritis sekarang.
”Ninjask!”
”Hahahaha! Kubilang juga apa. Kalau aku bilang akan segera mengakhiri pertarungan ini, tentu saja akan segera aku akhiri. Jadi kusarankan kamu untuk menyerah sekarang atau kalah dengan sangat memalukan!” ujar Glen dengan wajah penuh kemenangan. ”Kamu lupa atau tidak tahu kalau Faint Attack takkan pernah meleset. Percuma saja kamu menggunakan Double Team berkali-kali pada Pokemonmu. Bahkan, kemampuan Speed Boost Ninjask takkan berguna sama sekali.”
Sial! Dugaanku salah besar, Kecleon masih bisa menyerang Ninjask dengan mudah. Sekarang apa yang harus kulakukan? Kalau seperti ini hanya ada satu rencana, tapi itu membutuhkan ketahanan tubuh Ninjask lebih lama. Sementara saat ini Ninjask sedang berada dalam titik kritis.
”Kuakhiri sekarang! Kecleon, Faint Attack!”
Gawat, Glen telah melakukan serangan terakhirnya! Hanya ini kesempatanku bertahan dan... hei, bukankah itu.... Bagus, sekaranglah saatnya!
”Ninjask, Leech Seed!”
Kecleon mendaratkan pukulannya telak mengenai Ninjask, namun bersamaan dengan itu Ninjask juga mendaratkan serangan Leech Seed atau penghisap darahnya. Ninjask memang terjatuh akibat pukulan tersebut, namun dia masih bertahan akibat darah Kecleon yang sedikit terhisap ke tubuhnya berkat bibit penghisap darah Leech Seed yang tertanam pada tubuh Kecleon. Meski begitu Ninjask takkan bertahan lama dan hanya inilah kesempatanku.
”Ninjask, Fury Swipes!”
Ninjask segera bangkit dan mendaratkan pukulan beruntun ke arah Kecleon. Kali ini serangannya mendarat dengan tepat dan cepat, berkat ability Speed Boost. Yang meningkatkan speed atau kecepatan Pokemon setiap kali turn.
Sementara itu Kecleon yang tidak menyadari serangan tiba-tiba dari Ninjask tampak kewalahan mengangkis semua pukulan beruntun itu. Lima pukulan yang didaratkan Ninjask kesemuanya mengenai Kecleon dengan telak dan Pokemon yang menyerupai Bunglon itu pun terjatuh ke tanah. Lowi benar, kecepatan Kecleon memang payah sehingga dapat dengan mudah disudutkan oleh pukulan beruntun dari Ninjask.
Pemandangan di arena pertarungan pun kini berbalik, Ninjask melayang dengan tegar sementara Kecleon jatuh tak sadarkan diri. Aku dan Ninjask telah memenangkan pertarungan ini.
Scene 67: Kisah Ninja Rumput
Kecleon terbaring tak sadarkan diri di atas tanah sementara Glen melihatnya dengan tatapan tak percaya. ”Tak mungkin, tak mungkin ini terjadi,” ujarnya. ”Mana mungkin Ninjask menjatuhkan Kecleon padahal Kecleon memakai Substitute.”
Aku tersenyum. ”Kau benar Glen. memang tak mungkin untuk menjatuhkan Kecleon saat dia menggunakan Substitute,” jawabku tenang. ”Tapi itulah kesalahanmu, kau terlalu bergantung pada Substitute dan tak menyadari kalau substitute telah habis. Seperti yang dikatakan Lowi, Substitute takkan bertahan lama. Menyadari hal itu, aku langsung mengambil inisiatif serangan atau aku takkan pernah melakukan serangan.”
”Apa?” Glen terkejut. Tampaknya dia baru menyadari kalau substitute Kecleon telah menghilang. ”Mus...mustahil” serunya tak percaya. ”Biarpun Substitute telah lenyap, mustahil kamu bisa menjatuhkan Kecleon dengan secepat itu!”
”Tak ada yang mustahil selama kita belum belum kehabisan akal,” sahutku mantap. ”Lowi memberiku petunjuk, dan berkat petunjuk itu aku bisa menyusun rencana ini. Tapi sejujurnya ada faktor keberuntungan dalam kemenanganku ini.”
”Keberuntungan?”
”Tepat sekali. Di saat kau akan mengkahiri pertarungan ini, aku sebenarnya sudah pasrah dan tak tahu harus berbuat apalagi. Namun semua itu berubah saat kulihat Substitute telah lenyap. Saat itulah rencanaku ini bisa aku gunakan,” jelasku panjang. ”Untuk membuat Substitue, Kecleon menggunakan sebagian tenaganya, itu berarti tenaganya tersisa sedikit dan tentunya hanya butuh beberapa serangan kecil untuk bisa menjatuhkannya. Hal ini dipermudah dengan statistik kecepatan Kecleon yang rendah. Sehingga Ninjaskku yang memiliki statistik kecepatan tertinggi malam ini bisa menyerangnya dengan mudah saat Kecleon melakukan serangan terakhirnya tadi.
”Mungkin kamu menganggap serangan terakhirmu tadi pasti bisa menjatuhkan Ninjaskku hingga pingsan, tapi kau salah. Bersamaan dengan Faint Attack dari Kecleon, Ninjask juga bergerak dan menggunakan Leech Seed. Sehingga meskipun Faint Attack berhasil, Ninjask masih dapat bertahan menggunakan sedikit darah yang dihisapnya. Nah, saat kau menyadari Ninjask telah kalah, saat itulah aku mengambil kesempatan untuk melakukan Fury Swipes dengan tingkat akurasi tinggi dan akhirnya... akulah yang mengakhiri pertarungan ini, bukan kau.”
Glen terdiam. Tampaknya dia belum bisa menerima kekalahannya. ”Rupanya sudah selesai,” ujarnya kemudian. ”Kau memang hebat, aku terlalu meremehkanmu.”
”Kalau begitu tepati janjimu, pergilah dari kota ini segera.”
Glen mengangguk pelan. ”Tentu, tentu saja kami akan pergi, kami telah kalah besar malam ini.” Glen kemudian berbalik membelakangi kami. Ninja-ninja berpakaian serba hijau yang sedari tadi menyaksikan pertarungan kami kemudian bergerak mengerumuninya. ”Maafkan aku teman-temanku, aku telah mengecewakan kalian. Tapi janji tetaplah janji, kita memang telah kalah. Kita akan segera kembali ke desa, dengan apa yang tersisa di desa kita.” Glen kemudian mulai bergerak meninggalkan kota diikuti oleh anak buahnya.
”Tunggu dulu!” Lowi berseru mencegah mereka. ”Kalian harus sudah bisa menerima kenyataan bahwa bukan kami yang membakar kota kalian.”
Glen menghentikan langkahnya. Dia terdiam dan kemudian berkata, ”Dari dulu kami memang percaya bahwa kalian tak mungkin membakar desa kami. Kalian adalah tetangga yang baik.”
”Apa katamu?” tanya Lowi terkejut. ”Kalau begitu kenapa kalian masih tetap menuduh kami dan berencana merebut kota ini?”
Glen berbalik menghadap kami berdua. ”Lowi, ketahuilah... kami telah bertindak jahat pada kalian semua, penduduk Kota Fortree. Kami telah menjadikan kalian sebagai penyebab kebakaran di desa kami yang entah siapa atau apa yang melakukannya. Kami merasa sangat tak adil bagi kami menderita karena kebakaran itu sementara kalian, penduduk Kota Fortree dapat hidup dengan damai. Kami iri... kami iri pada kalian.
”Karena itulah, karena itulah kami memutuskan untuk menuduh kalianlah biang dari musibah yang menimpa desa kami. Dengan alasan itu kami hendak merebut kota kalian sebagai balasan dari perbuatan yang tidak pernah kalian lakukan. Kami benar-benar jahat. Tapi kamu dan semua penduduk kota sekarang bisa hidup tenang lagi karena kami takkan mengganggu kalian lagi. Berterimakasihlah pada temanmu itu. Terus terang saja, Pokemonnya mengingatkanku pada musuh bebuyutanku.” Glen lalu menoleh dan menatap ke arahku. ”Oh, ya.. siapa namamu tadi?”
”Kau bisa memanggilku Lunar,” jawabku pendek.
”Lunar, baiklah... seperti aku harus mengingat nama orang yang telah mengalahkanku. Awalnya kukira aku akan berhadapan melawan Lowi atau Winona dalam pertempuran terakhir di kota ini. Tak kusangka lawan yang kuhadapi ini sangat menarik.”
Aku tersenyum. ”Kau pun sangat hebat, Tuan Glen.”
Glen balas tersenyum. Dia kemudian berbalik hendak meninggalkan desa saat tiba-tiba Lowi kembali mencegahnya.
”Tunggu dulu, Glen!” panggilnya.
Glen menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menghadap kami. ”Ada apa lagi? Bukankah kepergian kami adalah yang kalian inginkan?”
”Bukan... bukan itu yang kami inginkan,” jawab Lowi. ”Lagipula ini semua tidak semata kesalahan kalian. Kami semua, penduduk kota Fortree juga turut berbuat kesalahan.”
”Aku sedang tidak ingin bercanda pagi-pagi buta begini,” sahut Glen datar.
”Tidak, aku tidak sedang bercanda,” elak Lowi. ”Kami juga salah, kami juga jahat pada kalian. Seharusnya kami lebih peduli pada penderitaan kalian. Seharusnya kami membantu kalian, warga desa Rumput, tetangga Kota Fortree. Kalian juga berhak mendapatkan kedamaian sebagaimana yang kami rasakan.”
”Apa kamu mau menghiburku?”
”Tidak, aku tak hanya akan menghibur kalian,” jawab Lowi. ”Tapi kami semua, penduduk Kota Fortree yang cinta damai, akan dengan senang hati dan tulus membantu kalian. Membangun kembali desa Rumput.”
Glen tersenyum mendengarnya. Kini tak kulihat lagi wajah garangnya. Yang kulihat kini adalah wajah yang bersahabat.
”Lowi, kau bijaksana juga rupanya,” ujarnya pelan. ”Tak heran bila kau dijuluki King of the Wind - Si Raja Angin.”
Aku tersenyum. ”Kau benar Glen. memang tak mungkin untuk menjatuhkan Kecleon saat dia menggunakan Substitute,” jawabku tenang. ”Tapi itulah kesalahanmu, kau terlalu bergantung pada Substitute dan tak menyadari kalau substitute telah habis. Seperti yang dikatakan Lowi, Substitute takkan bertahan lama. Menyadari hal itu, aku langsung mengambil inisiatif serangan atau aku takkan pernah melakukan serangan.”
”Apa?” Glen terkejut. Tampaknya dia baru menyadari kalau substitute Kecleon telah menghilang. ”Mus...mustahil” serunya tak percaya. ”Biarpun Substitute telah lenyap, mustahil kamu bisa menjatuhkan Kecleon dengan secepat itu!”
”Tak ada yang mustahil selama kita belum belum kehabisan akal,” sahutku mantap. ”Lowi memberiku petunjuk, dan berkat petunjuk itu aku bisa menyusun rencana ini. Tapi sejujurnya ada faktor keberuntungan dalam kemenanganku ini.”
”Keberuntungan?”
”Tepat sekali. Di saat kau akan mengkahiri pertarungan ini, aku sebenarnya sudah pasrah dan tak tahu harus berbuat apalagi. Namun semua itu berubah saat kulihat Substitute telah lenyap. Saat itulah rencanaku ini bisa aku gunakan,” jelasku panjang. ”Untuk membuat Substitue, Kecleon menggunakan sebagian tenaganya, itu berarti tenaganya tersisa sedikit dan tentunya hanya butuh beberapa serangan kecil untuk bisa menjatuhkannya. Hal ini dipermudah dengan statistik kecepatan Kecleon yang rendah. Sehingga Ninjaskku yang memiliki statistik kecepatan tertinggi malam ini bisa menyerangnya dengan mudah saat Kecleon melakukan serangan terakhirnya tadi.
”Mungkin kamu menganggap serangan terakhirmu tadi pasti bisa menjatuhkan Ninjaskku hingga pingsan, tapi kau salah. Bersamaan dengan Faint Attack dari Kecleon, Ninjask juga bergerak dan menggunakan Leech Seed. Sehingga meskipun Faint Attack berhasil, Ninjask masih dapat bertahan menggunakan sedikit darah yang dihisapnya. Nah, saat kau menyadari Ninjask telah kalah, saat itulah aku mengambil kesempatan untuk melakukan Fury Swipes dengan tingkat akurasi tinggi dan akhirnya... akulah yang mengakhiri pertarungan ini, bukan kau.”
Glen terdiam. Tampaknya dia belum bisa menerima kekalahannya. ”Rupanya sudah selesai,” ujarnya kemudian. ”Kau memang hebat, aku terlalu meremehkanmu.”
”Kalau begitu tepati janjimu, pergilah dari kota ini segera.”
Glen mengangguk pelan. ”Tentu, tentu saja kami akan pergi, kami telah kalah besar malam ini.” Glen kemudian berbalik membelakangi kami. Ninja-ninja berpakaian serba hijau yang sedari tadi menyaksikan pertarungan kami kemudian bergerak mengerumuninya. ”Maafkan aku teman-temanku, aku telah mengecewakan kalian. Tapi janji tetaplah janji, kita memang telah kalah. Kita akan segera kembali ke desa, dengan apa yang tersisa di desa kita.” Glen kemudian mulai bergerak meninggalkan kota diikuti oleh anak buahnya.
”Tunggu dulu!” Lowi berseru mencegah mereka. ”Kalian harus sudah bisa menerima kenyataan bahwa bukan kami yang membakar kota kalian.”
Glen menghentikan langkahnya. Dia terdiam dan kemudian berkata, ”Dari dulu kami memang percaya bahwa kalian tak mungkin membakar desa kami. Kalian adalah tetangga yang baik.”
”Apa katamu?” tanya Lowi terkejut. ”Kalau begitu kenapa kalian masih tetap menuduh kami dan berencana merebut kota ini?”
Glen berbalik menghadap kami berdua. ”Lowi, ketahuilah... kami telah bertindak jahat pada kalian semua, penduduk Kota Fortree. Kami telah menjadikan kalian sebagai penyebab kebakaran di desa kami yang entah siapa atau apa yang melakukannya. Kami merasa sangat tak adil bagi kami menderita karena kebakaran itu sementara kalian, penduduk Kota Fortree dapat hidup dengan damai. Kami iri... kami iri pada kalian.
”Karena itulah, karena itulah kami memutuskan untuk menuduh kalianlah biang dari musibah yang menimpa desa kami. Dengan alasan itu kami hendak merebut kota kalian sebagai balasan dari perbuatan yang tidak pernah kalian lakukan. Kami benar-benar jahat. Tapi kamu dan semua penduduk kota sekarang bisa hidup tenang lagi karena kami takkan mengganggu kalian lagi. Berterimakasihlah pada temanmu itu. Terus terang saja, Pokemonnya mengingatkanku pada musuh bebuyutanku.” Glen lalu menoleh dan menatap ke arahku. ”Oh, ya.. siapa namamu tadi?”
”Kau bisa memanggilku Lunar,” jawabku pendek.
”Lunar, baiklah... seperti aku harus mengingat nama orang yang telah mengalahkanku. Awalnya kukira aku akan berhadapan melawan Lowi atau Winona dalam pertempuran terakhir di kota ini. Tak kusangka lawan yang kuhadapi ini sangat menarik.”
Aku tersenyum. ”Kau pun sangat hebat, Tuan Glen.”
Glen balas tersenyum. Dia kemudian berbalik hendak meninggalkan desa saat tiba-tiba Lowi kembali mencegahnya.
”Tunggu dulu, Glen!” panggilnya.
Glen menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menghadap kami. ”Ada apa lagi? Bukankah kepergian kami adalah yang kalian inginkan?”
”Bukan... bukan itu yang kami inginkan,” jawab Lowi. ”Lagipula ini semua tidak semata kesalahan kalian. Kami semua, penduduk kota Fortree juga turut berbuat kesalahan.”
”Aku sedang tidak ingin bercanda pagi-pagi buta begini,” sahut Glen datar.
”Tidak, aku tidak sedang bercanda,” elak Lowi. ”Kami juga salah, kami juga jahat pada kalian. Seharusnya kami lebih peduli pada penderitaan kalian. Seharusnya kami membantu kalian, warga desa Rumput, tetangga Kota Fortree. Kalian juga berhak mendapatkan kedamaian sebagaimana yang kami rasakan.”
”Apa kamu mau menghiburku?”
”Tidak, aku tak hanya akan menghibur kalian,” jawab Lowi. ”Tapi kami semua, penduduk Kota Fortree yang cinta damai, akan dengan senang hati dan tulus membantu kalian. Membangun kembali desa Rumput.”
Glen tersenyum mendengarnya. Kini tak kulihat lagi wajah garangnya. Yang kulihat kini adalah wajah yang bersahabat.
”Lowi, kau bijaksana juga rupanya,” ujarnya pelan. ”Tak heran bila kau dijuluki King of the Wind - Si Raja Angin.”
Scene 68: Fajar di Kota Fortree
Fajar segera menyingsing di kota Fortree. Sebuah awal yang baru untuk kota yang baru saja sembuh dari sakitnya. Perlahan warga Kota Fortree mulai kembali ke rumah masing-masing setelah mendengar kabar kekalahan ninja desa Rumput. Mereka datang dengan penuh sukacita.
”Terima kasih atas pertolonganmu, Lunar,” ujar Lowi mengantarkan kepergian kami di depan rumah pohonnya. Pagi ini aku dan Flame memang akan meninggalkan Kota Fortree. Flame sudah siuman dan sudah kembali sehat berkat perawatan Winona. Dan itu berarti kami harus segera kembali ke markas untuk mengabarkan misi kami di Gunung Kanon.
”Sama-sama, Lowi,” jawabku. ”Aku pun berterima kasih pada kalian karena kalian telah menolong Flame. Bisa dibilang kita impas.”
”Tapi yang kau lakukan lebih berarti, kau menyelamatkan kota ini,” sahut Lowi. Dia lalu merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah benda kecil dari dalamnya, dan mengulurkan benda tersebut kepadaku. ”Aku ingin kau memiliki badge ini.”
”Badge?” aku terkejut. ”Ini badge apa?”
“Ini adalah badge gym kota ini, Feather Badge,” terang Lowi.
“Feather Badge?” aku mengamati badge atau lencana berbentuk bulu itu. “Tapi aku tak bisa menerimanya begitu saja. Lagipula aku belum bertarung dalam pertarungan gym di kota ini.”
”Bagi kami sudah,” tiba-tiba Winona muncul dengan mengendarai seekor Skarmory, Pokemon burung bertubuh besi yang sepertinya pernah aku lihat sebelumnya. ”Kau telah membuktikan kalau kau memang benar-benar trainer Pokemon sejati. Pembelaanmu terhadap kota ini, yang bahkan bukan kota tempat tinggalmu, begitu besar. Aku dan Lowi mengangkatmu sebagai warga kehormatan kota ini. Kau akan selalu disambut hangat di kota ini. Karena itulah, kami mohon kau agar mau menerima kenang-kenangan dari kami ini.”
”Sebenarnya kalian ini siapa sih?” tanyaku heran. Tentu saja aku heran, bisa-bisanya mereka memberikan Feather Badge Kota Fortree begitu saja.
Lowi dan Winona tersenyum. Lowi kemudian menjawab, ”Kami berdua adalah gym leader kota ini.Karena itulah kami berhak menentukan siapa yang pantas menerima lencana bulu.”
”Kalian berdua adalah gym leader? Bagaimana bisa?” tanyaku tak percaya.
”Tentu bisa,” jawab Lowi lagi. ”Kami berdua mendaftar untuk menjadi gym leader kota ini. Namun kami sama-sama kuat sehingga dewan liga memutuskan untuk memilih kami berdua.”
”Kami saling berbagi tugas,” sambung Winona. ”Terkadang aku yang melayani pertarungan gym, terkadang juga Lowi. Namun karena Lowi sering berpetualang, maka gym ini lebih sering dipegang olehku.”
”Ya, dan aku kembali dari perjalananku begitu mendengar desa ini akan diserang. Kami berdua harus bahu-membahu bekerja sama melindungi kota ini bagaimanapun caranya,” lanjut Lowi. ”Meskipun begitu, aku berencana menyerahkan urusan gym kepada Winona sepenuhnya. Setelah ini aku akan berpetualang ke wilayah Kanto. Itu akan memakan waktu lama sehingga tak mungkin bagiku untuk mengurus gym. Kudengar disana banyak Pokemon tipe Flying yang belum pernah aku lihat sebelumnya.”
”Kau benar, disana kau akan menemukan Pokemon tipe Flying yang tidak bisa ditemukan di Hoenn,” tiba-tiba terdengar suara wanita. Rupanya Flame keluar dari dalam rumah pohon.
”Flame, kau sudah siap untuk pergi?” tanyaku menyadari kehadirannya.
”Sudah cukup sehatkah?” tanya Lowi.
Flame mengangguk. ”Ya, nona Winona telah merawatku dengan baik.”
”Lunar, kau harus menjaganya dengan baik. Jangan sampai pacarmu ini terluka lagi,” goda Winona.
”Pacar?” Flame terkejut. ”Lunar bukan pacarku, dan aku bukan pacarnya. Kami ini cuma teman biasa. Bukan begitu Lunar?”
Aku mengangguk. ”Ya, kita memang hanya teman,” jawabku seadanya. Aku kemudian menoleh ke arah Winona dan Lowi. ”Kami ini hanya teman biasa, tapi kalau kalian berdua... aku yakin kalian adalah pasangan yang sangat serasi.”
”Jangan bercanda Lunar,” sahut Lowi cepat. ”Aku dan Winona hanya teman kerja saja, mungkin seperti kau dan Flame. Lagipula Winona sudah punya kekasih kok.”
”Oh, ya? Siapa?” tanya Flame ingin tahu.
”Hei, jangan ngarang kamu Lowi!” Winona tampak kesal. ”Aku ini jomblo lho..”
“Halah....jangan bohong deh,” tukas Lowi. “Lalu hubunganmu dengan si Wallace itu apa sebenarnya?”
Tiba-tiba pipi Winona merona merah mendengar nama yang disebutkan oleh Lowi. ”Uhm...uhm... dia itu, dia itu cuma teman sesama gym leader... tidak lebih,” sangkalnya. “Jangan ngawur ya! Jangan sembarangan bicara ya kamu...”
“Sudah, sudah...” ujarku mencoba melerai. “Tak perlu diributkan masalah seperti itu.”
”Ya, yang penting kota ini sudah kembali seperti sedia kala,” sahut Lowi sambil tersenyum. Senyumnya menyiratkan sebuah kebahagiaan. ”Oh, ya.... Lunar dan Flame, sebenarnya kalian ini berasal darimana dan mau kemana sih?”
”Aku berasal dari Kota Cinnabar di Kanto dan saat ini sedang berwisata mengunjungi Hoenn. Lunar adalah temanku dan menjadi pemanduku untuk berkeliling ke kota-kota besar di Hoenn,” jawab Flame. Aku tahu kalau itu bohong, dan memang kami harus berbohong untuk menyembunyikan identitas kami yang sebenarnya. ”Setelah ini kami akan pergi ke Safari Zone di Kota Lilycove.”
”Begitu ya... kalau begitu hati-hati di jalan ya?”
Aku dan Flame mengangguk dan kemudian mulai meninggalkan kota Fortree.
------------------------
Setelah keluar dari kota Fortree, aku dan Flame menyusuri jalan kembali ke tempat helikopter menunggu. Padang ilalang yang menghalangi jalan kami waktu itu kini telah habis terbakar menyisakan abu yang menghitam. Ternyata padang ilalang ini memang tidak tertolong.
”Kemana saja kalian ini?” tanya Clown dengan wajah kesal saat kami tiba di helikopter. Tampak Sandslash duduk di sampingnya. ”Aku sudah menunggu cukup lama disini. Sekarang lebih baik kalian cepat naik dan kita segera pergi dari sini. Aku sudah capek dan ingin segera kembali ke kabinku.”
Aku dan Flame tersenyum. Kami kemudian menaiki helikopter dan terbang kembali menuju ke Continent Magmarine yang sudah menunggu kami di pantai utara kota Fallarbor.
--------------------------------
Sementara itu tanpa sepengetahuan kami, di Kota Fortree
“Win, kamu kenapa?” tanya Lowi heran melihat Winona tengah melamun di depan gym.
”Ah, tidak. Hanya saja ada yang mengganggu pikiranku,” jawab Winona.
”Mengganggu pikiranmu? Apa itu?”
”Pakaian, pakaian yang dipakai oleh dua orang itu, Lunar dan Flame,” jawab Winona lagi.
”Memangnya ada apa dengan pakaian mereka?” tanya Lowi makin penasaran.
”Sepertinya pakaian mereka tidak asing.... sepertinya pakaian mereka pernah kulihat...”
”Oh, ya? Dimana?”
Winona menggeleng. ”Entahlah, aku tak ingat.”
”Terima kasih atas pertolonganmu, Lunar,” ujar Lowi mengantarkan kepergian kami di depan rumah pohonnya. Pagi ini aku dan Flame memang akan meninggalkan Kota Fortree. Flame sudah siuman dan sudah kembali sehat berkat perawatan Winona. Dan itu berarti kami harus segera kembali ke markas untuk mengabarkan misi kami di Gunung Kanon.
”Sama-sama, Lowi,” jawabku. ”Aku pun berterima kasih pada kalian karena kalian telah menolong Flame. Bisa dibilang kita impas.”
”Tapi yang kau lakukan lebih berarti, kau menyelamatkan kota ini,” sahut Lowi. Dia lalu merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah benda kecil dari dalamnya, dan mengulurkan benda tersebut kepadaku. ”Aku ingin kau memiliki badge ini.”
”Badge?” aku terkejut. ”Ini badge apa?”
“Ini adalah badge gym kota ini, Feather Badge,” terang Lowi.
“Feather Badge?” aku mengamati badge atau lencana berbentuk bulu itu. “Tapi aku tak bisa menerimanya begitu saja. Lagipula aku belum bertarung dalam pertarungan gym di kota ini.”
”Bagi kami sudah,” tiba-tiba Winona muncul dengan mengendarai seekor Skarmory, Pokemon burung bertubuh besi yang sepertinya pernah aku lihat sebelumnya. ”Kau telah membuktikan kalau kau memang benar-benar trainer Pokemon sejati. Pembelaanmu terhadap kota ini, yang bahkan bukan kota tempat tinggalmu, begitu besar. Aku dan Lowi mengangkatmu sebagai warga kehormatan kota ini. Kau akan selalu disambut hangat di kota ini. Karena itulah, kami mohon kau agar mau menerima kenang-kenangan dari kami ini.”
”Sebenarnya kalian ini siapa sih?” tanyaku heran. Tentu saja aku heran, bisa-bisanya mereka memberikan Feather Badge Kota Fortree begitu saja.
Lowi dan Winona tersenyum. Lowi kemudian menjawab, ”Kami berdua adalah gym leader kota ini.Karena itulah kami berhak menentukan siapa yang pantas menerima lencana bulu.”
”Kalian berdua adalah gym leader? Bagaimana bisa?” tanyaku tak percaya.
”Tentu bisa,” jawab Lowi lagi. ”Kami berdua mendaftar untuk menjadi gym leader kota ini. Namun kami sama-sama kuat sehingga dewan liga memutuskan untuk memilih kami berdua.”
”Kami saling berbagi tugas,” sambung Winona. ”Terkadang aku yang melayani pertarungan gym, terkadang juga Lowi. Namun karena Lowi sering berpetualang, maka gym ini lebih sering dipegang olehku.”
”Ya, dan aku kembali dari perjalananku begitu mendengar desa ini akan diserang. Kami berdua harus bahu-membahu bekerja sama melindungi kota ini bagaimanapun caranya,” lanjut Lowi. ”Meskipun begitu, aku berencana menyerahkan urusan gym kepada Winona sepenuhnya. Setelah ini aku akan berpetualang ke wilayah Kanto. Itu akan memakan waktu lama sehingga tak mungkin bagiku untuk mengurus gym. Kudengar disana banyak Pokemon tipe Flying yang belum pernah aku lihat sebelumnya.”
”Kau benar, disana kau akan menemukan Pokemon tipe Flying yang tidak bisa ditemukan di Hoenn,” tiba-tiba terdengar suara wanita. Rupanya Flame keluar dari dalam rumah pohon.
”Flame, kau sudah siap untuk pergi?” tanyaku menyadari kehadirannya.
”Sudah cukup sehatkah?” tanya Lowi.
Flame mengangguk. ”Ya, nona Winona telah merawatku dengan baik.”
”Lunar, kau harus menjaganya dengan baik. Jangan sampai pacarmu ini terluka lagi,” goda Winona.
”Pacar?” Flame terkejut. ”Lunar bukan pacarku, dan aku bukan pacarnya. Kami ini cuma teman biasa. Bukan begitu Lunar?”
Aku mengangguk. ”Ya, kita memang hanya teman,” jawabku seadanya. Aku kemudian menoleh ke arah Winona dan Lowi. ”Kami ini hanya teman biasa, tapi kalau kalian berdua... aku yakin kalian adalah pasangan yang sangat serasi.”
”Jangan bercanda Lunar,” sahut Lowi cepat. ”Aku dan Winona hanya teman kerja saja, mungkin seperti kau dan Flame. Lagipula Winona sudah punya kekasih kok.”
”Oh, ya? Siapa?” tanya Flame ingin tahu.
”Hei, jangan ngarang kamu Lowi!” Winona tampak kesal. ”Aku ini jomblo lho..”
“Halah....jangan bohong deh,” tukas Lowi. “Lalu hubunganmu dengan si Wallace itu apa sebenarnya?”
Tiba-tiba pipi Winona merona merah mendengar nama yang disebutkan oleh Lowi. ”Uhm...uhm... dia itu, dia itu cuma teman sesama gym leader... tidak lebih,” sangkalnya. “Jangan ngawur ya! Jangan sembarangan bicara ya kamu...”
“Sudah, sudah...” ujarku mencoba melerai. “Tak perlu diributkan masalah seperti itu.”
”Ya, yang penting kota ini sudah kembali seperti sedia kala,” sahut Lowi sambil tersenyum. Senyumnya menyiratkan sebuah kebahagiaan. ”Oh, ya.... Lunar dan Flame, sebenarnya kalian ini berasal darimana dan mau kemana sih?”
”Aku berasal dari Kota Cinnabar di Kanto dan saat ini sedang berwisata mengunjungi Hoenn. Lunar adalah temanku dan menjadi pemanduku untuk berkeliling ke kota-kota besar di Hoenn,” jawab Flame. Aku tahu kalau itu bohong, dan memang kami harus berbohong untuk menyembunyikan identitas kami yang sebenarnya. ”Setelah ini kami akan pergi ke Safari Zone di Kota Lilycove.”
”Begitu ya... kalau begitu hati-hati di jalan ya?”
Aku dan Flame mengangguk dan kemudian mulai meninggalkan kota Fortree.
------------------------
Setelah keluar dari kota Fortree, aku dan Flame menyusuri jalan kembali ke tempat helikopter menunggu. Padang ilalang yang menghalangi jalan kami waktu itu kini telah habis terbakar menyisakan abu yang menghitam. Ternyata padang ilalang ini memang tidak tertolong.
”Kemana saja kalian ini?” tanya Clown dengan wajah kesal saat kami tiba di helikopter. Tampak Sandslash duduk di sampingnya. ”Aku sudah menunggu cukup lama disini. Sekarang lebih baik kalian cepat naik dan kita segera pergi dari sini. Aku sudah capek dan ingin segera kembali ke kabinku.”
Aku dan Flame tersenyum. Kami kemudian menaiki helikopter dan terbang kembali menuju ke Continent Magmarine yang sudah menunggu kami di pantai utara kota Fallarbor.
--------------------------------
Sementara itu tanpa sepengetahuan kami, di Kota Fortree
“Win, kamu kenapa?” tanya Lowi heran melihat Winona tengah melamun di depan gym.
”Ah, tidak. Hanya saja ada yang mengganggu pikiranku,” jawab Winona.
”Mengganggu pikiranmu? Apa itu?”
”Pakaian, pakaian yang dipakai oleh dua orang itu, Lunar dan Flame,” jawab Winona lagi.
”Memangnya ada apa dengan pakaian mereka?” tanya Lowi makin penasaran.
”Sepertinya pakaian mereka tidak asing.... sepertinya pakaian mereka pernah kulihat...”
”Oh, ya? Dimana?”
Winona menggeleng. ”Entahlah, aku tak ingat.”